Sunday, March 30, 2008

Sepenggal cerita tentang “Bus SIM Keliling”


Nggak kerasa, SIM A & C tanggal 4 April 2008 ini sudah habis masa berlakunya. Mau nggak mau kan mesti diperpanjang sebelum tanggal tsb. Kebayang 5 tahun yang lalu [karena nggak mau repot ‘dikerjain oknum’], urusan memperpanjang SIM tsb. melalui biro jasa. Alhasil habisnya lumayan mahal [Rp 360,000]. Kali ini, iseng-iseng nanya ke biro jasa yang sama untuk perpanjangan SIM A & C membutuhkan biaya Rp 500,000. [Enak banget ya nyari duitnya???]

Akhirnya, memilih untuk mencoba memperpanjang SIM tsb. sendiri tanpa perlu bantuan biro jasa. Sambil mencoba petualangan baru, kayak apa sih ribetnya? Kan katanya dalam usaha mewujudkan good government service di tubuh POLRI, sekarang ‘ngurus’ SIM & STNK lebih gampang dan nyaman, tanpa harus melalui calo ataupun biro jasa. [maaf ya buat temen-temen yang punya usaha biro jasa khusus SIM & STNK, hehehe…].

Sekaligus mendukung usaha POLRI untuk ‘memberantas praktek pungli & percaloan’ dari dalam instansinya. Kalau nggak dimulai dari diri kita sendiri, tujuan mulia ini akan mubazir. Inilah niat yang saya canangkan, ‘memerangi praktek pungli yang telah membudaya di masyarakat’ yang bikin bangsa ini terpuruk terus menerus. Mau se’repot’ apapun akan ane jabanin!

Tanggal 27 Maret 2008, mulailah browsing di internet, cari info tentang perpanjangan SIM ini, eh ketemu dengan yang namanya layanan SIM keliling. Emang beberapa tahun yang lalu pernah denger kalau Polda Metro Jaya melaunching fasilitas tsb. Tapi kan karena saat berita tsb. dirilis belum perlu, ya informasi tsb. lewat begitu saja. Masalahnya, layanan bus SIM keliling tsb. lokasi mangkalnya berpindah-pindah setiap hari.

Tatkala menanyakan ke telepon yang tertera di WEB resmi POLDA Metro Jaya [ www.lantas.metro.polri.go.id ] dijawab agar menelepon di pagi hari jam 8,00 di hari kapan kita mau memanfaatkan jasa layanan bus SIM keliling ini. Atau bisa juga SMS ke no. 1717 pk. 8,00 di hari yang sama. Juga bisa dilihat di halaman utama WEB resmi POLDA Metro Jaya setiap harinya [ www.lantas.metro.polri.go.id ].

Tanggal 28 Maret 2008 pagi, pk. 08,10 iseng-iseng nyoba nelpon ke no. telepon yang dianjurkan 021 527 6001, ternyata tidak ada satu pun yang menjawab [gimana nich???]. Terus nyoba SMS ke no. 1717 : “mohon info, hari ini 28 Maret 2008 layanan bus SIM keliling untuk wilayah Jak Tim lokasi ada di mana ya?”. Eh, nggak sampai 5 menit SMS telah dibalas : “SIM/STNK Jak Sel di Kebun Binatang Ragunan [SIM hari ini tidak beroperasi], Jak Tim di Pusat Grosir Cililitan, Jak Ut di Mall Pluit, Jak Bar di Carrefour Puri Kembangan, Jak Pus di PT Pelni Jl. Gajah Mada. Jam operasi 08.00 – 13.00 WIB.”

Langsung otakpun ambil keputusan untuk memilih Bus SIM Keliling yang ada di Pusat Grosir Cililitan [PGC] karena lebih dekat dari rumah. Meluncurlah ke PGC. Sampai di PGC sekitar 08.45. Di halaman parkir sudah terparkir Bus SIM Keliling & Bus STNK Keliling.

