Thursday, August 28, 2008

Mencermati iklan = belajar bisnis & strateginya








Saat ngobrol sama teman-teman dari production house yang sering menggarap TV commercial, saya sempat membahas bersama mereka tentang iklan TV apa saja sih yang saat ini lagi banyak diproduksi. Mereka semua menjawab bahwa akhir-akhir ini yang sedang proses shooting paling banyak adalah iklan provider handphone, rokok, makanan-minuman dan kendaraan bermotor. Ternyata prediksi saya tentang produk yang sedang laris manis ‘jualan’ [hasil pengamatan dari iklan TV, iklan radio & iklan media cetak] benar adanya.


Lihat saja, sejak perang tariff seluler begitu banyak iklan baru di bisnis seluler dan sejenisnya yang tayang TV swasta kita, radio & media cetak. Baru dari fenomena gencarnya produk seluler yang gencar beriklan saja kita sudah begitu terganggu. Belum lagi produk-produk lain yang juga gencar beriklan seperti makanan-minuman, rokok, kendaraan bermotor, dsb. Seandainya kita melihat fenomena gencarnya persaingan iklan produk-produk tsb. secara ‘apa adanya’ memang terasa begitu menyebalkan dan bikin jengkel. Kok kita ‘dicekoki’ dengan iklan melulu. Tapi pernahkah untuk mencoba melihat gencarnya iklan-iklan tsb. dari kaca mata yang berbeda?


Kalau saya cermati, dari gencarnya iklan produk-produk tsb. kita bisa banyak belajar dan bahkan memperoleh ide atau justru insight baru tentang bermacam peluang bisnis yang sebenarnya bakalan booming. Karena produk yang iklannya tetap gencar tayang di media seperti TV jelas produk tsb. jualannya bagus dan menguntungkan. Kalau produk yang beriklan tsb. nggak bagus ‘jualan’nya, pastinya tayangannya juga sudah distop dari kapan-kapan. Kan kalau nggak menguntungkan pemilik bisnis yang produknya gencar beriklan tidak akan sanggup membayar media placement-nya.


Artinya, di balik gencarnya produk-produk yang gencar beriklan tsb. banyak peluang bisnis yang potensial juga. Dan ini terbukti. Sebagai contoh, dengan gencarnya perang tariff seluler, coba saja hitung berapa banyak keuntungan yang bisa disabet oleh para penjual SIM card, voucher, HP, aksesoris, dan yang berkaitan. Berapa banyak pula yang memanfaatkan bidang usaha ini sebagai peluang bisnis baru.


Salah seorang teman, melihat maraknya iklan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua, akhirnya memutuskan untuk menjajal peruntungan di bisnis bengkel sepeda motor dan aksesoris. Secara logika, memang usaha di bidang ini bakalan ‘nggak ada matinye’. Hitung saja berapa banyak sepeda motor yang saat ini beredar di jalanan kota megapolitan Jabodetabek ini? Beberapa tahun ke depan pastinya akan membutuhkan perawatan di bengkel biasa yang non merek.


Lebih dari itu, selain bisa menambah wawasan tentang ide bisnis yang lagi booming dan bakalan ‘ngejreng’, kita juga bisa belajar banyak tentang strategi marketing di balik gencarnya iklan produk-produk tsb. Yang tentunya juga bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan bisnis yang telah kita tekuni. Simak saja di balik iklan-iklan tsb. selalu mereka mencoba untuk mengkomunikasikan inovasi baru apa yang saat ini punya nilai lebih buat konsumen. Tersirat pula added value yang ditawarkan serta kelebihan produknya dibandingkan produk competitor lainnya. Dari sini bisa kita tarik pelajaran bahwa sebuah produk yang kepingin tetap exist harus selalu punya inovasi baru secara terus menerus. Dan produk benefit atau USP --unique selling preposition-nya yang sudah dikembangkan sedemikian rupa juga harus selalu dikomunikasikan ke konsumen.


Nah, mulai saat ini bila sedang asyik menikmati acara TV kesayangan terus tiba-tiba mendadak terganggu tayangan iklan, sebaiknya jangan menjadi jengkel lalu ambil remote control untuk memindahkan channel. Tapi cobalah untuk mencermati tayangan iklan tsb. dan bertanyalah pada diri sendiri pesan komunikasi dan strategi bisnis apa sih yang sebenarnya ada di baliknya? Siapa tahu ada ide peluang bisnis yang nantinya bisa digarap.

Tuesday, August 26, 2008

Selamat Datang, Ya Ramadhan…






Akhirnya, tiba saatnya untuk mengucap : “Selamat Datang, ya Ramadhan…”


Puji syukur alhamdulillah ya Allah atas kesempatan yang diberikan kepada hamba untuk bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan…


To @ll…


Bisa jadi selama ini banyak tutur kata terucap yang kurang menyejukkan.

Seandainya pula ada perilaku sehari-hari yang mungkin kurang menyenangkan.

Barangkali selama ini ekspresi diri pribadi ada yang tidak dikendaki.

Seiiring dengan hadirnya bulan penuh berkah…

Tiba saatnya ‘tuk membersihkan jiwa, sekaligus memaknai hikmah penyucian diri.

Selamat menunaikan ibadah Puasa, mohon maaf lahir dan bathin.

Teriring doa…

Semoga ibadah Puasa nanti mempertemukan kita dengan keagungan Lailatul Qadar,

dan membawa kita semua meraih kemenangan hakiki di hari nan fitri.

Wednesday, August 20, 2008

Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau?


Barangkali memang sudah menjadi kodrat manusia tatkala melihat keberhasilan & kesuksesan orang lain selalu merasa bahwa ‘pekerjaan’ ataupun ‘usaha’ orang lain tersebut lebih baik atau lebih enak dibanding dengan yang dimilikinya. Seolah-olah segala sesuatu yang telah diraih & dicapainya nggak ada apa-apanya. Nah lho.

Pernahkah mengalami kejadian seperti ini? Jujur saja perasaan yang seperti ini pernah muncul pula pada diri pribadi saya.

Tatkala berkunjung ke rumah seorang teman yang 5 tahun lalu mulai menekuni usaha sendiri, dan saat ini berhasil menjadi pengusaha yang cukup sukses di mata saya, pepatah ‘rumput tetangga lebih hijau’ begitu menggelitik dan mengusik benak saya. Karena fakta yang ada di depan mata memang di luar bayangan saya sebelumnya. Rumahnya sekarang telah berubah ‘keren’ menjadi 3 lantai dan lebih luas [rumah di sebelahnya telah dibeli] dengan model minimalis terkini. Di garasinya terparkir 4 mobil, yang 2 cukup mewah buat ukuran saya. Bahkan ia bersama istrinya tahun lalu sudah menunaikan ibadah haji [ONH Plus], Shubhanallah! Saya ikut bahagia dengan segala kesuksesan yang telah dicapainya dalam waktu relative singkat ini.

