Friday, June 19, 2009

Benarkah iklan paling efektif adanya di bioskop?




Masih ngomongin soal iklan, kalau dipikir-pikir, iklan yang paling efektif dalam menjangkau target sasarannya sepertinya adanya di bioskop. Lho kok bisa?

Begini penjelasannya. Kita semua tahu, tatkala di bioskop hendak memutar film, seperti biasa selalu ada serangkaian pesan iklan yang diputar untuk para pemirsa bioskop. Nah, sebagai penonton tentunya kita tidak bisa ‘lari’ ataupun menghindar dari ‘serangan’ pesan iklan tsb. dan mau nggak mau akan melihatnya. Kalau nggak mau melihat paling bisanya Cuma tutup mata, tapi telinga kan masih mendengarkan pesan iklannya. Ingat, Cuma di bioskop tempat di mana pemirsanya tidak bisa mengontrol iklan yang ditayangkan. Bandingkan dengan keefektifan dari iklan TV, di mana dengan begitu mudahnya pemirsa menghindar dari rangkaian pesan iklan.

Lebih dari itu, bagi pemasar yang target audience-nya ‘orang muda’, bioskop juga sangat tepat sasaran. Lihat saja tatkala, ada film bagus yang diputar, selalu banyak penontonnya berasal dari kalangan orang muda ini. Nah bagi para pemasar yang produknya menyasar kalangan orang muda mulailah untuk mempertimbangkan media bioskop.

Kelebihan lainnya, saat film yang diputar termasuk kategori film best seller, biasanya mampu menyedot jumlah penonton yang spektakuler. Bahkan akhir-akhir ini beberapa film local juga berhasil menarik penonton hingga jutaan orang. Khabarnya film Ayat-ayat Cinta ditonton hingga 2 juta orang lebih. Laskar Pelangi malah lebih dari itu. Bagi para pemasar data ini jelas menjadi menarik. Karena ada ‘kepastian’ bahwa iklan yang ditayangkan ditonton oleh pemirsa yang akurasinya bisa dipertanggungjawabkan. Lagi-lagi coba bandingkan dengan iklan di TV di mana begitu mudahnya pemirsa ‘menghindar’ dari tayangan iklan.

Dari sisi cost, bioskop juga jauh lebih murah dibanding iklan di TV. Malah saya yakin bila film yang jumlah penontonnya hingga jutaan, pastinya cost per rupiah yang dikeluarkan untuk beriklan bila dibagi dengan jumlah penontonnya menjadi sangat reliable, masuk akal, murah meriah, dan yang lebih penting tepat sasaran. Bieberapa dari klien saya juga mulai tertarik untuk menayangkan iklannya di bioskop. Khususnya untuk pemutaran film Ketika Cinta Bertasbih, yang diprediksi oleh para pengamat film Indonesia bakal ditonton oleh lebih dari 2 juta orang.

Jadi menurut saya, saat ini seharusnya bioskop bisa menjadi alternative terbaik bagi para pemasar untuk menyampaikan pesan produknya dengan tingkat efektifitas yang cukup tinggi. Namun pendapat saya ini hanyalah berangkat dari asumsi lho… karena kalau mau tahu lebih pasti seyogyanya dilakukan riset yang cukup mendalam. Tapi feeling saya, bioskop ke depannya bisa menjadi primadona untuk para pengiklan di samping beriklan melalui internet. Hayo siapa yang tertarik untuk mencoba???

Wednesday, June 17, 2009

Remote control adalah musuh? Bisa jadi benar adanya.


Saat ngobrol bareng dengan pekerja iklan, praktisi periklanan, pemilik product atau pengiklan, kita sepakat bahwa remote control adalah salah satu musuh utama. Lho kok? Lha iya lah… gimana nggak… kita capek-capek memproduksi iklan TV, nayangin dan bayar ke stasiun TV Swasta, dengan biaya ratusan juta bahkan hingga milyaran dan dengan control kualitas yang prima, saat jam ditayangkan iklannya dengan santainya para pemirsa TV yang juga menjadi target iklan tsb. dengan mudahnya memencet tombol remote control dan memindahkan ke program TV lain. Coba kalau nggak ada teknologi remote control, pastinya mereka akan menonton program iklan sampai habis. Kalau ngggak seneng paling TV nya yang dimatikan.

Beginilah nasib iklan, saat sudah ditonton beberapa kali, audience pastinya akan bosan [ah, iklan itu lagi] dan cenderung memindahkan channel. Padahal yang namanya TV swasta kalau nggak ada iklannya pastinya sudah tutup dari kapan-kapan. Karena praktis saat ini stasiun TV swasta itu hidupnya benar-benar mengandalkan para pengiklan. Lihat saja TV swasta yang program tayangannya kurang bagus pasti pengiklannya sedikit.

Terus bagaimana dong caranya bikin iklan yang bagus supaya pemirsanya nggak gampang bosan dan terus menonton. Inilah yang menjadi tantangannya. Banyak iklan bagus yang menghibur, yang lucu, yang berhasil memikat hati pemirsanya tapi siapakah yang bisa menjamin bahwa iklan tsb. dilihat terus oleh pemirsa tanpa memencet tombol remote controlnya?

Itulah sebabnya, para pekerja kreatif di bisnis periklanan selalu dituntut untuk selalu kreatif dan lebih kreatif lagi dari hari ke hari. Tentunya agar iklan yang digagas dan kemudian diproduksi selalu menarik, enak ditonton, menghibur, pesan iklannya mampu mengundang simpati tanpa harus menggurui, dan lebih penting lagi agar pemirsanya nggak memencet tombol di remote controlnya. Inilah tuntutan yang harus bisa dipenuhi oleh para praktisi periklanan saat ini.