Di depan Bus SIM Keliling sudah ngantri 5 orang sebelum saya. Saya tanya ke petugas, apakah SIM saya yang habisnya 4 April 2008 nanti boleh diperpanjang sekarang? Karena saya minggu depan 1 April s.d 5 April 2008 ada tugas pekerjaan kantor. Kalau memperpanjang setelah tanggal itu kan kena denda. Ternyata oleh petugas diijinkan untuk itu. [Thanks ya.] Di dompet ada duit Rp 300,000, seharusnya cukup untuk biayanya.

Setelah KTP dan kedua SIM tsb. difotocopy oleh petugas [biaya fotocopy untuk 3 lembar Rp 3,000], langsung diminta untuk mengisi formulir permohonan perpanjangan SIM. Sayangnya, saya nggak bawa ballpoint jadinya untuk mengisi formulirnya harus menunggu orang yang bisa meminjamkan ballpoint-nya. Inilah masalah yang bikin agak lama. Saat mengisi pun juga memerlukan waktu agak lama, karena harus mengisi 2 formulir [SIM A & C]. Akhirnya, pk. 09.10 formulir tsb. berhasil saya serahkan ke petugas. Tibalah ke tahap menunggu panggilan untuk difoto [nggak disediakan kursi jadi ya pada berdiri ‘berceceran’ di sekitar bus tsb].

Pk. 09.20, dipanggil naik ke atas bus untuk photo session, sekaligus dicek ulang data yang akan tertera di SIM kita [Nama, Tgl. Lahir, Alamat]. Petugasnya pun ramah dalam melayani para pemohon SIM. Berbeda jauh dengan pengalaman saya ‘ngurus’ perpanjangan SIM di SAMSAT Jl. Daan Mogot 5 tahun yang lalu, di mana petugasnya cuma ramah sama duit kita [waktu itu kan lewat Biro Jasa].

Selesai foto diminta untuk membayar Rp 170,000 untuk SIM A & C tsb. [jadi @ Rp 85,000]. Surprise banget! Sungguh di luar expectation saya sebelumnya. [perkiraan saya paling murah Rp 200,000 untuk 2 SIM tsb]. Bayangin pula kalau mesti ‘ngurus’ lewat biro jasa atau calo yang budgetnya sekitar Rp 500,000.

Sambil ngobrol, petugas tsb. juga menginformasikan bahwa mulai awal April 2008 ini layanan SAMSAT akan buka kantor di PGC ini, dan beberapa mal lainnya [salah satunya Mal Taman Anggrek dll.]. Jam bukanya juga seiiring dengan bukanya Mal tsb. Jadi konsepnya, sambil belanja kita bisa memperpanjang SIM & STNK. Sabtu Minggu juga buka. Jadi nggak ada lagi alasan untuk kita nggak ada waktu untuk memperpanjang SIM or STNK. Hebat ya… terobosan yang dilakukan POLRI.

Pk. 09.25, kedua SIM baru saya diserahkan. Saya hitung, waktu yang diperlukan juga lumayan singkat [lebih lama ngisi formulirnya dibanding bikin SIM nya]. Pk. 09.30 saya sudah keluar dari areal parkiran PGC. Jadi dari saya tiba di PGC hingga pergi meninggalkan PGC hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Betul-betul puas saya dibuatnya. Baru kali ini saya merasakan berurusan sendiri dengan birokrasi begitu lancar & efisien dari segi waktu. Kalau semua instansi pemerintah yang terkait dengan layanan public bisa seperti ini semua, saya yakin negeri ini akan melangkah lebih maju. Salut juga ane ama reformasi POLRI.

Setelah mengalami sendiri bagaimana mudahnya ‘urusan’ memperpanjang SIM ini, saya anjurkan kepada siapa saja agar memanfaatkan layanan perpanjangan SIM & STNK melalui Bus Keliling ini. Dijamin kesan ribet & repot yang selama ini melekat jika kita bicara ‘urusan’ dengan SAMSAT, akan langsung sirna saat itu juga. Coba & buktikan.