Sesaat saya merasa nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan pencapaian teman tsb. Meskipun sebagai karyawan yang juga menjadi business owner, kok saya belum mampu ‘menjadi’ seperti dia. Malah muncul pikiran yang menegasi pencapaian saya selama ini, “jangan-jangan ‘jalan’ yang saya tempuh selama ini salah nich…” Berbagai pikiran macam-macam bersliweran di benak pada saat itu. Maklum aja, siapa sih orang yang nggak kepingin meraih sukses seperti itu?

Tapi kemudian pikiran waras saya berhasil menyadarkan saya. That’s a life! Di dalam kehidupan nyata memang kita harus bersyukur & berlapang dada [legowo] bila all my dreams belum kesampaian. Bersyukur dengan segala pencapaian & kenikmatan yang telah berhasil kita raih selama ‘perjuangan hidup’ kita. Nikmati dan berlapang dada menerima kenyataan bahwa mewujudkan dreams come true tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena pastinya tersirat banyak kerja keras, rintangan dan tantangan yang harus dilalui. Jangan kita melihat pada ‘enaknya’ saat ini saja. Tapi harus difahami pula bahwa sukses seseorang pastinya juga ada behind the scene –nya berupa track record yang berliku, jatuh bangun dan ‘berdarah-darah’.

Dan di dalam hati, saya berjanji pada diri sendiri, bahwa nanti bila ada waktu yang lebih baik saya akan ajak teman saya ini untuk menuturkan kisah perjalanan sukses usahanya, sekaligus jurus-jurus andalan & kiat-kiat yang diterapkan di bidang usahanya. Tentunya, dengan harapan banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran berharga buat diri pribadi saya.

Kalau direnungkan lebih dalam lagi fenomena ‘rumput tetangga lebih hijau’ ini selayaknya justru harus disyukuri. Artinya, kita diingatkan untuk melihat dan memperhatikan ‘rumput yang ada di halaman sendiri’ yang selama ini sudah kita anggap hijau dan subur, ternyata kok kalah sama rumput tetangga. Berarti kan perlu perawatan yang lebih extra lagi.

Hikmahnya, kita disadarkan bahwa seyogyanya harus berusaha lebih keras lagi sekaligus selalu berdoa kehadirat Allah SWT, agar ‘rumput yang ada di halaman rumah kita’ bisa juga ‘sehijau rumput tetangga’ tadi. Berarti harus lebih focus lagi untuk menekuni dan mendalami usaha yang telah ada. So, apapun usaha yang kita tekuni saat ini berarti harus diusahakan semaksimal mungkin agar bisa tumbuh & berkembang lebih maju. Dan jadilah pengusaha sukses yang amanah.

Yang penting juga diingat, janganlah kita sekali-sekali lupa untuk berhenti bersyukur. Dan ingat, tatkala kita merasa lemah dan nggak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, alangkah baiknya bila mencoba melihat ke bawah. Lihat faktanya, bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya masih kurang beruntung bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati selama ini.

Maaf ya… kalau jadi ngelantur ngomongin rumput. By the way tulisan ini bener-bener spontanitas saya, makanya sayang kalau nggak cepet-cepet diposting. Semoga bermanfaat.

Selamat berjuang & tetap semangat!

Sunday, August 17, 2008

Diundang upacara peringatan HUT RI ke-63 di SMA N 81



Puluhan tahun lebih [barangkali], aku nggak pernah lagi ikut upacara bendera yang diselenggarakan oleh intitusi resmi. Seingatku terakhir ikutan upacara bendera sewaktu ‘diplonco’ jadi mahasiswa baru di Surabaya dan usai penataran P4 [pedoman penghayatan & pengamalan Pancasila]. Maklum jaman ‘eyang Soeharto’ jadi orang no 1 RI & ‘bapak pembangunan’ yang namanya P4 itu hukumnya wajib. Kalau kita nggak punya sertfikat P4 hidup bakalan susah [tapi nyatanya nggak juga lho, pengalaman jadi advertising people nggak pernah dimintain ijazah apalagi sertifikat P4. Paling yang dilihat portfolio hasil kerjaan selama ini].


Back to HUT RI ke 63, 3 hari yang lalu sebagai orangtua murid SMA N 81, tiba-tiba aku diundang untuk ikut serta upacara bendera yang diselenggarakan 17 Agustus 2008 ini. Lho kok? Ternyata kehormatan ini berkaitan dengan pelantikan anakku Adhika Widyanti yang pada saat upacara digelar bakalan dilantik menjadi Pengurus OSIS periode 2008 – 2009.


Memang sejak masuk di SMP, Adhika aktif di OSIS, drumband & Paskibra. Begitu pula saat di SMA N 81, mulai kelas 1 sudah aktif ikutan berbagai kepanitiaan. Terakhir, bulan Juli 2008 lalu ikutan bikin ‘Pentas Seni’ SMA N 81 [seksi pencarian dana] yang diselenggarakan di gelanggang remaja Soemantri Brojonegoro yang diikuti hampir semua SMA se-Jabodetabek.


Sebagai orangtua, aku memang mendukung sepenuhnya kegiatan ‘positif’ ini, sambil berpesan agar tetap 10 besar di kelasnya. Cuma sering juga dibuat was-was dan ketar-ketir. Pasalnya, sepulang sekolah [SMA N 81 setiap hari bubar sekolahnya jam 4-an, Sabtu libur] langsung nyambung ‘ngurusi’ kegiatan di luar sekolahnya. Dan hampir setiap hari, saat saya pulang dari kantor jam 7-an malam, Adhika belum nyampe rumah. Kalau ditelepon baru dia minta ijin kalau bakalan pulang malem jam 10-an [anak sekarang sudah dibawain HP aja SMS ke ortunya males banget, keasyikan chat ama temennya kaleee…]. Makanya, terkadang nggak tega ngelihatnya, maklum pulangnya kan naik kendaraan umum. Akhirnya, ya tak jemput juga di rumah temennya, kalau nggak ya di seputaran masjid Al Muhajirin yang lokasinya di komplek KODAM dekat SMA N 81. Sabtu, yang harusnya libur, Adhika masih ikutan ekstra kulikuler Seni tari & Fotografi, pulangnya juga nyambung ‘ngurusi’ aktivitas kepanitiaannya.


Begitulah, pas kelas 2 [XI] ini, tiba-tiba aku disodori surat pernyataan ijin kesediaan untuk menjadi ‘calon anggota’ OSIS. Mulai masuk hari pertama tahun ajaran baru ini, 13 Juli 2008 yang lalu, Adhika mulai mengikuti semacam LDK [latihan dasar kepemimpinan].


