Thursday, August 25, 2011

Puasa dan Etos Kerja




Alhamdulillah, nggak kerasa puasa Ramadhan telah memasuki hari ke 26. Di hari-hari awal puasa kemarin anak-anak sempat ngobrolin ibadah puasa yang tetap masuk sekolah... koq rasanya lumayan berat??? Sebagai orang tua, saya pun mencoba menyemangati bahwa apabila kita menjalani kewajiban puasa ini dengan niat yang sungguh-sungguh dan semata-mata karena Allah SWT, Insya Allah akan tidak terasa berat menjalaninya.

Dari beberapa bacaan tentang perjuangan Rasulullah SAW, saya mencoba menjelaskan kepada anak-anak bahwa dulu pernah saat bulan Ramadhan Rasulullah SAW memimpin 313 kaum muslimin justru berhasil mengalahkan pasukan musyrikin Quarisy yang jumlahnya sekitar 950 orang, yang di dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Perang Badar.

Nah di sini yang perlu diteladani adalah justru semangat juang dan etos kerjanya para pasukan muslim yang saat itu justru sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan. Bayangkan, meski dalam kondisi yang berat yaitu harus berperang dan berjihad untuk menegakkan syiar Islam pasukan Muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW tetap menjalankan ibadah puasa.

Sudah seharusnya kita mencontoh dan meneladani peristiwa di atas sebagai pemacu semangat untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan seperti layaknya hari-hari biasa, jadi ya tetap beraktifitas seperti layaknya kalau kita sedang tidak berpuasa. Kalau kita bandingkan dengan peristiwa Perang Badar, kegiatan kita bekerja dan bersekolah sehari-hari kan nggak ada apa-apanya. Kita sudah seharusnya tetap melestarikan dan menumbuhkan semangat juang dan etos kerja yang tinggi seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Hal inilah yang justru banyak diabaikan dan dilupakan oleh kaum muslimin saat ini. Ironisnya justru banyak para pihak yang justru malah mengurangi jam kerja di kantornya, serta mencari pembenaran terhadap kemerosotan produktifitas, bekerja sambil bermalas-malasan dengan mencari kambing hitam bahwa semua ini karena sedang menjani ibadah puasa. Fakta yang seperti ini kan jelas sangat bertolak belakang atau sangat kontradiksi dengan fakta parang Badar di atas.

Ingat, kalau dikarenakan kita menjalani ibadah puasa tubuh atau fisik kita jadi mudah letih dan lemas itu adalah konsekuensi yang wajar. Tetapi bila kita mencari pembenaran bahwa gara-gara puasa produktifitas kerja, semangat kerja dan etos kerja menjadi ‘menurun’, sepertinya hal ini yang seharusnya dibenahi.

Semoga kita semua bisa menjalani sisa beberapa hari puasa Ramdhan ini dengan sebaik-baiknya dan mampu meraih kemenangan yang hakiki untuk menjadi umat muslim yang lebih bertaqwa. Amin.






Friday, July 01, 2011

Kalau sudah duduk, lupa berdiri...




Masih ingat salah satu iklan furniture yang slogannya : ‘kalau sudah duduk, lupa berdiri’, kan? Nah slogan ini cocok banget untuk diterapkan kepada para pemimpin, pejabat, dan para politisi di Republik ini. Begitulah, saking enaknya mereka menikmati ‘nyamannya’ kekuasaan dengan segala previlege-nya. Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka-mereka ini sejatinya memang kecanduan menikmati kekuasaan. Kata rakus dan serakah barangkali bahasa yang pas untuk dilekatkan pada mereka semua.

Lihat saja, bagaimana mereka dengan segala macam cara selalu berusaha untuk dapat melanggengkan kekuasaannya. Saat menjadi pemimpin, yang seharusnya memikirkan bagaimana mengurus dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mereka malahan asyik memikirkan kesejahteraan diri sendiri dan kelompoknya sekaligus berupaya bagaimana caranya dapat berkuasa kembali untuk periode yang selanjutnya. Inilah gambaran umum yang menggejala di republik tercinta ini.

Kepingin bukti? Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana ada seorang mantan pemimpin negara yang kepingin lagi menjadi pemimpin bangsa ini, tapi gagal. Terus banyak pula yang tadinya menjadi wakil pemimpin, terus kepingin menjadi pemimpin. Malah di tingkat pemerintahan daerah ada pemimpin yang sudah menjabat dua periode, kemudian dengan berbagai macam cara akhirnya berhasil menjadikan istrinya pemimpin yang menggantikannya. Ada juga yang tadinya pemimpin dua periode, memilih untuk menjadi wakil pemimpin, lantas wakilnya yang jadi pimpinannya. Lha kalau terusan begini bolak-balik, berarti daerah itu pimpinannya ya orangnya sama terus, nggak akan pernah ganti kan?

