30 Desember 1989, adalah salah satu hari paling bersejarah buat saya & istri. Kenapa? Karena pada hari tersebut, kami berdua mengucap janji atau ikrar untuk hidup bersama yang disahkan melalui upacara akhad nikah by pak penghulu & disaksikan oleh keluarga saya & istri. Jadi kalau dihitung, nggak terasa perjalanan bahtera rumah tangga kami sudah selama 18 tahun.
Tidak seperti biasanya, yang setiap kali tanggal 30 Desember, istri saya selalu menyiapkan nasi kuning dkk. untuk perayaan sederhana bersama anggota keluarga. Kali ini, saya, istri & 2 anak kami sepakat untuk merayakannya dengan makan bersama di luar. Di salah satu kafe yang ada di CITOS [cilandak town square], kami berempat lunch bersama sambil ngobrol-ngobrol kilas balik perjalanan hidup kami sekeluarga. Kedua anak saya juga banyak memberikan masukan bagi kehidupan keluarga kami selanjutnya. Begitulah perayaan ultah perkawinan kami yang ke-18, kami coba rayakan secara sederhana tapi berkualitas.
Di hari yang bersejarah ini, kami berdua juga mencoba untuk merenung dan mengkilas balik perjalanan hidup keluarga kami. Tentunya dengan tujuan agar dapat mengetahui sebenarnya selama ini apa saja sih kekurangan kami dalam berumah tangga.
Yang juga cukup membuat surprise, nggak terasa ternyata anak-anak sekarang sudah beranjak dewasa. Kalau bahasa gaulnya ABG [anak baru gede]. Jadi rencananya kami harus mulai focus & serius untuk mendampingi mereka di masa ABG-nya ini. Tentuya sesuai dengan plan jangka panjang untuk mendidik mereka agar bisa menjadi anak-anak yang soleh & solehah serta memiliki masa depan yang lebih baik. Untuk itu, sesuai teori psikologi popular, kami harus bisa dekat selalu dengan mereka, banyak waktu bersama mereka, salingterbuka, banyak sharing, banyak waktu untuk gaul & interaksi dengan mereka, mampu menjadi orang tua sekaligus juga menjadi ‘teman’. Mudah-mudahan bisa terlaksana. Mengingat hidup di kota metropolitan dan di jaman gini, kalau lengah sedikit bisa gawat. Sudah banyak contohnya, bagaimana para ABG yang akhirnya terperosok ke dalam pergaulan yang ‘gak bener’.
Kami berdua juga akan banyak memperdalam keimanan kami, dan berusaha untuk bisa menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam. Berusaha untuk bisa beramal, bersedaqoh, berinfaq, berzakat, dan membantu kaum dhluafa termasuk anak yatim/piatu dan juga yatim piatu lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini berencana untuk bisa menabung di tabungan khusus untuk menunaikan ibadah haji. Kalau sudah siap ya mendaftarkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Insya Allah, semoga segalanya lancar. Amin.
Terakhir, yang penting juga, kami juga sadar ternyata ‘sudah umuran’ alias sudah beranjak tua, dan nggak tahu sampai kapan masih diberi hidup, makanya di dalam sisa umur yang masih ada ini kepinginnya hidup kami dapat bermanfaat untuk kehidupan orang banyak baik masyarakat di sekitar tempat tinggal kami dan juga masyarakat luas. Semoga. Amin.
0 komentar:
Post a Comment
Silakan tinggalkan pesan Anda.