Labelnya sih LDK, tapi kalau aku cermati lebih jauh, para calon anggota OSIS ini sebenarnya lagi ‘dikerjain’ atau ‘diplonco’ sama para senior OSIS [kelas 3] yang hendak digantikannya. Bayangin hampir tiap malem pasti ada tugas ‘yang aneh2’, studi kasus lah, bikin makalah lah, proposal, dsb. Dan mau nggak mau kan harus digarap bareng, akhirnya ya pulangnya malem juga.


Setiap hari di sekolah harus pakai name tag ‘segede gambreng’ di dada & punggungnya. Name tag ini juga bikinnya ‘setengah mati’ & berhari-hari, karena jenis kertasnya [warna-warni dsb.] aja yang susah nyarinya. Name tagnya yang bentuknya aneh bergaya romawi, selain nama & kelas juga ada symbol angkatannya, slogannya, fotonya, dsb. Makanya, karena kalau istirahat dia males ‘jajan’ di kantin dan minta dibawain makan siang dari rumah.


Jadi kurang lebih hampir sebulan para calon anggota OSIS ini ‘berjuang’. Puncaknya adalah hari ini, 17 Agustus 2008, pk. 04.00 mereka harus long march [lari bareng sama para seniornya] dari monument Pancasila Sakti Lubang BUaya hingga ke SMAN 81 di kompleks KODAM Kalimalang [sekitar 6 km lah].


Malem kemarin memang Adhika minta ijin nginap bareng di rumah temennya di komp. AU Halim Perdanakusuma, tapi nggak aku ijinkan karena kondisi fisiknya sudah mulai terlihat gejala flu, takutnya kalu ‘ngumpul’ bareng ntar pada nggak tidur. Dan aku janji buat bangunin dan mengantarnya pagi besok. Makanya, sepulang sekolah pk. 20.30 langsung kita suruh istirahat buat jaga kondisi. Maklum, besok dia harus berangkat 03.15 dari rumah buat ‘ngumpul’ di Lubang Buaya pk. 03.30.


Pk. 03.30 pagi, para calon anggota OSIS dan para seniornya ini akhirnya ngumpul bareng. Setelah renungan bersama dan sholat Shubuh bersama, mereka nanti akan long march dari Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya ke SMA N 81 [heran juga, kayak anak karate atau bela diri lain yang mau kenaikan tingkat aja pake lari segala??]. Pk. 04.00 aku tinggalkan Lubang Buaya.


Pk. 06.20, berangkatlah aku & istri nganter si RizkaWira ke sekolahnya SMP Putra 1 buat upacara bendera 17 Agustus-an juga. Dari nge drop si Wira yang lokasi sekolahnya di jl. Raya Kalimalang aku menuju ke SMA N 81. Kira-kira pk. 06.50, sampailah di SMA N 81. Upacara bendera akan dimulai pk. 07.00. Tepat waktu juga.


Saat upacara dimulai, melihat para siswa yang tenang dan serius, aku jadi teringat puluhan tahun lalu saat masih SMA kalau pas upacara bendera Sebulan sekali pastinya aku juga seperti mereka. Tapi pas tak ingat-ingat lagi kayaknya kok aku jarang ikut, tapi seringnya malah ngumpet di warungnya pak Jo yang berada di seberang sekolah.


Pas pengerekan bendera pun, kalau nggak diingatkan, aku juga lupa kalau kita mesti berdiri dan hormat ke Sang Saka Merah Putih. [Makanya, sudah sewajarnya kalau aku nggak pernah kepingin jadi ‘pemimpin bangsa’, karena dari sononya emang udah nggak bener] BTW aku salut sama para siswa saat ini yang bener-bener calon para pemimpin bangsa masa depan.


Saat upacara hampir berakhir, barulah diumumkan bahwa akan diadakan pelantikan pengurus OSIS yang baru, dan para siswa peserta upacara diminta naik ke lantai 2 & 3. Nggak lama kemudian para calon pengurus OSIS dan para seniornya yang long march 6 km dari Lubang Buaya tiba dan memasuki lapangan sambil berlari-lari kecil, sambil menyanyikan yel-yel angkatan mereka, mengelilingi lapangan dan berhenti di tengah lapangan. Terharu campur nggak tega aku melihat mereka semua para calon pengurus OSIS yang nampak dekil & kelelahan.


Usai pidato, sambutan seremonial dan penjelasan program, pencopotan name tag, dsb. akhirnya, tibalah ke puncak acara, di mana kita semua para undangan & guru diminta untuk ikut menyiram air kembang kepada para pengurus OSIS yang baru ini [kasian banget… udah cape masih harus diguyur air kembang pula…].


Lalu dilanjutkan acara para ortu untuk memakaikan jas OSIS SMA N 81 ke anaknya masing-masing. Herannya, meskipun kelihatan lelah dan basah kuyup, Adhika wajahnya happy banget, karena salah satu keinginannya bisa terwujud. Alhamdulillah. [Maklum aja untuk jadi pengurus OSIS di SMA N 81 nggak gampang. Tempat yang diperebutkan hanya ada 29. Banyak temen seperjuangannya yang selama masa ‘diplonco’ tsb. gagal. Tercatat ada 16 anak gagal selama masa orientasi yang panjang mulai 13 Juli 2008 yang lalu.].


Inilah sepenggal cerita 17 Agustus 2008 kali ini, yang tentunya begitu berkesan buat my family.

Renungan 63 tahun Merdeka





Tak terasa 63 tahun sudah Indonesia merdeka
Cita-cita para pendiri Negara kesatuan kita memang mulia
Ingin menjadikan bangsa Indonesia bermartabat di mata dunia
Sudahkah tercapai impian-impian seperti saat diteriakkan pekik merdeka?

Nyatanya masih begitu banyak kita jumpai kaum papa di bumi tercinta
Menunggu uluran tangan kita semua
Bahkan demi kehidupan mulia yang didamba…
Banyak saudara kita [terlebih kaum hawa]
terpaksa menjual harga dirinya menjadi pembantu di manca Negara

Lalu apa artinya kata sakral ‘merdeka’ bagi kita?
Katanya …negeri kita tampak indah dalam untaian mutiara Nusantara
Nun di sana ... jajaran gunung begitu perkasa,
Gambaran betapa kaya Indonesia kita... tapi mana faktanya...


Ironisnya, saat ini bertubi-tubi kita hanya dipameri bukti nyata
Bagaimana para penguasa yang seharusnya peduli rakyat jelata
Justru sebaliknya berulah mengatasnamakan Indonesia
‘tuk kepentingan diri pribadi, keluarga dan kelompoknya…

Terlepas dari itu semua... jangan lupa mensyukuri hidup kita
Ternyata masih ada kesadaran untuk menjadi insan mulia

Lebih baik kita berpikir dan bertindak bijaksana
Di sela deru debam keramaian kota..
Di sela hiruk pikuk rutinitas pekerjaan..
Di sela compang camping negeri ini..
Di sela porak poranda bumi pertiwi karena bencana...
Di sela memudarnya warna sang merah putih yang berkibar

Saatnya kita buktikan Cinta Tanah Air Indonesia
Mari kita bersama berkarya membuka usaha
Menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak yang kita bisa
Mulai dari lingkungan terdekat kita

Tentunya dengan doa & permohonan kepada Allah SWT
Kita sebarkan semangat dan cita-cita mulia kita bersama
Menjadi TDA [tangan di atas] untuk bersama menebar rahmat
Wujudkan cita-cita ‘Indonesia tahun 2020 bebas kemiskinan’

dan MERDEKA!