Informasi tambahan bagi yang mau memanfaatkan layanan ini:

-Pagi pk. 08.00, cari tahu keberadaan Bus SIM Keliling dengan SMS 1717

-Bus SIM Keliling DKI hanya melayani perpanjangan SIM ‘keluaran’ Polda Metro Jaya

-SIM yang kadaluarsa lebih dari 1 tahun juga tidak bisa dilayani

-Bawa KTP & SIM aslinya

-Berpakaian yang sopan & layak untuk difoto

-Siapkan uang pas [seringnya nggak ada kembalian]

-Siapkan payung [kalau pas musim hujan], karena tidak ada tempat berteduh

-Siapin juga air minum biar nggak kehausan bila menunggu saat teriknya matahari

-Sebaiknya datang lebih pagi [pk 8.00] , karena makin siang makin berjubel antriannya


Masukan untuk Bus SIM Keliling

-Meja & kursi untuk mengisi formulir isian sebaiknya diperbanyak

-Sistim antriannya, meski sudah lumayan baik, kalau bisa menggunakan Ticketing System seperti di Bank. Kalau antriannya membludag ‘takutnya’ jadi kacau

-Perlu disediakan papan informasi tentang ‘aturan main’ dan penjelasan apa saja yang bisa dilayani & tidak bisa dilayani [banyak yang ditolak padahal sudah ‘ngantre’]


Peluang usaha :

-Jualan minuman/snack dll. [juga ballpoint] kerja sama dengan bus SIM Keliling ini

-Menyewakan kursi lipat juga oke lho…

-Bisa untuk ajang sampling product bagi yang punya tim SPG

-Bisa beriklan melalui X-banner, spanduk, tenda ruang tunggu

Monday, March 24, 2008

Perang tanding tarif ponsel, siapa sih yang untung?

Kalau kita amati, sebagai pengguna ponsel, akhir-akhir ini ada fenomena menarik tentang perang tarif yang sedang gencar dilakukan oleh beberapa provider. Iklan pun juga menjadi ajang ‘perang tanding’ ini. Lihat saja iklan yang ditayang di beberapa TV swasta nasional. Iklan XL yang ‘kawin dengan monyet’ menjanjikan tarif 0,1 per detik, belum lama tayang sudah dibalas dengan iklan IM3-nya Indosat versi ‘pantai’, yang menjanjikan 0,0001 per detik. Lucu banget. Kayak anak kecil aja, ‘dicubit’ eh cepet-cepet mbales ‘nyubit’. Hehehehe…

Seandainya tarif baru yang diberlakukan oleh para operator itu benar adanya, berarti kan selama ini konsumen dibohongi [dikenai tarif mahal], buktinya kok sekarang mereka berani pasang tarif yang jauh lebih murah daripada yang berlaku sebelumnya??? Sama dengan, selama ini para provider tsb. sudah menikmati untung ‘gede’.

Kali ini, saya nggak mau membahas apakah tarif-tarif tsb. bener atau tidak [karena saya nggak pakai XL maupun IM3], tapi lebih kepingin menyoroti siapa-siapa saja yang sebenarnya diuntungkan dengan adanya ‘perang tariff’ ini.

  1. Paling untung ya pastinya si pemilik bisnis tsb. Semakin ‘menjanjikan’ tarif murah akan semakin banyak jumlah pelanggan yang bakalan masuk ke jaringan mereka. Dan tentunya akan lebih banyak lagi fulus masyarakat yang bakal ‘disedot’.
  2. Stasiun TV dan media iklan lainnya, yang jelas bakalan gembira karena bisa memperoleh gelontoran ‘jor-joran’nya budget iklan yang tentunya untuk perang iklan ini spending-nya ‘gede’ juga.
  3. Advertising agency yang meng-handle Client yang lagi asyik ‘perang iklan’ tsb. As a marketing & communication consultant sudah pasti banyak pula meraup untung. Jaman gini ada yang jor-joran iklan, asiik buaaanget!
  4. Public Relation Consultant-nya juga pasti ikutan dibayar untuk membangun image yang diinginkan.
  5. Production House, Director Film [sutradara iklannya], dan jajaran tim produksi iklannya. Bayangin aja, nggak sampai sebulan sudah bikin iklan dua kali. Bayangkan, Budget produksi iklan TV paling murah saat ini sekitar 500 jt-an.
  6. Para penjual product para provider tsb. [mulai dari grosir, agen, sub agen, outlet, dst.], karena semakin gencar diiklankan akan semakin banyak yang kepingin membelinya. Pastinya kan ada untungnya.
  7. Para konsumen atau end user-nya. Kalau memang tariff murah ini benar adanya, jelas masyarakat akan menikmati. Bisa bertelepon-ria sepuasnya dengan tarif yang ‘miring’.


