Thursday, August 28, 2008

Mencermati iklan = belajar bisnis & strateginya








Saat ngobrol sama teman-teman dari production house yang sering menggarap TV commercial, saya sempat membahas bersama mereka tentang iklan TV apa saja sih yang saat ini lagi banyak diproduksi. Mereka semua menjawab bahwa akhir-akhir ini yang sedang proses shooting paling banyak adalah iklan provider handphone, rokok, makanan-minuman dan kendaraan bermotor. Ternyata prediksi saya tentang produk yang sedang laris manis ‘jualan’ [hasil pengamatan dari iklan TV, iklan radio & iklan media cetak] benar adanya.


Lihat saja, sejak perang tariff seluler begitu banyak iklan baru di bisnis seluler dan sejenisnya yang tayang TV swasta kita, radio & media cetak. Baru dari fenomena gencarnya produk seluler yang gencar beriklan saja kita sudah begitu terganggu. Belum lagi produk-produk lain yang juga gencar beriklan seperti makanan-minuman, rokok, kendaraan bermotor, dsb. Seandainya kita melihat fenomena gencarnya persaingan iklan produk-produk tsb. secara ‘apa adanya’ memang terasa begitu menyebalkan dan bikin jengkel. Kok kita ‘dicekoki’ dengan iklan melulu. Tapi pernahkah untuk mencoba melihat gencarnya iklan-iklan tsb. dari kaca mata yang berbeda?


Kalau saya cermati, dari gencarnya iklan produk-produk tsb. kita bisa banyak belajar dan bahkan memperoleh ide atau justru insight baru tentang bermacam peluang bisnis yang sebenarnya bakalan booming. Karena produk yang iklannya tetap gencar tayang di media seperti TV jelas produk tsb. jualannya bagus dan menguntungkan. Kalau produk yang beriklan tsb. nggak bagus ‘jualan’nya, pastinya tayangannya juga sudah distop dari kapan-kapan. Kan kalau nggak menguntungkan pemilik bisnis yang produknya gencar beriklan tidak akan sanggup membayar media placement-nya.


Artinya, di balik gencarnya produk-produk yang gencar beriklan tsb. banyak peluang bisnis yang potensial juga. Dan ini terbukti. Sebagai contoh, dengan gencarnya perang tariff seluler, coba saja hitung berapa banyak keuntungan yang bisa disabet oleh para penjual SIM card, voucher, HP, aksesoris, dan yang berkaitan. Berapa banyak pula yang memanfaatkan bidang usaha ini sebagai peluang bisnis baru.


Salah seorang teman, melihat maraknya iklan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua, akhirnya memutuskan untuk menjajal peruntungan di bisnis bengkel sepeda motor dan aksesoris. Secara logika, memang usaha di bidang ini bakalan ‘nggak ada matinye’. Hitung saja berapa banyak sepeda motor yang saat ini beredar di jalanan kota megapolitan Jabodetabek ini? Beberapa tahun ke depan pastinya akan membutuhkan perawatan di bengkel biasa yang non merek.


Lebih dari itu, selain bisa menambah wawasan tentang ide bisnis yang lagi booming dan bakalan ‘ngejreng’, kita juga bisa belajar banyak tentang strategi marketing di balik gencarnya iklan produk-produk tsb. Yang tentunya juga bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan bisnis yang telah kita tekuni. Simak saja di balik iklan-iklan tsb. selalu mereka mencoba untuk mengkomunikasikan inovasi baru apa yang saat ini punya nilai lebih buat konsumen. Tersirat pula added value yang ditawarkan serta kelebihan produknya dibandingkan produk competitor lainnya. Dari sini bisa kita tarik pelajaran bahwa sebuah produk yang kepingin tetap exist harus selalu punya inovasi baru secara terus menerus. Dan produk benefit atau USP --unique selling preposition-nya yang sudah dikembangkan sedemikian rupa juga harus selalu dikomunikasikan ke konsumen.