Saturday, August 16, 2008

Mau diarahkan ke mana hidup ini?



Saat tidak aktif ngeblog dan berinternet, banyak waktu yang saya gunakan untuk merenung dan merenung tentang segala hal. Salah satu yang menarik dari perenungan saya adalah tersadarnya saya akan ‘konsep waktu terkait dengan tujuan hidup’. Karena berangkat dari kesadaran akan waktu, ternyata terkait erat dengan segala aspek kehidupan kita.


Sadarkah kita bahwa ternyata sang waktu itu terus maju dan begitu cepat berlalu? Dan tak ada kuasa manusia yang mampu menghentikan waktu. Justru sebaliknya, kita sering kali malah ditinggalkan oleh waktu dan banyak pula yang dihentikan oleh sang waktu. Rasanya baru kemarin kita memasuki tahun baru 2008, tiba-tiba sekarang sudah bulan Agustus. Bahkan sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadhan dan dilanjut Idul Fitri.


Dalam perenungan tsb. secara pribadi kok saya merasakan sepanjang hidup ini kok merasa belum ‘berbuat apa-apa’. Kalau dikaitkan dengan rutinitas keseharian kok rasanya hidup ini hanya dihabiskan untuk kepentingan pribadi dan keluarga saja. Belum banyak yang bisa saya lakukan untuk kepentingan orang banyak.


Saya memang bekerja keras membanting tulang, giat beraktivitas dan terjebak dengan rutinitas yang terkadang banyak mengorbankan banyak hal, tetapi apa sih yang saya hasilkan? Mengumpulkan asset, paling banter ujung-ujungnya juga untuk saya & keluarga. Berapa banyakkah yang bermanfaat untuk orang banyak? Pertanyaan seperti inilah yang akhirnya mengganggu batinku.


Begitu pula dalam hal belajar membangun usaha. Selama 3 tahun terakhir ini selain waktu habis untuk bekerja sebagai ‘Tangan di Bawah’ [karyawan gajian], juga banyak waktu yang saya habiskan untuk bergiat membangun usaha. Serasa begitu sibuk. Membangun bisnis sendiri. Cita-cita yang dicanangkan ‘ingin bisa segera menjadi Tangan di Atas’ [orang yang selalu bisa memberi]. Apakah yang sudah diperoleh dari kesibukan selama ini? Sudahkah usaha yang dibangun tsb. berkembang seperti yang diidealkan? Sudahkah menjawab tujuan untuk menjadi ‘Tangan di Atas’? Berapa banyak orang yang dapat manfaat dari usaha ini? Atau jangan-jangan malah saya terjebak dan larut dengan kegiatan yang hanya mengumpulkan harta benda dan asset yang lagi-lagi bisa jadi juga hanya untuk saya pribadi & keluarga. Pertanyaan seperti ini pula yang selalu muncul dan mengusik.


Sekadar berzakat, infaq, sedaqah, cukupkah? Apa nggak mungkin bisa lebih dari itu? Bagaimana bisa memberi kail nggak hanya memberi umpan terus menerus, agar banyak orang bisa memancing sendiri ikannya. Misal banyak menciptakan lapangan kerja sehingga bisa membangun kemashahalatan umat.


Persepsi orang kebanyakan saat ini tentang orang sukses adalah orang yang memiliki banyak hal. Dan pada kenyataannya memang banyak yang berusaha untuk menuju ke arah sana. Akhirnya, terjebak dengan konsumerisme. Bahkan banyak pula yang meraih prestasi demi prestasi baik di karier maupun di bidang usaha yang mengorbankan banyak hal [perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual]. Sampai-sampai lupa mau ke arah mana sebenarnya tujuan hidupnya yang hakiki?


Rasanya dari curhat di atas, memang perlu sekali lagi buat diri saya pribadi untuk mendifinisikan ulang ke mana tujuan hidup saya yang sejujurnya dan dari dasar perasaan yang paling mendalam. Tentunya dengan harapan, sisa waktu yang ada ini, nantinya hidup saya menjadi lebih bermakna. Sukses sebagai pengusaha bisa jadi bukanlah tujuan yang hakiki, tapi menjadi manusia yang berguna bagi banyak orang akan jauh lebih bermakna dan dihargai sebagai kesuksesan sejati.


Kalau direnungkan, agar bisa berguna untuk orang banyak rasanya kita nggak perlu harus kaya terlebih dahulu. Buat apa kita kaya raya tapi hidup kita tidak bermakna bagi sesama? Dan seharusnya membangun hidup yang lebih bermakna bisa dijalani sambil beraktivitas sehari-hari, dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan saat ini juga. Lebih oke lagi bila dibarengi dengan aktivitas untuk terus mengasah kesadaran diri agar menjadi pribadi yang semakin baik.


Melalui curhat ini, sekali lagi saya juga mengajak semuanya “untuk selalu dapat memberi, memberi, dan memberi… tapi tidak pernah kehabisan, daripada harus mencari, mencari, dan mencari… tapi tidak pernah merasa cukup. Semoga. Amin.”

Friday, August 15, 2008

Dying by viruses



Wuih serem juga ya judulnya… Tapi apa yang tersirat dari judul tsb. maknanya bukanlah seperti yang tersurat. Biar lebih jelas sebaiknya ikuti terus sharing saya kali ini.


Temans semua, kurang lebih hampir 2 bulan saya memang tidak menulis & mengupdate blog ini. Kenapa? Ini semua gara-gara computer di rumah & laptop terinveksi virus. Bener-bener bikin frustasi. Hampir semua tulisan yang basicnya MS Word corrupt dihajar sama anti virus yang ada. So banyak file & data penting yang akhirnya tak terbaca alias ‘hilang percuma’. Dan konyolnya lagi, banyak juga yang nggak ada back-up nya.


Sekitar sebulan saya merenungi kejadian ini. Trauma. Jadi kapok saya dibuatnya. Ibarat pertandingan tinju, saya betul-betul dibuat “KO gara-gara virus” tsb. Komputer & laptop tak biarin aja jadi seperti barang tak berguna. Malas mau benerinnya. Maklum aja untuk urusan computer saya termasuk yang ‘gaptek’ [gagap teknologi]. Mau ngeblog & berinternet di warnet koq susah nyari waktu buat ‘kelayapan’. Lagian feelnya masih ‘males’ urusan sama computer. Ya wis, ‘diam’ adalah emas! Tadinya mikirnya mau beli computer baru aja biar bebas dari masalah dan mencoba memulai dari awal . Tapi mikir lagi, lha yang ada sekarang mau diapain?