Sudah menjadi kodrat manusia rupanya kalau selalu haus akan kekuasaan. Sejarah dan peradaban telah membuktikan bahwa bagaimanapun juga pada akhirnya para pemimpin itu selalu terjebak untuk kepingin melanggengkan kekuasaannya. Bangsa Indonesia rasanya belumlah lupa bagaimana sebelum era reformasi ada pemimpin yang mampu mencengkeramkan kekuasaannya hingga 32 tahun. Haruskah yang begini terulang lagi, lewat modus baru istri atau anaknya dan kelompoknya? Emangnya negara ini milik keluarganya atau kelompoknya saja?

Rasulullah SAW mengajarkan : “Berhentilah makan sebelum kenyang.” Kalau kita kaji lebih jauh dan mendalam, ajaran ini sangatlah penting dan seharusnya diberlakukan untuk banyak hal di dalam kehidupan sehari-hari kita. Pesan beliau ini sebenarnya sangat jelas sekali bahwa kita sebagai manusia itu harus memiliki kontrol kuat terhadap diri sendiri. Jangan sampai kita sebagai manusia, jatuh ke dalam sifat rakus, kecanduan, ketamakan. Sekaligus mengajarkan pula kepada kita untuk tahu kapan sebaiknya berhenti agar tidak sampai ‘kelebihan’ dalam segala hal. Karena yang namanya ‘kelebihan’ dan ‘berlebihan’ itu jelas kurang baik. Tidakkah para pemimpin, pejabat dan para politisi di negeri ini, yang mayoritas muslim, belajar dan mempraktekkan ajaran Rasulullah SAW yang mudah dan sederhana ini? Tentunya dengan harapan agar rakyat di Republik ini dapat hidup tentram, makmur dan sejahtera yang kita impikan bersama. Rasanya sia-sia belaka kalau berharap yang demikian ini.

Malahan yang terjadi adalah sebaliknya. Saking seringnya ‘diakali’ oleh para oknum pemimpin, pejabat dan para politisinya, negara ini akan sulit untuk terbebas dari gejala seperti yang telah terpapar di atas. Karena berbagai ‘blunder’ kekuasaan, carut marut hukum, keterpurukan ekonomi, hingar-bingar politik, budaya korupsi berjamaah, dan seabreg masalah lainnya memang sengaja dibiarkan begitu saja. Lho kok begitu? Ya iya lah, agar ada peluang-peluang baru yang bisa digarap melalui beragam rekayasa dan manuver politik cantik yang bakal menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang berkepentingan untuk melanggengkan kekuasaan.

Sunday, June 12, 2011

Sepenting apa sih 'status' di dunia maya?




The World ini your hand atau dunia dalam genggaman tangan, barangkali yang cocok untuk menggambarkan fenomena kemajuan di bidang teknologi informasi saat ini. Bayangkan dengan bermodal HP yang bisa terkoneksi ke internet atau dunia maya, kini begitu mudahnya kita mengakses segala kejadian di dunia ini dari genggaman tangan kita. Kalau para penggunanya memanfaatkan untuk hal-hal yang positif sih oke banget. Tapi fenomena yang marak saat ini sih ya untuk membangun jejaring sosial di dunia maya macam facebook-an dan twitter-an.

Akhir-akhir ini jejaring sosial dunia maya macam facebook dan twitter memang mampu menyedot jutaan pengguna. Pertumbuhannya begitu pesat dan luar biasa, hampir semua yang akrab berselancar di dunia maya bisa dipastikan juga memiliki account facebook & twitter. Kalau kita amati fungsi dari jejaring sosial tsb. bisa macam-macam.

Dulu ketika pertama kali ber-facebook-ria, saya begitu happy karena melalui mesin pencarinya bisa ketemu lagi dengan teman-teman lama sewaktu di SMA, teman kuliah, dan teman main sewaktu masih di komplek perumahan pabrik gula. Bahkan, melalui FB juga saya bisa ketemuan sama beberapa teman TK. Dan semuanya pada akhirnya bermuara dan berujung hingga kita ‘ketemuan’ atau copy darat untuk bereuni lalu bernostalgia bersama. Malahan, dari hasil ketemuan itu akhirnya, saya berhasil memiliki beberapa komunitas baru seperti : komunitas temen komplek tempat tinggal sewaktu masih kecil dulu, komunitas teman SMA, komunitas temen kuliah, dan komunitas teman main. Bukan main senangnya.

Nah, kalau manfaat yang seperti di atas, jelas jejaring sosial di dunia maya ini betul-betul terasa manfaatnya, karena mampu menyambung tali silaturahmi yang terputus selama puluhan tahun. Tapi pada kenyataannya, kalau kita amati lebih jauh, FB dan twitter seringkali juga digunakan untuk manfaat yang lain yang menurut saya kok nggak penting gitu loh...