Nah, mulai saat ini bila sedang asyik menikmati acara TV kesayangan terus tiba-tiba mendadak terganggu tayangan iklan, sebaiknya jangan menjadi jengkel lalu ambil remote control untuk memindahkan channel. Tapi cobalah untuk mencermati tayangan iklan tsb. dan bertanyalah pada diri sendiri pesan komunikasi dan strategi bisnis apa sih yang sebenarnya ada di baliknya? Siapa tahu ada ide peluang bisnis yang nantinya bisa digarap.

Tuesday, August 26, 2008

Selamat Datang, Ya Ramadhan…






Akhirnya, tiba saatnya untuk mengucap : “Selamat Datang, ya Ramadhan…”


Puji syukur alhamdulillah ya Allah atas kesempatan yang diberikan kepada hamba untuk bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan…


To @ll…


Bisa jadi selama ini banyak tutur kata terucap yang kurang menyejukkan.

Seandainya pula ada perilaku sehari-hari yang mungkin kurang menyenangkan.

Barangkali selama ini ekspresi diri pribadi ada yang tidak dikendaki.

Seiiring dengan hadirnya bulan penuh berkah…

Tiba saatnya ‘tuk membersihkan jiwa, sekaligus memaknai hikmah penyucian diri.

Selamat menunaikan ibadah Puasa, mohon maaf lahir dan bathin.

Teriring doa…

Semoga ibadah Puasa nanti mempertemukan kita dengan keagungan Lailatul Qadar,

dan membawa kita semua meraih kemenangan hakiki di hari nan fitri.

Wednesday, August 20, 2008

Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau?


Barangkali memang sudah menjadi kodrat manusia tatkala melihat keberhasilan & kesuksesan orang lain selalu merasa bahwa ‘pekerjaan’ ataupun ‘usaha’ orang lain tersebut lebih baik atau lebih enak dibanding dengan yang dimilikinya. Seolah-olah segala sesuatu yang telah diraih & dicapainya nggak ada apa-apanya. Nah lho.

Pernahkah mengalami kejadian seperti ini? Jujur saja perasaan yang seperti ini pernah muncul pula pada diri pribadi saya.

Tatkala berkunjung ke rumah seorang teman yang 5 tahun lalu mulai menekuni usaha sendiri, dan saat ini berhasil menjadi pengusaha yang cukup sukses di mata saya, pepatah ‘rumput tetangga lebih hijau’ begitu menggelitik dan mengusik benak saya. Karena fakta yang ada di depan mata memang di luar bayangan saya sebelumnya. Rumahnya sekarang telah berubah ‘keren’ menjadi 3 lantai dan lebih luas [rumah di sebelahnya telah dibeli] dengan model minimalis terkini. Di garasinya terparkir 4 mobil, yang 2 cukup mewah buat ukuran saya. Bahkan ia bersama istrinya tahun lalu sudah menunaikan ibadah haji [ONH Plus], Shubhanallah! Saya ikut bahagia dengan segala kesuksesan yang telah dicapainya dalam waktu relative singkat ini.

Sesaat saya merasa nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan pencapaian teman tsb. Meskipun sebagai karyawan yang juga menjadi business owner, kok saya belum mampu ‘menjadi’ seperti dia. Malah muncul pikiran yang menegasi pencapaian saya selama ini, “jangan-jangan ‘jalan’ yang saya tempuh selama ini salah nich…” Berbagai pikiran macam-macam bersliweran di benak pada saat itu. Maklum aja, siapa sih orang yang nggak kepingin meraih sukses seperti itu?

Tapi kemudian pikiran waras saya berhasil menyadarkan saya. That’s a life! Di dalam kehidupan nyata memang kita harus bersyukur & berlapang dada [legowo] bila all my dreams belum kesampaian. Bersyukur dengan segala pencapaian & kenikmatan yang telah berhasil kita raih selama ‘perjuangan hidup’ kita. Nikmati dan berlapang dada menerima kenyataan bahwa mewujudkan dreams come true tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena pastinya tersirat banyak kerja keras, rintangan dan tantangan yang harus dilalui. Jangan kita melihat pada ‘enaknya’ saat ini saja. Tapi harus difahami pula bahwa sukses seseorang pastinya juga ada behind the scene –nya berupa track record yang berliku, jatuh bangun dan ‘berdarah-darah’.