Pas, anak-anak mulai complain, akhirnya minta tolong teman yang cukup ‘jago’ minta dibenerin. Dan sebenarnya para computer tsb. sudah lama siap ‘dipakai’. Tapi selama waktu itu pula, saya pribadi juga mempersiapkan mental untuk ‘bergairah’ menyalakan computer atau pun laptop lagi. Perlahan tapi pasti. Hasilnya, saya mulai bangkit & ‘percaya diri’ lagi untuk berhubungan dengan para computer tsb. Kalau tulisan ini berhasil diposting di blog ini, berarti saya sudah siap untuk berbagi cerita dengan Anda semua.

Sunday, March 30, 2008

Sepenggal cerita tentang “Bus SIM Keliling”


Nggak kerasa, SIM A & C tanggal 4 April 2008 ini sudah habis masa berlakunya. Mau nggak mau kan mesti diperpanjang sebelum tanggal tsb. Kebayang 5 tahun yang lalu [karena nggak mau repot ‘dikerjain oknum’], urusan memperpanjang SIM tsb. melalui biro jasa. Alhasil habisnya lumayan mahal [Rp 360,000]. Kali ini, iseng-iseng nanya ke biro jasa yang sama untuk perpanjangan SIM A & C membutuhkan biaya Rp 500,000. [Enak banget ya nyari duitnya???]

Akhirnya, memilih untuk mencoba memperpanjang SIM tsb. sendiri tanpa perlu bantuan biro jasa. Sambil mencoba petualangan baru, kayak apa sih ribetnya? Kan katanya dalam usaha mewujudkan good government service di tubuh POLRI, sekarang ‘ngurus’ SIM & STNK lebih gampang dan nyaman, tanpa harus melalui calo ataupun biro jasa. [maaf ya buat temen-temen yang punya usaha biro jasa khusus SIM & STNK, hehehe…].

Sekaligus mendukung usaha POLRI untuk ‘memberantas praktek pungli & percaloan’ dari dalam instansinya. Kalau nggak dimulai dari diri kita sendiri, tujuan mulia ini akan mubazir. Inilah niat yang saya canangkan, ‘memerangi praktek pungli yang telah membudaya di masyarakat’ yang bikin bangsa ini terpuruk terus menerus. Mau se’repot’ apapun akan ane jabanin!

Tanggal 27 Maret 2008, mulailah browsing di internet, cari info tentang perpanjangan SIM ini, eh ketemu dengan yang namanya layanan SIM keliling. Emang beberapa tahun yang lalu pernah denger kalau Polda Metro Jaya melaunching fasilitas tsb. Tapi kan karena saat berita tsb. dirilis belum perlu, ya informasi tsb. lewat begitu saja. Masalahnya, layanan bus SIM keliling tsb. lokasi mangkalnya berpindah-pindah setiap hari.

Tatkala menanyakan ke telepon yang tertera di WEB resmi POLDA Metro Jaya [ www.lantas.metro.polri.go.id ] dijawab agar menelepon di pagi hari jam 8,00 di hari kapan kita mau memanfaatkan jasa layanan bus SIM keliling ini. Atau bisa juga SMS ke no. 1717 pk. 8,00 di hari yang sama. Juga bisa dilihat di halaman utama WEB resmi POLDA Metro Jaya setiap harinya [ www.lantas.metro.polri.go.id ].

Tanggal 28 Maret 2008 pagi, pk. 08,10 iseng-iseng nyoba nelpon ke no. telepon yang dianjurkan 021 527 6001, ternyata tidak ada satu pun yang menjawab [gimana nich???]. Terus nyoba SMS ke no. 1717 : “mohon info, hari ini 28 Maret 2008 layanan bus SIM keliling untuk wilayah Jak Tim lokasi ada di mana ya?”. Eh, nggak sampai 5 menit SMS telah dibalas : “SIM/STNK Jak Sel di Kebun Binatang Ragunan [SIM hari ini tidak beroperasi], Jak Tim di Pusat Grosir Cililitan, Jak Ut di Mall Pluit, Jak Bar di Carrefour Puri Kembangan, Jak Pus di PT Pelni Jl. Gajah Mada. Jam operasi 08.00 – 13.00 WIB.”

Langsung otakpun ambil keputusan untuk memilih Bus SIM Keliling yang ada di Pusat Grosir Cililitan [PGC] karena lebih dekat dari rumah. Meluncurlah ke PGC. Sampai di PGC sekitar 08.45. Di halaman parkir sudah terparkir Bus SIM Keliling & Bus STNK Keliling.

Di depan Bus SIM Keliling sudah ngantri 5 orang sebelum saya. Saya tanya ke petugas, apakah SIM saya yang habisnya 4 April 2008 nanti boleh diperpanjang sekarang? Karena saya minggu depan 1 April s.d 5 April 2008 ada tugas pekerjaan kantor. Kalau memperpanjang setelah tanggal itu kan kena denda. Ternyata oleh petugas diijinkan untuk itu. [Thanks ya.] Di dompet ada duit Rp 300,000, seharusnya cukup untuk biayanya.

Setelah KTP dan kedua SIM tsb. difotocopy oleh petugas [biaya fotocopy untuk 3 lembar Rp 3,000], langsung diminta untuk mengisi formulir permohonan perpanjangan SIM. Sayangnya, saya nggak bawa ballpoint jadinya untuk mengisi formulirnya harus menunggu orang yang bisa meminjamkan ballpoint-nya. Inilah masalah yang bikin agak lama. Saat mengisi pun juga memerlukan waktu agak lama, karena harus mengisi 2 formulir [SIM A & C]. Akhirnya, pk. 09.10 formulir tsb. berhasil saya serahkan ke petugas. Tibalah ke tahap menunggu panggilan untuk difoto [nggak disediakan kursi jadi ya pada berdiri ‘berceceran’ di sekitar bus tsb].

Pk. 09.20, dipanggil naik ke atas bus untuk photo session, sekaligus dicek ulang data yang akan tertera di SIM kita [Nama, Tgl. Lahir, Alamat]. Petugasnya pun ramah dalam melayani para pemohon SIM. Berbeda jauh dengan pengalaman saya ‘ngurus’ perpanjangan SIM di SAMSAT Jl. Daan Mogot 5 tahun yang lalu, di mana petugasnya cuma ramah sama duit kita [waktu itu kan lewat Biro Jasa].

Selesai foto diminta untuk membayar Rp 170,000 untuk SIM A & C tsb. [jadi @ Rp 85,000]. Surprise banget! Sungguh di luar expectation saya sebelumnya. [perkiraan saya paling murah Rp 200,000 untuk 2 SIM tsb]. Bayangin pula kalau mesti ‘ngurus’ lewat biro jasa atau calo yang budgetnya sekitar Rp 500,000.