Yang paling nge-trend dan ini hampir semuanya mengakui, FB & Twitter itu menjadi tempat di dunia maya buat ber-narsis-ria, memajang foto-foto, nggak peduli yang baca dan melihat belum tentu mengenalnya dengan baik, khususnya yang friend-listnya mencapai ribuan. Maklum saja, siapapun yang request untuk menjadi teman biasanya akan diapprove tanpa berpikir panjang. Yang penting kalau dilihat di FB-nya temannya ada seabreg. Yang mengherankan dari seabreg friend-list tadi jelas sebagian besar nggak dikenalnya secara pribadi. Bahkan mungkin juga nggak akan pernah ‘ketemuan’ atau copy darat. Lha terus buat apa ya?

Pernah juga saya menemukan FB & Twitter itu menjadi semacam buku harian si pemilik akunnya. Jadi hampir setiap jam statusnya di-update terus mengikuti kegiatannya. Apapun yang sedang dirasakan, dialami dan keluhkan langsung ditulis di statusnya tanpa disaring terlebih dahulu. Kalau pas sebel ya bahasanya yang keluar terbaca ketus dan marah, sebaliknya kalau pas lagi seneng isinya bisa yang ‘lebay’ banget. Tapi ya terserah saja sih. Kan memang bebas dan sesuka hati untuk ngisi status apa saja.

Selain itu, seringpula kita jumpai, FB dan Twitter ini dijadikan wadah curhat. Ya boleh-boleh saja. Dan biasanya yang menanggapi dan berkomentar pun juga banyak. Isinya juga bisa macem-macem. Ada yang sekadar berkomentar dan berempati, meskipun sebenarnya Cuma iseng saja. Ada juga yang sok peduli tapi peduli benar apa nggak kan nggak ketahuan, karena kan hanya melalui bahasa tulis. Berbeda kalau pedulinya diucapkan pas bertatap muka kan kelihatan benar-benar ketulusannya.

Ada juga yang asal isi status [absen] dari mereka-mereka yang nggak ada kerjaannya, namun takut kalau dianggap ‘nggak gaul’. Bisa jadi isi statusnya juga belum tentu penting untuk yang lain. Terkadang malah nggak berbobot sama sekali. Atau yang nggak pantas diungkapkan untuk diketahui banyak orang. Lha terus di mana dong privasinya? Anehnya, topik yang nggak penting pun ternyata juga banyak yang membalas dan menanggapinya dengan mengisi komentar. Kesimpulan sementara, kalau kita cuma sekadar ngisi status hanya buat mengumumkan kehadiran kita setiap hari di dunia maya [macam absen aja], akhirnya apa yang kita tulis ya cuma jadi ‘sampah’ dunia maya.

Dilihat dari jam menulis status, saya juga bisa menyimpulkan sementara, bahwa para pengguna facebook dan twitter ini nampaknya sering begadang hingga larut pagi. Karena seringkali saat mereka mengisi status ataupun mengomentari status temannya nampak waktu yang tertera ada di malam hari di saat jamnya orang sedang nyenyak tidur. Lha terus kapan istirahatnya ya? Apa mungkin setiap hari insomnia?

Dan gara-gara FB & twitter pula, siapapun orangnya sekarang nggak pernah lepas dari hp di tangannya. Bahkan dalam sebuah meeting penting pun mereka-mereka ini juga masih sempat mengomentari status temannya. Karena pernah suatu kali, saat saya dan tim mempresentasikan konsep iklan yang sedang kita garap, para client kita semuanya asyik sendiri-sendiri dengan Blackberry-nya. Akhirnya, banyak hal yang sudah kita jelaskan jadi harus diulang-ulang lagi, yang tentu saja membuang waktu dan bikin suasana meeting membosankan. Nah lho. Rupanya client saya lebih mementingkan mengupdate statusnya daripada membahas konsep iklan yang hendak kita buat. Emang sepenting apa sih ngisi status?

Buat saya pribadi, ada juga beberapa isi status yang masih oke untuk dibaca dan ada manfaatnya, misal : ajakan untuk sholat, ajakan untuk berzakat, ajakan untuk sholat tahajjud, atau tauziah sehari-hari yang bermanfaat untuk mengajak kita hidup lebih baik. Termasuk juga rangkaian kalimat yang bersifat untuk membangun motivasi dan mampu membangkitkan semangat seperti cuplikan atau saduran dari motivator macam Adrie Wongso, Mario Teguh, dll, ya pastinya masih oke lah. Kemudian yang cukup menghibur adalah kiriman video film-film iklan yang creative, kiriman lagu-lagu ‘ jadul’, it’s oke lah...