Hanya saja, untuk masyarakat konsumen, kok feeling saya meragukan akan ‘tarif murah’ yang dijanjikan tsb. Pengalaman selama ini, kalau ada fihak yang dirugikan adalah selalu konsumen. Merekalah sebenarnya yang akhirnya ‘membiayai’ semua budget yang telah dikeluarkan untuk ‘perang tanding’ iklan tsb. Ingat, mana ada di dunia ini orang bisa menikmati ‘kenyamanan’ tanpa dipungut bayaran??? Yang namanya promosi, iklan & sejenisnya, kan selalu pada akhirnya dibebankan ke konsumen atau end user. Ini kan pinter-pinternya mereka mengemas dengan trick-trick promosi yang canggih. Betul nggak?

Pertanyaannya, apa saja syarat & ketentuan yang berlaku untuk tarif Rp 0,0001 /detik tsb? Kan tidak pernah dijelaskan secara ‘gamblang’ saat penayangan iklan tsb. Alasannya, tidak tersedianya ruang & waktu [lagu lama ah..] Padahal informasi ini jelas penting.

Yang saya juga heran, kok sepertinya ‘perang iklan’ tsb. bermuara ke ‘perang kreativitas kata-kata’ yang ‘takutnya’ berujung kepada pembohongan & pembodohan masyarakat konsumen Indonesia.

Dalam menyikapi fenomena ini jelas sikap kritis kita diuji. Jangan mau menjadi korban iklan. Dan jangan mudah terjebak dengan bujuk rayu ‘perang iklan’ tsb. Kalau dulu usai penayangan iklan di TVRI [Siaran Niaga] selalu diperingatkan kepada para pemirsa agar ‘teliti sebelum membeli’, alangkah baiknya sekarang dalam menyikapi tawaran tarif murah tsb., konsumen juga dapat memahami sejelas-jelasnya mekanisme & cara kerja sejatinya tariff murah tsb. Tentunya, agar dapat memanfaatkan secara ‘cerdas’ tarif murah tsb.

Saat ini sebenarnya apa sih yang diharapkan konsumen di Indonesia? Apakah benar tarif murah atau Bonus? Atau lebih jauh lagi, misal pelayanan yg baik? Karena biasanya kalau pelanggannya sudah ‘membludak’, urusan pelayanan ke konsumen menjadi amburadul. Nah loh…

Mudah-mudahan temen-temen semua berada di pihak yang diuntungkan.

Wednesday, March 05, 2008

Serba-serbi www

Jujur saja, meskipun setiap hari bergaul dengan internet ternyata saya merasa tetap saja ‘ada jarak’ dengan teknologi yang satu ini. Persis seperti gambaran dari Karl Marx [filsuf] saat bertutur tentang alienasi [keterasingan] manusia dengan teknologi ciptaannya. Semakin kita kepingin tahu lebih jauh terkait dengan kemajuan sebuah teknologi, semakin terasa jauh jarak kita dengan teknologi itu sendiri. Akhirnya, daripada ribet ya lebih baik jadi manusia ‘sok tahu’ aja. Beres???

Begitulah, suatu kali saat lagi ‘browsing’ di internet pakai pc di rumah, anak saya iseng nanya tentang singkatan apa sih www itu? Wuah, pertanyaannya sih mudah. Tapi nyari jawabannya yang ternyata nggak mudah [meskipun setiap kali kita buka situs atau web selalu memulai dengan singkatan www tsb]. Karena lagi asyik browsing dan bukan untuk tugas sekolahannya jadinya ya males nyari ke mbah google. Dengan ‘sok tahu’ saya jawab : “welcome wonderful world, mas!”. Asumsi saya, internet tuh kan banyak memberikan kemudahan untuk menjelajahi keindahan dunia maya. Makanya kayaknya yang pas ya itu ‘welcome wonderful world’.