Dan di dalam hati, saya berjanji pada diri sendiri, bahwa nanti bila ada waktu yang lebih baik saya akan ajak teman saya ini untuk menuturkan kisah perjalanan sukses usahanya, sekaligus jurus-jurus andalan & kiat-kiat yang diterapkan di bidang usahanya. Tentunya, dengan harapan banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran berharga buat diri pribadi saya.

Kalau direnungkan lebih dalam lagi fenomena ‘rumput tetangga lebih hijau’ ini selayaknya justru harus disyukuri. Artinya, kita diingatkan untuk melihat dan memperhatikan ‘rumput yang ada di halaman sendiri’ yang selama ini sudah kita anggap hijau dan subur, ternyata kok kalah sama rumput tetangga. Berarti kan perlu perawatan yang lebih extra lagi.

Hikmahnya, kita disadarkan bahwa seyogyanya harus berusaha lebih keras lagi sekaligus selalu berdoa kehadirat Allah SWT, agar ‘rumput yang ada di halaman rumah kita’ bisa juga ‘sehijau rumput tetangga’ tadi. Berarti harus lebih focus lagi untuk menekuni dan mendalami usaha yang telah ada. So, apapun usaha yang kita tekuni saat ini berarti harus diusahakan semaksimal mungkin agar bisa tumbuh & berkembang lebih maju. Dan jadilah pengusaha sukses yang amanah.

Yang penting juga diingat, janganlah kita sekali-sekali lupa untuk berhenti bersyukur. Dan ingat, tatkala kita merasa lemah dan nggak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, alangkah baiknya bila mencoba melihat ke bawah. Lihat faktanya, bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya masih kurang beruntung bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati selama ini.

Maaf ya… kalau jadi ngelantur ngomongin rumput. By the way tulisan ini bener-bener spontanitas saya, makanya sayang kalau nggak cepet-cepet diposting. Semoga bermanfaat.

Selamat berjuang & tetap semangat!

Sunday, August 17, 2008

Diundang upacara peringatan HUT RI ke-63 di SMA N 81



Puluhan tahun lebih [barangkali], aku nggak pernah lagi ikut upacara bendera yang diselenggarakan oleh intitusi resmi. Seingatku terakhir ikutan upacara bendera sewaktu ‘diplonco’ jadi mahasiswa baru di Surabaya dan usai penataran P4 [pedoman penghayatan & pengamalan Pancasila]. Maklum jaman ‘eyang Soeharto’ jadi orang no 1 RI & ‘bapak pembangunan’ yang namanya P4 itu hukumnya wajib. Kalau kita nggak punya sertfikat P4 hidup bakalan susah [tapi nyatanya nggak juga lho, pengalaman jadi advertising people nggak pernah dimintain ijazah apalagi sertifikat P4. Paling yang dilihat portfolio hasil kerjaan selama ini].


Back to HUT RI ke 63, 3 hari yang lalu sebagai orangtua murid SMA N 81, tiba-tiba aku diundang untuk ikut serta upacara bendera yang diselenggarakan 17 Agustus 2008 ini. Lho kok? Ternyata kehormatan ini berkaitan dengan pelantikan anakku Adhika Widyanti yang pada saat upacara digelar bakalan dilantik menjadi Pengurus OSIS periode 2008 – 2009.


Memang sejak masuk di SMP, Adhika aktif di OSIS, drumband & Paskibra. Begitu pula saat di SMA N 81, mulai kelas 1 sudah aktif ikutan berbagai kepanitiaan. Terakhir, bulan Juli 2008 lalu ikutan bikin ‘Pentas Seni’ SMA N 81 [seksi pencarian dana] yang diselenggarakan di gelanggang remaja Soemantri Brojonegoro yang diikuti hampir semua SMA se-Jabodetabek.