Sebaliknya, yang benar-benar nggak bermutu dan menyebalkan adalah yang content-nya seperti ajakan untuk bergabung main game, melihat horoskop kita, atau tawaran iklan gadget ataupun barang lainnya. Emangnya gue pikirin?

Tuesday, June 07, 2011

Belajar dari 'behind the scene' kehidupan...



Kalau orang film bilang, selain karya filmnya yang dilihat, ‘behind the scene’ justru yang menarik untuk menjadi bahan pelajaran, karena dapat diketahui kapan, apa dan bagaimana sebuah film itu diproduksi. Mulai dari susah payahnya, kehebohan selama proses produksi, tingkat kesulitannya sampai hal yang lucu-lucu dan menyenangkan.

Kalau saya pribadi yang selalu belajar dan belajar terus dari apapun yang saya lihat dan saya alami sehari-hari, atau istilah kerennya ‘belajar dari sekolah kehidupan’, selalu kepingin tahu mulai apa dan bagaimananya hingga apa yang tersirat dan apa yang tersurat. Sebagai praktisi periklanan memang kita selalu berusaha mendisiplinkan diri untuk selalu ‘kepingin tahu’ segala sesuatu yang ada di sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Dari kebiasaan itulah hidup ini menjadi ‘kaya’ akan pelajaran tentang kehidupan yang begitu berharga dan tak ternilai.

Bagaimana dengan para peminat wisata kuliner? Yang akhir-akhir ini menjadi trend dan gaya hidup baru, pernahkah mencoba untuk memikirkan ‘behind the scene’ dari hidangan yang disantapnya? Paling gampang coba mulai pikirkan, darimana sih asal muasal bahan makanan yang ada di hadapan kita. Pernahkah memikirkan kesegaran, kelayakan, kehalalannya. Pastinya kita tak pernah mempedulikannya, alias percaya saja atau malahan pasrah.

Padahal kalau mau sedikit peduli banyak hal yang bisa kita pelajari dari makanan yang ada di meja makan tsb. Pastinya kalau kita kaji lebih jauh, ada cerita panjang di balik proses terhidangnya makanan tsb. Misal, apakah bahan makanan tsb. bebas pestisida? Apakah proses produksinya ramah lingkungan atau tidak? Mendukung kampanye mencegah Global Warming apa tidak? Alangkah bijaknya kalau kita mulai memilih makanan lokal yang berarti akan membawa dampak pemberdayaan ekonomi juga untuk para petani peternak lokal dibanding bila kita memilih makanan import. Dan masih banyak lagi.

Begitu pula terhadap kedua anak saya Adhika dan Wira, mereka juga saya ajari untuk selalu melihat ‘behind the scene’ segala masalah yang ada di sekitarnya. Yang unik, saat ada berita petinggi salah satu partai pemenang pemilu yang ‘terpaksa’ berobat ke Singapore, mereka juga mencoba untuk menggali lebih jauh apa kira-kira yang ada di balik kejadian itu.

Nah, kesimpulan dan pelajaran yang mereka dapat adalah bahwa sepertinya Indonesia tidak akan pernah bisa bebas dari ‘budaya korupsi’. Agama yang seharusnya bisa menjadi kontrol kehidupan sehari-hari hanya menjadi nampaknya hanya jatuh menjadi ritual belaka. Menurut mereka berdua, ternyata para koruptor itu tidak ada yang takut dengan Allah SWT. Lho koq? Lha iyalah, kan semua para koruptor itu kalau ditanya pasti bilangnya punya agama. Bahkan para koruptor yang beragama Islam juga kebanyakan juga sudah menunaikan ibadah haji. Republik tercinta ini meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi ternyata oknum koruptornya juga banyak. Nah lho.

Hasil dari membahas kasus MN yang juga bendahara partai di atas, saya akhirnya punya kesempatan untuk mengajak Adhika dan Wira untuk memperdalam ilmu agamanya, sekaligus menjalankannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan harapan agar mereka kelak tidak terjebak seperti para petinggi negeri ini yang sebagian besar tidak mampu mengemban amanah rakyat yang telah memilihnya sebagai pemimpin. Kebijakannya selalu penuh kontradiksi, apa yang terucap dengan yang dipraktekkan dalam kehidupan bernegara seringkali tidak sinkron.

Ada pemeo bahwa orang bodoh itu justru yang selalu merasa dirinya pintar dan tahu segalanya, sehingga tidak pernah mau belajar dari pengalaman. Padahal kata orang bijak, pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan kita. Sebaliknya, orang pandai itu justru selalu merasa dirinya tidak akan pernah tahu segalanya atau merasa dirinya bodoh sehingga selalu ingin belajar dan belajar.