“Ngaco ah bapak… kalau cuma asal ‘dipas-pasin’, adik juga tahu… malahan kepanjangannya dalam bahasa Indonesia lagi, ‘wahana wira wiri’. Kan internet tempat atau sarana kita mondar-mandir nyari segala macem data dan pengetahuan,. Atau bisa juga ‘widya wisata wacana’, kan kunjungan [browsing] untuk mencari berbagai pengetahuan dan wacana baru”, protesnya.

“Terserahlah! Yang penting nyambung…hehehe ” jawab saya.

Kakaknya [yang lagi asyik ber-friendster-ria pakai laptop di samping saya] nggak mau kalah akhirnya ikut nimbrung. “Kayaknya sih kepanjangannya ‘we win world’, kan dengan internet kita bisa menguasai dunia. Atau mungkin ‘walk world wide’, karena kita bisa berjalan-jalan & menjelajah ke seluruh dunia via internet!”.

“Wuah, urusan sepele jadi serius juga nich…” celetuk saya sambil melirik ke ibunya anak-anak. Karena selama ini istri saya adalah orang yang paling nggak urusan sama internet. Tapi dia adalah ‘polisi’ bagi anak-anak saya, kalau mereka sedang browsing. Maklum istri saya selalu merasa bahwa kalau anak-anak ‘diumbar’ buka internet, takutnya browsing ke situs-situs yang ‘nggak bener’. Lha terus nanti ‘kebablasan’ dan merasa ‘dewasa’ sebelum waktunya. Padahal mereka kan masih perlu didampingi.

Memang selama ini, anak-anak memanfaatkan sambungan internet hanya sebatas buka email, baca berita olah raga online [sepak bola], mencari data atau referensi bila ada PR, chatting via YM sama temen kalau pas mengerjakan tugas, download musik lengkap dengan lyric dan chord nya. Kalau yang agak ‘pemborosan’ paling ya friendster.

Setelah berpikir sejenak istri saya ikutan komentar. “Kalau buat mama, www itu singkatan ‘waktunya was was’. Soalnya, anak-anak kalau sudah di depan computer dan buka internet jadi lupa waktu, dan lupa sholat. Asyiik sendiri, apa saja sich yang dikerjain kalau lagi internetan??. Jadi mama nggak setuju kalau anak-anak berlama-lama on line tapi bukan untuk ngerjain tugas sekolah”. Begitulah. Saat ada kesempatan untuk ‘curhat’ dan memberi nasehat, langsung saja istri saya nyerocos.

Kalau diterusin bakalan jadi lebih ngelantur lagi, akhirnya saya bilang ke istri dan anak-anak,”kapan-kapan kita cari kepanjangan sebenarnya dari www ini, oke??” Wong nggak tahu kepanjangannya aja kita sudah bisa menjelajah dunia maya dengan tanpa batas, ngapain juga menghabiskan waktu ngurusin apa kepanjangan sebenarnya www itu. Hehehe… Sok tahu banget ya…

Terlepas dari singkatan apa sebenernya www itu, kenyataannya pertumbuhan ‘dunia on line’ saat ini di Indonesia dan dunia memang pesat. Internet memang terbukti mampu menciptakan gaya hidup baru bagi penggunanya [browsing, chatting, ngeblog, ngefriendster, bikin komunitas, bikin milis, dsb.]. Dan sebagai pengguna akhir [end user], yang namanya internet memang memberi kemudahan tiada tara. Pastinya kita semua setuju dong. Makanya, buat saya pribadi www cocoknya adalah singkatan dari ‘wild wild world’ atau dunia yang ‘liar banget gitu lho’.

So selamat berselancar memanfaatkan atau sekalian menaklukkan wild wild world, dunia liar yang menyediakan berjuta kemudahan ‘apa aja’ termasuk ‘peluang’ hari ini dan nanti.