Sambil ngobrol, petugas tsb. juga menginformasikan bahwa mulai awal April 2008 ini layanan SAMSAT akan buka kantor di PGC ini, dan beberapa mal lainnya [salah satunya Mal Taman Anggrek dll.]. Jam bukanya juga seiiring dengan bukanya Mal tsb. Jadi konsepnya, sambil belanja kita bisa memperpanjang SIM & STNK. Sabtu Minggu juga buka. Jadi nggak ada lagi alasan untuk kita nggak ada waktu untuk memperpanjang SIM or STNK. Hebat ya… terobosan yang dilakukan POLRI.

Pk. 09.25, kedua SIM baru saya diserahkan. Saya hitung, waktu yang diperlukan juga lumayan singkat [lebih lama ngisi formulirnya dibanding bikin SIM nya]. Pk. 09.30 saya sudah keluar dari areal parkiran PGC. Jadi dari saya tiba di PGC hingga pergi meninggalkan PGC hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Betul-betul puas saya dibuatnya. Baru kali ini saya merasakan berurusan sendiri dengan birokrasi begitu lancar & efisien dari segi waktu. Kalau semua instansi pemerintah yang terkait dengan layanan public bisa seperti ini semua, saya yakin negeri ini akan melangkah lebih maju. Salut juga ane ama reformasi POLRI.

Setelah mengalami sendiri bagaimana mudahnya ‘urusan’ memperpanjang SIM ini, saya anjurkan kepada siapa saja agar memanfaatkan layanan perpanjangan SIM & STNK melalui Bus Keliling ini. Dijamin kesan ribet & repot yang selama ini melekat jika kita bicara ‘urusan’ dengan SAMSAT, akan langsung sirna saat itu juga. Coba & buktikan.

Informasi tambahan bagi yang mau memanfaatkan layanan ini:

-Pagi pk. 08.00, cari tahu keberadaan Bus SIM Keliling dengan SMS 1717

-Bus SIM Keliling DKI hanya melayani perpanjangan SIM ‘keluaran’ Polda Metro Jaya

-SIM yang kadaluarsa lebih dari 1 tahun juga tidak bisa dilayani

-Bawa KTP & SIM aslinya

-Berpakaian yang sopan & layak untuk difoto

-Siapkan uang pas [seringnya nggak ada kembalian]

-Siapkan payung [kalau pas musim hujan], karena tidak ada tempat berteduh

-Siapin juga air minum biar nggak kehausan bila menunggu saat teriknya matahari

-Sebaiknya datang lebih pagi [pk 8.00] , karena makin siang makin berjubel antriannya


Masukan untuk Bus SIM Keliling

-Meja & kursi untuk mengisi formulir isian sebaiknya diperbanyak

-Sistim antriannya, meski sudah lumayan baik, kalau bisa menggunakan Ticketing System seperti di Bank. Kalau antriannya membludag ‘takutnya’ jadi kacau

-Perlu disediakan papan informasi tentang ‘aturan main’ dan penjelasan apa saja yang bisa dilayani & tidak bisa dilayani [banyak yang ditolak padahal sudah ‘ngantre’]


Peluang usaha :

-Jualan minuman/snack dll. [juga ballpoint] kerja sama dengan bus SIM Keliling ini

-Menyewakan kursi lipat juga oke lho…

-Bisa untuk ajang sampling product bagi yang punya tim SPG

-Bisa beriklan melalui X-banner, spanduk, tenda ruang tunggu

Monday, March 24, 2008

Perang tanding tarif ponsel, siapa sih yang untung?

Kalau kita amati, sebagai pengguna ponsel, akhir-akhir ini ada fenomena menarik tentang perang tarif yang sedang gencar dilakukan oleh beberapa provider. Iklan pun juga menjadi ajang ‘perang tanding’ ini. Lihat saja iklan yang ditayang di beberapa TV swasta nasional. Iklan XL yang ‘kawin dengan monyet’ menjanjikan tarif 0,1 per detik, belum lama tayang sudah dibalas dengan iklan IM3-nya Indosat versi ‘pantai’, yang menjanjikan 0,0001 per detik. Lucu banget. Kayak anak kecil aja, ‘dicubit’ eh cepet-cepet mbales ‘nyubit’. Hehehehe…

Seandainya tarif baru yang diberlakukan oleh para operator itu benar adanya, berarti kan selama ini konsumen dibohongi [dikenai tarif mahal], buktinya kok sekarang mereka berani pasang tarif yang jauh lebih murah daripada yang berlaku sebelumnya??? Sama dengan, selama ini para provider tsb. sudah menikmati untung ‘gede’.

Kali ini, saya nggak mau membahas apakah tarif-tarif tsb. bener atau tidak [karena saya nggak pakai XL maupun IM3], tapi lebih kepingin menyoroti siapa-siapa saja yang sebenarnya diuntungkan dengan adanya ‘perang tariff’ ini.

  1. Paling untung ya pastinya si pemilik bisnis tsb. Semakin ‘menjanjikan’ tarif murah akan semakin banyak jumlah pelanggan yang bakalan masuk ke jaringan mereka. Dan tentunya akan lebih banyak lagi fulus masyarakat yang bakal ‘disedot’.
  2. Stasiun TV dan media iklan lainnya, yang jelas bakalan gembira karena bisa memperoleh gelontoran ‘jor-joran’nya budget iklan yang tentunya untuk perang iklan ini spending-nya ‘gede’ juga.
  3. Advertising agency yang meng-handle Client yang lagi asyik ‘perang iklan’ tsb. As a marketing & communication consultant sudah pasti banyak pula meraup untung. Jaman gini ada yang jor-joran iklan, asiik buaaanget!
  4. Public Relation Consultant-nya juga pasti ikutan dibayar untuk membangun image yang diinginkan.
  5. Production House, Director Film [sutradara iklannya], dan jajaran tim produksi iklannya. Bayangin aja, nggak sampai sebulan sudah bikin iklan dua kali. Bayangkan, Budget produksi iklan TV paling murah saat ini sekitar 500 jt-an.
  6. Para penjual product para provider tsb. [mulai dari grosir, agen, sub agen, outlet, dst.], karena semakin gencar diiklankan akan semakin banyak yang kepingin membelinya. Pastinya kan ada untungnya.
  7. Para konsumen atau end user-nya. Kalau memang tariff murah ini benar adanya, jelas masyarakat akan menikmati. Bisa bertelepon-ria sepuasnya dengan tarif yang ‘miring’.