Sebagai orangtua, aku memang mendukung sepenuhnya kegiatan ‘positif’ ini, sambil berpesan agar tetap 10 besar di kelasnya. Cuma sering juga dibuat was-was dan ketar-ketir. Pasalnya, sepulang sekolah [SMA N 81 setiap hari bubar sekolahnya jam 4-an, Sabtu libur] langsung nyambung ‘ngurusi’ kegiatan di luar sekolahnya. Dan hampir setiap hari, saat saya pulang dari kantor jam 7-an malam, Adhika belum nyampe rumah. Kalau ditelepon baru dia minta ijin kalau bakalan pulang malem jam 10-an [anak sekarang sudah dibawain HP aja SMS ke ortunya males banget, keasyikan chat ama temennya kaleee…]. Makanya, terkadang nggak tega ngelihatnya, maklum pulangnya kan naik kendaraan umum. Akhirnya, ya tak jemput juga di rumah temennya, kalau nggak ya di seputaran masjid Al Muhajirin yang lokasinya di komplek KODAM dekat SMA N 81. Sabtu, yang harusnya libur, Adhika masih ikutan ekstra kulikuler Seni tari & Fotografi, pulangnya juga nyambung ‘ngurusi’ aktivitas kepanitiaannya.


Begitulah, pas kelas 2 [XI] ini, tiba-tiba aku disodori surat pernyataan ijin kesediaan untuk menjadi ‘calon anggota’ OSIS. Mulai masuk hari pertama tahun ajaran baru ini, 13 Juli 2008 yang lalu, Adhika mulai mengikuti semacam LDK [latihan dasar kepemimpinan].


Labelnya sih LDK, tapi kalau aku cermati lebih jauh, para calon anggota OSIS ini sebenarnya lagi ‘dikerjain’ atau ‘diplonco’ sama para senior OSIS [kelas 3] yang hendak digantikannya. Bayangin hampir tiap malem pasti ada tugas ‘yang aneh2’, studi kasus lah, bikin makalah lah, proposal, dsb. Dan mau nggak mau kan harus digarap bareng, akhirnya ya pulangnya malem juga.


Setiap hari di sekolah harus pakai name tag ‘segede gambreng’ di dada & punggungnya. Name tag ini juga bikinnya ‘setengah mati’ & berhari-hari, karena jenis kertasnya [warna-warni dsb.] aja yang susah nyarinya. Name tagnya yang bentuknya aneh bergaya romawi, selain nama & kelas juga ada symbol angkatannya, slogannya, fotonya, dsb. Makanya, karena kalau istirahat dia males ‘jajan’ di kantin dan minta dibawain makan siang dari rumah.


Jadi kurang lebih hampir sebulan para calon anggota OSIS ini ‘berjuang’. Puncaknya adalah hari ini, 17 Agustus 2008, pk. 04.00 mereka harus long march [lari bareng sama para seniornya] dari monument Pancasila Sakti Lubang BUaya hingga ke SMAN 81 di kompleks KODAM Kalimalang [sekitar 6 km lah].


Malem kemarin memang Adhika minta ijin nginap bareng di rumah temennya di komp. AU Halim Perdanakusuma, tapi nggak aku ijinkan karena kondisi fisiknya sudah mulai terlihat gejala flu, takutnya kalu ‘ngumpul’ bareng ntar pada nggak tidur. Dan aku janji buat bangunin dan mengantarnya pagi besok. Makanya, sepulang sekolah pk. 20.30 langsung kita suruh istirahat buat jaga kondisi. Maklum, besok dia harus berangkat 03.15 dari rumah buat ‘ngumpul’ di Lubang Buaya pk. 03.30.


Pk. 03.30 pagi, para calon anggota OSIS dan para seniornya ini akhirnya ngumpul bareng. Setelah renungan bersama dan sholat Shubuh bersama, mereka nanti akan long march dari Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya ke SMA N 81 [heran juga, kayak anak karate atau bela diri lain yang mau kenaikan tingkat aja pake lari segala??]. Pk. 04.00 aku tinggalkan Lubang Buaya.