Yang perlu disadari, proses belajar itu bukan berakhir saat kita selesai dengan Sekolah formal, tetapi justru simultan dan terus menerus sepanjang hidup kita. Belajar kapan saja, dari siapa saja, belajar dari apa saja, hingga nantinya ada proses transisi dari pengetahuan menjadi pemahaman. Harapannya tatkala menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari selalu memiliki segudang alternative solusi sebagai jalan keluarnya, tidak hanya berkutat dengan pemikiran bahwa hanya ada satu solusi untuk satu masalah.

Monday, June 06, 2011

Sukses, ‘jadi orang’, banyak uang...





Gara-gara jejaring sosial macam facebook dan twitter, yang ternyata mampu menyambungkan kembali tali silaturahim antar kawan lama, akhir-akhir ini banyak banget kegiatan ‘reunian’ yang mesti kita hadiri. Konsep ketemuannya sih oke banget, tapi rasanya kok ada juga beberapa teman yang menggunakannya untuk ajang ‘pamer kesuksesan’. Nah biasanya, berdasarkan pengalaman, kalau yang kebetulan yang ikutan ngumpul ‘merasa kurang sukses’, pada ketemuan berikutnya bisa dipastikan nggak bisa hadir drngan berbagai alasan.

Begitulah, pada salah satu ‘reunian’ ada teman saya Jody yang tiba-tiba nyeletuk,
“ Wuah sekarang si Indra sudah ‘jadi orang’ ya... sudah sukses... sudah kaya...”.
Dan akhirnya, pembicaraan memang jadi berbelok ke arah pencapaian sukses dari teman-teman yang lain. Yang begini ini yang kurang menarik dalam acara reunian. Bukannya ngomongin cerita yang dulu-dulu dan yang lucu-lucu biar kita semua bisa bernostalgia, eh kok malah jadi ngomongin harta kekayaan, punya ini, punya itu, dsb. Kalau kekayaan tsb. diperoleh dengan ‘berniaga’, punya bisnis atau usaha yang syariah, pastinya saya salut 1000%. Tapi kalau yang ngomongin kekayaan tsb. adalah mereka yang berkiprah sebagai pejabat pemerintah, maaf saja... temans, saya langsung kepingin muntah. Topik pembicaraan yang seperti inilah yang biasanya bikin saya males untuk ikutan nimbrung.

Padahal, konsep ‘jadi orang’ jaman para orang tua dulu tuh mengacu ke suatu pencapaian hidup yang mengandung makna sangat dalam, nggak hanya sekadar terjebak ke pencapaian kekayaan tertentu. Atau dengan kata lain, istilah ‘jadi orang’ atau ‘sukses’ itu tidak identik dengan ‘jadi orang kaya’. Misal, menjadi seorang staff pengajar di perguruan tinggi atau guru di sebuah SMA, dengan gaya hidup yang sederhana, pun boleh dibilang juga ‘jadi orang’ atau ‘sukses’.

Menurut aku, seseorang bisa dikatakan ‘sukses’ bila dalam hidupnya ia berusaha dan berjuang hingga akhirnya mampu meraih prestasi tertentu yang membanggakan. Dan mampu memanfaatkan semua kapasitas yang ada dalam dirinya untuk kebaikan orang lain dan masyarakat, tidak hanya sekadar untuk kepentingan diri pribadinya saja. Tingkat kepribadiannya berkembang menjadi lebih berkarakter dan lebih matang dalam menghadapi segala permasalahan di dalam kehidupannya.

Ironisnya, jaman sekarang ini, banyak orang beranggapan kalau ‘jadi orang’ atau ‘sukses’ itu identik dengan ‘jadi orang kaya’. Padahal betapa banyak saat ini, ‘orang jadi kaya’ yang hartanya diperoleh dengan cara yang tidak benar [alias korupsi], tidak melalui proses kerja keras dan berjuang di ‘jalan yang benar’. Mereka yang berada dalam kelompok ini biasanya memang memperoleh kekayaannya dengan cara gampang, sehingga tidak melalui proses berdialog dengan hati nuraninya. Juga tidak pernah ada proses pematangan di dalam kepribadiannya, baik melalui perenungan maupun kontemplasi pemikiran. Yang ada dalam pikirannya hanyalah spirit ‘jalan pintas’ dan keinginan untuk mendapatkan segalanya dengan instan, termasuk menghalalkan segala cara dan bahkan seringkali ada pihak lain yang dirugikan. Lha terus apakah yang seperti ini masih bisa dibilang ‘jadi orang’ atau ‘meraih sukses’???