Hanya saja, untuk masyarakat konsumen, kok feeling saya meragukan akan ‘tarif murah’ yang dijanjikan tsb. Pengalaman selama ini, kalau ada fihak yang dirugikan adalah selalu konsumen. Merekalah sebenarnya yang akhirnya ‘membiayai’ semua budget yang telah dikeluarkan untuk ‘perang tanding’ iklan tsb. Ingat, mana ada di dunia ini orang bisa menikmati ‘kenyamanan’ tanpa dipungut bayaran??? Yang namanya promosi, iklan & sejenisnya, kan selalu pada akhirnya dibebankan ke konsumen atau end user. Ini kan pinter-pinternya mereka mengemas dengan trick-trick promosi yang canggih. Betul nggak?

Pertanyaannya, apa saja syarat & ketentuan yang berlaku untuk tarif Rp 0,0001 /detik tsb? Kan tidak pernah dijelaskan secara ‘gamblang’ saat penayangan iklan tsb. Alasannya, tidak tersedianya ruang & waktu [lagu lama ah..] Padahal informasi ini jelas penting.

Yang saya juga heran, kok sepertinya ‘perang iklan’ tsb. bermuara ke ‘perang kreativitas kata-kata’ yang ‘takutnya’ berujung kepada pembohongan & pembodohan masyarakat konsumen Indonesia.

Dalam menyikapi fenomena ini jelas sikap kritis kita diuji. Jangan mau menjadi korban iklan. Dan jangan mudah terjebak dengan bujuk rayu ‘perang iklan’ tsb. Kalau dulu usai penayangan iklan di TVRI [Siaran Niaga] selalu diperingatkan kepada para pemirsa agar ‘teliti sebelum membeli’, alangkah baiknya sekarang dalam menyikapi tawaran tarif murah tsb., konsumen juga dapat memahami sejelas-jelasnya mekanisme & cara kerja sejatinya tariff murah tsb. Tentunya, agar dapat memanfaatkan secara ‘cerdas’ tarif murah tsb.

Saat ini sebenarnya apa sih yang diharapkan konsumen di Indonesia? Apakah benar tarif murah atau Bonus? Atau lebih jauh lagi, misal pelayanan yg baik? Karena biasanya kalau pelanggannya sudah ‘membludak’, urusan pelayanan ke konsumen menjadi amburadul. Nah loh…

Mudah-mudahan temen-temen semua berada di pihak yang diuntungkan.

Wednesday, March 05, 2008

Serba-serbi www

Jujur saja, meskipun setiap hari bergaul dengan internet ternyata saya merasa tetap saja ‘ada jarak’ dengan teknologi yang satu ini. Persis seperti gambaran dari Karl Marx [filsuf] saat bertutur tentang alienasi [keterasingan] manusia dengan teknologi ciptaannya. Semakin kita kepingin tahu lebih jauh terkait dengan kemajuan sebuah teknologi, semakin terasa jauh jarak kita dengan teknologi itu sendiri. Akhirnya, daripada ribet ya lebih baik jadi manusia ‘sok tahu’ aja. Beres???

Begitulah, suatu kali saat lagi ‘browsing’ di internet pakai pc di rumah, anak saya iseng nanya tentang singkatan apa sih www itu? Wuah, pertanyaannya sih mudah. Tapi nyari jawabannya yang ternyata nggak mudah [meskipun setiap kali kita buka situs atau web selalu memulai dengan singkatan www tsb]. Karena lagi asyik browsing dan bukan untuk tugas sekolahannya jadinya ya males nyari ke mbah google. Dengan ‘sok tahu’ saya jawab : “welcome wonderful world, mas!”. Asumsi saya, internet tuh kan banyak memberikan kemudahan untuk menjelajahi keindahan dunia maya. Makanya kayaknya yang pas ya itu ‘welcome wonderful world’.

“Ngaco ah bapak… kalau cuma asal ‘dipas-pasin’, adik juga tahu… malahan kepanjangannya dalam bahasa Indonesia lagi, ‘wahana wira wiri’. Kan internet tempat atau sarana kita mondar-mandir nyari segala macem data dan pengetahuan,. Atau bisa juga ‘widya wisata wacana’, kan kunjungan [browsing] untuk mencari berbagai pengetahuan dan wacana baru”, protesnya.

“Terserahlah! Yang penting nyambung…hehehe ” jawab saya.

Kakaknya [yang lagi asyik ber-friendster-ria pakai laptop di samping saya] nggak mau kalah akhirnya ikut nimbrung. “Kayaknya sih kepanjangannya ‘we win world’, kan dengan internet kita bisa menguasai dunia. Atau mungkin ‘walk world wide’, karena kita bisa berjalan-jalan & menjelajah ke seluruh dunia via internet!”.

“Wuah, urusan sepele jadi serius juga nich…” celetuk saya sambil melirik ke ibunya anak-anak. Karena selama ini istri saya adalah orang yang paling nggak urusan sama internet. Tapi dia adalah ‘polisi’ bagi anak-anak saya, kalau mereka sedang browsing. Maklum istri saya selalu merasa bahwa kalau anak-anak ‘diumbar’ buka internet, takutnya browsing ke situs-situs yang ‘nggak bener’. Lha terus nanti ‘kebablasan’ dan merasa ‘dewasa’ sebelum waktunya. Padahal mereka kan masih perlu didampingi.

Memang selama ini, anak-anak memanfaatkan sambungan internet hanya sebatas buka email, baca berita olah raga online [sepak bola], mencari data atau referensi bila ada PR, chatting via YM sama temen kalau pas mengerjakan tugas, download musik lengkap dengan lyric dan chord nya. Kalau yang agak ‘pemborosan’ paling ya friendster.

Setelah berpikir sejenak istri saya ikutan komentar. “Kalau buat mama, www itu singkatan ‘waktunya was was’. Soalnya, anak-anak kalau sudah di depan computer dan buka internet jadi lupa waktu, dan lupa sholat. Asyiik sendiri, apa saja sich yang dikerjain kalau lagi internetan??. Jadi mama nggak setuju kalau anak-anak berlama-lama on line tapi bukan untuk ngerjain tugas sekolah”. Begitulah. Saat ada kesempatan untuk ‘curhat’ dan memberi nasehat, langsung saja istri saya nyerocos.

Kalau diterusin bakalan jadi lebih ngelantur lagi, akhirnya saya bilang ke istri dan anak-anak,”kapan-kapan kita cari kepanjangan sebenarnya dari www ini, oke??” Wong nggak tahu kepanjangannya aja kita sudah bisa menjelajah dunia maya dengan tanpa batas, ngapain juga menghabiskan waktu ngurusin apa kepanjangan sebenarnya www itu. Hehehe… Sok tahu banget ya…

Terlepas dari singkatan apa sebenernya www itu, kenyataannya pertumbuhan ‘dunia on line’ saat ini di Indonesia dan dunia memang pesat. Internet memang terbukti mampu menciptakan gaya hidup baru bagi penggunanya [browsing, chatting, ngeblog, ngefriendster, bikin komunitas, bikin milis, dsb.]. Dan sebagai pengguna akhir [end user], yang namanya internet memang memberi kemudahan tiada tara. Pastinya kita semua setuju dong. Makanya, buat saya pribadi www cocoknya adalah singkatan dari ‘wild wild world’ atau dunia yang ‘liar banget gitu lho’.