Pk. 06.20, berangkatlah aku & istri nganter si RizkaWira ke sekolahnya SMP Putra 1 buat upacara bendera 17 Agustus-an juga. Dari nge drop si Wira yang lokasi sekolahnya di jl. Raya Kalimalang aku menuju ke SMA N 81. Kira-kira pk. 06.50, sampailah di SMA N 81. Upacara bendera akan dimulai pk. 07.00. Tepat waktu juga.


Saat upacara dimulai, melihat para siswa yang tenang dan serius, aku jadi teringat puluhan tahun lalu saat masih SMA kalau pas upacara bendera Sebulan sekali pastinya aku juga seperti mereka. Tapi pas tak ingat-ingat lagi kayaknya kok aku jarang ikut, tapi seringnya malah ngumpet di warungnya pak Jo yang berada di seberang sekolah.


Pas pengerekan bendera pun, kalau nggak diingatkan, aku juga lupa kalau kita mesti berdiri dan hormat ke Sang Saka Merah Putih. [Makanya, sudah sewajarnya kalau aku nggak pernah kepingin jadi ‘pemimpin bangsa’, karena dari sononya emang udah nggak bener] BTW aku salut sama para siswa saat ini yang bener-bener calon para pemimpin bangsa masa depan.


Saat upacara hampir berakhir, barulah diumumkan bahwa akan diadakan pelantikan pengurus OSIS yang baru, dan para siswa peserta upacara diminta naik ke lantai 2 & 3. Nggak lama kemudian para calon pengurus OSIS dan para seniornya yang long march 6 km dari Lubang Buaya tiba dan memasuki lapangan sambil berlari-lari kecil, sambil menyanyikan yel-yel angkatan mereka, mengelilingi lapangan dan berhenti di tengah lapangan. Terharu campur nggak tega aku melihat mereka semua para calon pengurus OSIS yang nampak dekil & kelelahan.


Usai pidato, sambutan seremonial dan penjelasan program, pencopotan name tag, dsb. akhirnya, tibalah ke puncak acara, di mana kita semua para undangan & guru diminta untuk ikut menyiram air kembang kepada para pengurus OSIS yang baru ini [kasian banget… udah cape masih harus diguyur air kembang pula…].


Lalu dilanjutkan acara para ortu untuk memakaikan jas OSIS SMA N 81 ke anaknya masing-masing. Herannya, meskipun kelihatan lelah dan basah kuyup, Adhika wajahnya happy banget, karena salah satu keinginannya bisa terwujud. Alhamdulillah. [Maklum aja untuk jadi pengurus OSIS di SMA N 81 nggak gampang. Tempat yang diperebutkan hanya ada 29. Banyak temen seperjuangannya yang selama masa ‘diplonco’ tsb. gagal. Tercatat ada 16 anak gagal selama masa orientasi yang panjang mulai 13 Juli 2008 yang lalu.].


Inilah sepenggal cerita 17 Agustus 2008 kali ini, yang tentunya begitu berkesan buat my family.

Renungan 63 tahun Merdeka





Tak terasa 63 tahun sudah Indonesia merdeka
Cita-cita para pendiri Negara kesatuan kita memang mulia
Ingin menjadikan bangsa Indonesia bermartabat di mata dunia
Sudahkah tercapai impian-impian seperti saat diteriakkan pekik merdeka?

Nyatanya masih begitu banyak kita jumpai kaum papa di bumi tercinta
Menunggu uluran tangan kita semua
Bahkan demi kehidupan mulia yang didamba…
Banyak saudara kita [terlebih kaum hawa]
terpaksa menjual harga dirinya menjadi pembantu di manca Negara

Lalu apa artinya kata sakral ‘merdeka’ bagi kita?
Katanya …negeri kita tampak indah dalam untaian mutiara Nusantara
Nun di sana ... jajaran gunung begitu perkasa,
Gambaran betapa kaya Indonesia kita... tapi mana faktanya...