Fenomena saat ini, memang begitu banyak orang yang tergila-gila pada uang. Mereka yang wara-wiri dengan mobil keren, memakai pakaian ‘branded’, hobi shopping ke luar negeri, pada kenyataannya memang diperlakukan dengan lebih terhormat dibanding dengan mereka yang tampil sederhana dan ‘biasa-biasa’ saja. Barangkali inilah yang membuat definisi tentang ‘jadi orang’ atau pun ‘sukses’ bergeser artinya. Saat ini, sukses = banyak uang. Konyolnya, semakin banyak uangnya semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhinya. Bahkan seringkali kita mendengar keluhan teman dan kolega kita bahwa mereka selalu merasa kekurangan uang terus, kebutuhan yang harus dipenuhi koq selalu nggak ada habisnya. Nah lho... jadi terjebak dan diperbudak oleh uang kan?

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup itu memang tidak bisa lepas dari uang. Semua orang butuh uang untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Semua orang memang kepingin punya rasa aman dengan punya tabungan, punya rumah, punya kendaraan yang mampu mendukung transportasinya, kepingin meningkatkan kualitas hidupnya, dsb. Tapi alangkah baiknya bila kita tidak terjebak ke arah semangat untuk ‘mendewakan uang’ alias uang menjadi prioritas utama dengan menisbikan begitu saja apa sejatinya makna hidup kita. Bahkan banyak yang melupakan bahwa sebenarnya untuk apa sih tujuan hidup kita ini? Apakah kebahagiaan hidup itu hanya bisa diraih dengan cara kita memiliki banyak uang?

Semoga sharing kali ini dapat menjadi bahan renungan... yang tentunya dengan harapan dapat memperkaya kualitas hidup kita semua.

Friday, May 27, 2011

Menguak makna kebahagiaan




Apa sih yang dimaksud dengan kebahagiaan?
Jawabannya akan bermacam-macam tergantung persepsi setiap orang tentang kebahagiaan itu sendiri. Saat jalan-jalan ke pulau Ayer di kawasan wisata kepulauan seribu, saya pernah ngobrol dengan seorang turis asal Amerika Serikat yang sudah berumur 60-an tahun. Nah si mister ini rupanya sedang menikmati masa pensiunnya dengan mengunjungi pelosok dunia. Asyik banget kan. Di masa tuanya masih diberi kesehatan dan dapat menikmati indahnya dunia. Bukan main.

Nah, saya pun coba menanyakan apakah ia bahagia dengan hidup yang dijalani selama ini. Ia pun menjawab bahwa di masa tuanya ini ia sangat bahagia karena hampir semua yang dimimpikannya sewaktu muda dulu hampir semuanya dapat terwujud. Dan yang mengherankan yang diceritakannya justru lebih ke masalah orang-orang yang dicintainya dan nostalgia saat bisa kumpul bareng bersama keluarganya. Jadi bukan seputar kebahagiaan saat ia menikmati jalan-jalan keliling dunia.

Lalu ia pun ganti bertanya: “Are you happy?”. Saat itu saya pun menjawab sekenanya, “Ya, I’m happy.” Si mister pun melanjutkan lagi pertanyaannya : “What’s really important in your life?” dan “Can you be happier?”. Pertanyaan berikutnya tsb. Yang akhirnya membuat saya tidak bisa menjawabnya lagi. Karena jelas memerlukan perenungan lebih lanjut tentang hidup yang sudah saya jalani selama ini. Nah, gara-gara ngobrol dengan ‘bule’ tsb. waktu refreshing di pulau Ayer saat itu, jadi terpakai untuk merenungkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sekaligus introspeksi diri.

Dulu, saat mengawali pekerjaan sebagai reporter di grup media yang terkenal, saya berpikir sederhana banget bahwa saya akan tetap bisa mewujudkan idealisme saya yaitu : ‘jalan-jalan’ & berpetualang ke mana saja mengikuti tugas junalistik saat itu, hobi baca & menulis tersalurkan, ketemu dengan beragam manusia, nggak harus terjebak rutinitas kerja di belakang meja setiap hari, dan punya duit cukup untuk hidup layak di Jakarta ini. Dan saat itu benak saya dipenuhi pemikiran bahwa kebahagiaan akan datang mengalir sejalan dengan karier di dunia jurnalistik, punya rumah, punya mobil, jalan-jalan ke luar negeri untuk tugas liputan jurnalistik, dan segala bentuk manfaat lainnya. So simple things.