So selamat berselancar memanfaatkan atau sekalian menaklukkan wild wild world, dunia liar yang menyediakan berjuta kemudahan ‘apa aja’ termasuk ‘peluang’ hari ini dan nanti.

Sunday, January 06, 2008

Komputernya yang salah...

Tanggal 5 Januari 2008 kemarin, saya & istri diundang SMAN 81. Ceritanya meskipun liburan sekolah, pembagian raport Adhika, putri pertama kami yang di kelas X, tetap dilaksanakan oleh fihak sekolah.

Setelah berkumpul di kelas, kami para orang tua diberi penjelasan bahwa sistem rapotan beberapa sekolah unggulan di DKI Jakarta sekarang sudah menggunakan komputerisasi dan on-line melalui server di kantor Depdiknas, jadi prosesnya agak lama dan ribet [belum-belum sudah excuse duluan nich]. Penjelasan pun dilanjutkan bahwa kalau nantinya ada data nilai yang belum sesuai dengan nilai hasil ulangan para siswa harus segera dilaporkan dan dikoreksi.

Akhirnya, rapot pun dibagikan. Setelah para orang tua & wali siswa melihatnya, muncullah banyak pertanyaan. Karena banyak di bagian penilaian kompetensi, siswa yang nilainya bagus, diberi penjelasan pencapaiannya belum tuntas? Nah lho… Guru wali kelas pun akhirnya berusaha untuk memberi jawaban secara diplomatis : “Maaf pak ini komputernya yang salah! Kalau komputernya ada di sekolah ini saja, saya jamin nggak bakal ada kesalahan. Kami fihak sekolah dapat olahan data dari Kanwil Depdiknas pak.”

Saya juga sempat berargumentasi “kalau belum siap kenapa rapot harus dipaksakan untuk dibagikan saat ini”. Ini kan namanya, mereka yang kerjanya nggak bener, ngisi data nilainya asal-asalan dan kita yang disuruh mengkoreksinya. Kesimpulan saya yang juga tiap hari pakai computer, si para operator computer ini cuma main copy & paste saja. Karena saat kita mencocokkan nilai, isi penjelasannya sama semua. Yang nilainya bagus sama yang kurang bagus penjelasannya sama. Gila banget ya…Padahal mereka digaji di bagian komputerisasi ya harus kerja yang teliti dan benar serta akurat. Karena menyangkut nilai hasil ulangan. Gimana nich?

Jadi inilah tipikal para pegawai di republic tercinta saat ini. Kerja asal-asalan. Maunya cepat selesai dan dapet duit [kalau ini diproyekin]. Kalau ada trouble selalu mencoba mencari ‘kambing hitam’. Saya pribadi jadi kasihan sama yang namanya computer, selalu dijadikan kambing hitam & bulan-bulanan kesalahan. Padahal computer kan hanya alat bantu yang tugasnya untuk mempermudah hidup & kerja manusia. Kenapa nggak pernah menyalahkan kerja si manusianya yang berada di belakang computer yang memang kerjanya amburadul dan cuma UUD [ujung-ujungnya duit gitu lho…]. Wuah ‘curhatnya’ jadi kepanjangan. Maaf bagi temen-temen yang nggak berkenan.

18 tahun perkawinanku



30 Desember 1989, adalah salah satu hari paling bersejarah buat saya & istri. Kenapa? Karena pada hari tersebut, kami berdua mengucap janji atau ikrar untuk hidup bersama yang disahkan melalui upacara akhad nikah by pak penghulu & disaksikan oleh keluarga saya & istri. Jadi kalau dihitung, nggak terasa perjalanan bahtera rumah tangga kami sudah selama 18 tahun.

Tidak seperti biasanya, yang setiap kali tanggal 30 Desember, istri saya selalu menyiapkan nasi kuning dkk. untuk perayaan sederhana bersama anggota keluarga. Kali ini, saya, istri & 2 anak kami sepakat untuk merayakannya dengan makan bersama di luar. Di salah satu kafe yang ada di CITOS [cilandak town square], kami berempat lunch bersama sambil ngobrol-ngobrol kilas balik perjalanan hidup kami sekeluarga. Kedua anak saya juga banyak memberikan masukan bagi kehidupan keluarga kami selanjutnya. Begitulah perayaan ultah perkawinan kami yang ke-18, kami coba rayakan secara sederhana tapi berkualitas.

Di hari yang bersejarah ini, kami berdua juga mencoba untuk merenung dan mengkilas balik perjalanan hidup keluarga kami. Tentunya dengan tujuan agar dapat mengetahui sebenarnya selama ini apa saja sih kekurangan kami dalam berumah tangga.

Yang juga cukup membuat surprise, nggak terasa ternyata anak-anak sekarang sudah beranjak dewasa. Kalau bahasa gaulnya ABG [anak baru gede]. Jadi rencananya kami harus mulai focus & serius untuk mendampingi mereka di masa ABG-nya ini. Tentuya sesuai dengan plan jangka panjang untuk mendidik mereka agar bisa menjadi anak-anak yang soleh & solehah serta memiliki masa depan yang lebih baik. Untuk itu, sesuai teori psikologi popular, kami harus bisa dekat selalu dengan mereka, banyak waktu bersama mereka, salingterbuka, banyak sharing, banyak waktu untuk gaul & interaksi dengan mereka, mampu menjadi orang tua sekaligus juga menjadi ‘teman’. Mudah-mudahan bisa terlaksana. Mengingat hidup di kota metropolitan dan di jaman gini, kalau lengah sedikit bisa gawat. Sudah banyak contohnya, bagaimana para ABG yang akhirnya terperosok ke dalam pergaulan yang ‘gak bener’.

Kami berdua juga akan banyak memperdalam keimanan kami, dan berusaha untuk bisa menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam. Berusaha untuk bisa beramal, bersedaqoh, berinfaq, berzakat, dan membantu kaum dhluafa termasuk anak yatim/piatu dan juga yatim piatu lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini berencana untuk bisa menabung di tabungan khusus untuk menunaikan ibadah haji. Kalau sudah siap ya mendaftarkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Insya Allah, semoga segalanya lancar. Amin.

Terakhir, yang penting juga, kami juga sadar ternyata ‘sudah umuran’ alias sudah beranjak tua, dan nggak tahu sampai kapan masih diberi hidup, makanya di dalam sisa umur yang masih ada ini kepinginnya hidup kami dapat bermanfaat untuk kehidupan orang banyak baik masyarakat di sekitar tempat tinggal kami dan juga masyarakat luas. Semoga. Amin.