Ironisnya, saat ini bertubi-tubi kita hanya dipameri bukti nyata
Bagaimana para penguasa yang seharusnya peduli rakyat jelata
Justru sebaliknya berulah mengatasnamakan Indonesia
‘tuk kepentingan diri pribadi, keluarga dan kelompoknya…

Terlepas dari itu semua... jangan lupa mensyukuri hidup kita
Ternyata masih ada kesadaran untuk menjadi insan mulia

Lebih baik kita berpikir dan bertindak bijaksana
Di sela deru debam keramaian kota..
Di sela hiruk pikuk rutinitas pekerjaan..
Di sela compang camping negeri ini..
Di sela porak poranda bumi pertiwi karena bencana...
Di sela memudarnya warna sang merah putih yang berkibar

Saatnya kita buktikan Cinta Tanah Air Indonesia
Mari kita bersama berkarya membuka usaha
Menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak yang kita bisa
Mulai dari lingkungan terdekat kita

Tentunya dengan doa & permohonan kepada Allah SWT
Kita sebarkan semangat dan cita-cita mulia kita bersama
Menjadi TDA [tangan di atas] untuk bersama menebar rahmat
Wujudkan cita-cita ‘Indonesia tahun 2020 bebas kemiskinan’

dan MERDEKA!

Saturday, August 16, 2008

Mau diarahkan ke mana hidup ini?



Saat tidak aktif ngeblog dan berinternet, banyak waktu yang saya gunakan untuk merenung dan merenung tentang segala hal. Salah satu yang menarik dari perenungan saya adalah tersadarnya saya akan ‘konsep waktu terkait dengan tujuan hidup’. Karena berangkat dari kesadaran akan waktu, ternyata terkait erat dengan segala aspek kehidupan kita.


Sadarkah kita bahwa ternyata sang waktu itu terus maju dan begitu cepat berlalu? Dan tak ada kuasa manusia yang mampu menghentikan waktu. Justru sebaliknya, kita sering kali malah ditinggalkan oleh waktu dan banyak pula yang dihentikan oleh sang waktu. Rasanya baru kemarin kita memasuki tahun baru 2008, tiba-tiba sekarang sudah bulan Agustus. Bahkan sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadhan dan dilanjut Idul Fitri.


Dalam perenungan tsb. secara pribadi kok saya merasakan sepanjang hidup ini kok merasa belum ‘berbuat apa-apa’. Kalau dikaitkan dengan rutinitas keseharian kok rasanya hidup ini hanya dihabiskan untuk kepentingan pribadi dan keluarga saja. Belum banyak yang bisa saya lakukan untuk kepentingan orang banyak.


Saya memang bekerja keras membanting tulang, giat beraktivitas dan terjebak dengan rutinitas yang terkadang banyak mengorbankan banyak hal, tetapi apa sih yang saya hasilkan? Mengumpulkan asset, paling banter ujung-ujungnya juga untuk saya & keluarga. Berapa banyakkah yang bermanfaat untuk orang banyak? Pertanyaan seperti inilah yang akhirnya mengganggu batinku.


Begitu pula dalam hal belajar membangun usaha. Selama 3 tahun terakhir ini selain waktu habis untuk bekerja sebagai ‘Tangan di Bawah’ [karyawan gajian], juga banyak waktu yang saya habiskan untuk bergiat membangun usaha. Serasa begitu sibuk. Membangun bisnis sendiri. Cita-cita yang dicanangkan ‘ingin bisa segera menjadi Tangan di Atas’ [orang yang selalu bisa memberi]. Apakah yang sudah diperoleh dari kesibukan selama ini? Sudahkah usaha yang dibangun tsb. berkembang seperti yang diidealkan? Sudahkah menjawab tujuan untuk menjadi ‘Tangan di Atas’? Berapa banyak orang yang dapat manfaat dari usaha ini? Atau jangan-jangan malah saya terjebak dan larut dengan kegiatan yang hanya mengumpulkan harta benda dan asset yang lagi-lagi bisa jadi juga hanya untuk saya pribadi & keluarga. Pertanyaan seperti ini pula yang selalu muncul dan mengusik.


Sekadar berzakat, infaq, sedaqah, cukupkah? Apa nggak mungkin bisa lebih dari itu? Bagaimana bisa memberi kail nggak hanya memberi umpan terus menerus, agar banyak orang bisa memancing sendiri ikannya. Misal banyak menciptakan lapangan kerja sehingga bisa membangun kemashahalatan umat.