Apa yang ditanyakan oleh si Mister ‘Bule’ tsb. akhirnya memang secara perlahan tapi pasti merubah cara pandang saya akan makna kebahagiaan itu sendiri. Karena selama ini saya siap menjalani hidup tetapi tidak “hidup”. Melalui perenungan tsb. saya sadar banget bahwa ternyata arah hidup saya banyak dipenuhi dengan rencana-rencana yang berasal dari luar, tanpa dibarengi dengan pemahaman yang memadai akan diri sendiri . Begitu sibuk dengan action plan untuk hidup ke depan, tapi justru abai untuk menjalaninya. Boleh dibilang saya nggak merasa bahagia, karena pencapaian action plan yang telah saya susun justru tidak pernah sesuai dengan yang diharapkan. Dan yang lebih penting, karena plan tsb. saya adopsi dari luar diri pribadi, ekspektasi nya pun tidak pernah sejalan dengan suara hati.

Menurut para ahli, separuh dari otak kita berpikir dengan menggunakan logika, barulah sebagian lagi menggunakan emosi. Apalagi, background pendidikan yang pernah saya tekuni adalah filsafat yang memang selalu mengedepankan aspek logika berpikir yang kuat. Kecenderungannya seringkali logika mengatakan hal yang berlawanan dengan emosi. Kalau yang terjadi seperti ini, maka mulailah mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh suara hati. Begitulah, saat saya mencoba mengambil keputusan ataupun pilihan yang berdasarkan suara hati, kehidupan yang saya jalani jadi jauh lebih seru dan menarik.

Be yourself! Barangkali salah satu kata kunci dari kebahagiaan itu adalah apabila kita dapat melakukan apapun yang sesuai dengan keinginan ataupun suara hati kita. Marilah kita coba untuk berbuat ‘kebaikan’yang bermanfaat untuk kehidupan yang ada di sekitar, mulailah dari hal kecil yang kita bisa.

Lebih dari itu, kalau dikaji lebih jauh, kebanyakan rencana hidup yang kita jalankan selalu berkutat untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga saja. Nggak ada yang merencanakan sesuatu yang nantinya dapat bermanfaat untuk orang lain, apalagi untuk kemasahalatan orang banyak. Entahlah, akhir-akhir ini dorongan dari dalam diri selalu mengatakan agar sisa usia yang masih ada ini, alangkah bahagianya bila ‘hidup’ ini dapat bermanfaat untuk orang banyak.

Itulah sebabnya, saya selalu terobsesi untuk bisa memiliki usaha yang mampu mempekerjakan banyak orang. Saat bisnis rental eskavator saya masih berjaya, ada 25 orang yang nafkahnya terpenuhi dari situ, sayangnya usaha itu pada akhirnya harus terhenti gara-gara iklim dunia usaha yang tidak menentu. Makanya saat ini pun, semoga masih diijinkan oleh Allah SWT, saya selalu terus mencoba untuk dapat memiliki bisnis yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Insya Allah, Amin.

Saya percaya bahwa pastinya akan selalu ada jalan menuju kebahagiaan yang hakiki bagi siapapun yang memilih untuk mendengarkan suara hatinya.

Friday, May 20, 2011

Waspadai makanan dan jajanan berbahaya




Teman saya Hendy hobi banget jajan es cincau setiap kali kita makan siang bersama. Emang enak sih. Saya pun juga beberapa kali mencobanya. Selain enak dan menyegarkan, konon kan cincau bisa mengobati panas dalam. Selain itu, es cincau kan minuman khas yang Indonesia banget.

Tapi itu dulu, tatkala belum menonton laporan investigasi tentang makanan berbahaya yang sering ditayangkan oleh TV swasta. Karena suatu kali laporan investigasi TV tsb. kebetulan menelusuri asal-muasal es cincau tsb. yang ternyata saat proses pembuatannya justru memakai bahan pengawet yang berbahaya bagi tubuh manusia. Bahkan biar terlihat kenyal dan menarik dicampur pula dengan bedak cap kodok. Es batunya pun juga berbahaya, karena dari air mentah [bahkan ada yang dari air kali]. Nah lho. Akhirnya, hobi teman saya Hendy pun sebagai penikmat es cincau berhenti setelah menonton tayangan tsb.

Memang setelah beberapa kali menonton TV tentang laporan investigasi terkait dengan jajanan dan makanan yang dijual sehari-hari di kota metropolitan ini, saya merasa ‘ngeri’ dibuatnya. Bayangkan, setiap makan siang kan, mau nggak mau, kita harus makan/jajan di luar. Tapi menurut laporan investigasi TV tsb. begitu banyak makanan yang dijual ternyata justru membahayakan kesehatan kita.

Meskipun sudah sering disidak dan diperingatkan, tetap saja masih banyak ditemukan makanan yang mengandung zat berbahaya dijual bebas di pasaran. Bukan cuma terdapat dalam bahan makanan basah seperti mi dan tahu, jajanan anak di sekolah juga tak luput dari ancaman bahan kimia berbahaya, salah satunya ya seperti cincau di atas.