Persepsi orang kebanyakan saat ini tentang orang sukses adalah orang yang memiliki banyak hal. Dan pada kenyataannya memang banyak yang berusaha untuk menuju ke arah sana. Akhirnya, terjebak dengan konsumerisme. Bahkan banyak pula yang meraih prestasi demi prestasi baik di karier maupun di bidang usaha yang mengorbankan banyak hal [perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual]. Sampai-sampai lupa mau ke arah mana sebenarnya tujuan hidupnya yang hakiki?


Rasanya dari curhat di atas, memang perlu sekali lagi buat diri saya pribadi untuk mendifinisikan ulang ke mana tujuan hidup saya yang sejujurnya dan dari dasar perasaan yang paling mendalam. Tentunya dengan harapan, sisa waktu yang ada ini, nantinya hidup saya menjadi lebih bermakna. Sukses sebagai pengusaha bisa jadi bukanlah tujuan yang hakiki, tapi menjadi manusia yang berguna bagi banyak orang akan jauh lebih bermakna dan dihargai sebagai kesuksesan sejati.


Kalau direnungkan, agar bisa berguna untuk orang banyak rasanya kita nggak perlu harus kaya terlebih dahulu. Buat apa kita kaya raya tapi hidup kita tidak bermakna bagi sesama? Dan seharusnya membangun hidup yang lebih bermakna bisa dijalani sambil beraktivitas sehari-hari, dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan saat ini juga. Lebih oke lagi bila dibarengi dengan aktivitas untuk terus mengasah kesadaran diri agar menjadi pribadi yang semakin baik.


Melalui curhat ini, sekali lagi saya juga mengajak semuanya “untuk selalu dapat memberi, memberi, dan memberi… tapi tidak pernah kehabisan, daripada harus mencari, mencari, dan mencari… tapi tidak pernah merasa cukup. Semoga. Amin.”

Friday, August 15, 2008

Dying by viruses



Wuih serem juga ya judulnya… Tapi apa yang tersirat dari judul tsb. maknanya bukanlah seperti yang tersurat. Biar lebih jelas sebaiknya ikuti terus sharing saya kali ini.


Temans semua, kurang lebih hampir 2 bulan saya memang tidak menulis & mengupdate blog ini. Kenapa? Ini semua gara-gara computer di rumah & laptop terinveksi virus. Bener-bener bikin frustasi. Hampir semua tulisan yang basicnya MS Word corrupt dihajar sama anti virus yang ada. So banyak file & data penting yang akhirnya tak terbaca alias ‘hilang percuma’. Dan konyolnya lagi, banyak juga yang nggak ada back-up nya.


Sekitar sebulan saya merenungi kejadian ini. Trauma. Jadi kapok saya dibuatnya. Ibarat pertandingan tinju, saya betul-betul dibuat “KO gara-gara virus” tsb. Komputer & laptop tak biarin aja jadi seperti barang tak berguna. Malas mau benerinnya. Maklum aja untuk urusan computer saya termasuk yang ‘gaptek’ [gagap teknologi]. Mau ngeblog & berinternet di warnet koq susah nyari waktu buat ‘kelayapan’. Lagian feelnya masih ‘males’ urusan sama computer. Ya wis, ‘diam’ adalah emas! Tadinya mikirnya mau beli computer baru aja biar bebas dari masalah dan mencoba memulai dari awal . Tapi mikir lagi, lha yang ada sekarang mau diapain?


Pas, anak-anak mulai complain, akhirnya minta tolong teman yang cukup ‘jago’ minta dibenerin. Dan sebenarnya para computer tsb. sudah lama siap ‘dipakai’. Tapi selama waktu itu pula, saya pribadi juga mempersiapkan mental untuk ‘bergairah’ menyalakan computer atau pun laptop lagi. Perlahan tapi pasti. Hasilnya, saya mulai bangkit & ‘percaya diri’ lagi untuk berhubungan dengan para computer tsb. Kalau tulisan ini berhasil diposting di blog ini, berarti saya sudah siap untuk berbagi cerita dengan Anda semua.