Biasanya ada empat jenis bahan berbahaya yang sering disalahgunakan : yakni formalin, boraks, pewarna rhodamin B, dan methanyl yellow. Kenyataan yang sering diliput oleh laporan investigasi tsb. jelas semakin menambah panjang daftar makanan berbahaya yang beredar dengan mudahnya di sekitar kita sejak dulu. Sebut saja formalin sebagai pengawet dalam bakso, mie kuning dan tahu. Selain itu pernah juga ditayangkan daging bakso yang asalnya dari daging tikus sawah serta penggunaan pemutih bagi pembuatan bakso. Ayam tiren [mati kemarin] atau bangkai yang diolah lagi menjadi ‘fried chicken’ pinggir jalan. Ikan busuk yang diolah lagi menjadi siomay ataupun otak-otak. Dan masih banyak lagi.

Pastinya bahan makanan berbahaya di atas akan berdampak buruk bagi kesehatan. Begitu pula berbagai macam bahan tambahan seperti pemanis buatan, pengawet, pemutih, dan pewarna tekstil dapat menyebabkan diare, pusing-pusing, muntah. Kalau dikonsumsi secara terus menerus, berbagai bahan berbahaya itu akan meracuni liver, selain itu juga turut menabung karsinogen dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit kanker, khususnya kanker usus dan saluran kemih.

Menurut laporan investigasi TV tsb. ‘kenakalan’ para penjual makanan dengan bahan berbahaya ini semata-mata hanyalah untuk mencari keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Jadi hanya karena motif ekonomi mereka tega untuk ‘meracuni’ konsumennya yang notabene adalah fihak yang menjadikan tebal dompet mereka. Luar biasa, tidak ada lagi pertimbangan etika, moral, agama dan nurani. Demi fulus apapun dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Sudah sedemikian ‘jahat’ dan rusakkah moral mereka? Silakan disimpulkan sendiri.

Bagaimana dengan peran pemerintah? Walaupun kerap dipaparkan oleh laporan investigasi TV, nampaknya pemerintah ‘tenang-tenang’ saja. Lagi-lagi terjadi ‘pembiaran’. Di era perokonomian bebas ini, masyarakat memang dilepas bebas baik sebagai produsen maupun konsumen yang harus mengurus dirinya sendiri. Paling-paling, sekali-sekali menjelang bulan puasa dan Idul Fitri saja mereka melakukan sidak dan pengawasan terhadap produk makanan. Itu pun biasanya hanya dilakukan secara acak.

Saran saya, tatkala kita hendak menyantap makanan, jajanan, ataupun wisata kuliner alangkah baiknya bila mulai mengkritisi dan menelusuri : siapa, darimana, apa, bagaimana makanan tersebut dihasilkan. Ingat jangan asal embat dan tanpa pernah berfikir terlalu jauh. Jangan hanya mempertanyakan masalah halal-haram atau higienis apa tidaknya, tapi cobalah untuk lebih kritis dengan apa yang hendak kita santap. Sebagai konsumen, kita harus lebih selektif untuk memilih. Kalau mau main aman, barangkali ada baiknya juga bila kita membatasi kebiasaan jajan atau makan di tempat yang sembarangan. Pilihlah makanan atau jajan di tempat yang lebih layak dan terpercaya.

Wednesday, May 11, 2011

Memahami 'Sholat Khusyu'



Suatu hari, teman saya Dody, tiba-tiba tergerak hatinya untuk ikutan sholat Jumat di masjid, padahal selama ini, temen yang satu ini justru terkenal paling ‘murtad’ dalam urusan beragama. Entahlah, saya sendiri kurang yakin apakah sebelumnya pernah sholat apa nggak. Jangankan sholat Jumat, yang wajib sholat 5 waktu aja kagak pernah dijalankan. Tapi it’s oke, mungkin aja dia ingin berubah untuk menjadi lebih baik, kenapa tidak.

Begitulah, usai sholat Jumat dia pun dengan polosnya menceritakan pengalamannya. “Gile… itu baca doanya panjang amat, sampai ngelamun jorok gue nungguinnya…”, ujarnya. “Udah gitu… begitu abis sholat, eh… itu sebelah kanan, kiri, depan belakang gue pada ngajakin salaman, ngajak kenalan… emang tampang gue kayak selebrity siapa ya, kok pada kepingin kenalan…”.

Surprise saya mendengar komentarnya, ketahuan banget kalau sepanjang usianya nggak pernah sholat Jumat ke mesjid. Saya pun langsung mengkomentarinya, “Dasar Islam KTP loe… mereka itu bukan ngajak kenalan tau..., itu emang adab di masjid saat selesai sholat berjamaah untuk saling bersilaturahim. Kalau masalah konsen… jangankan lu, gue aja juga masih susah njalaninnya…”.

Sementara lupain dulu si Dody yang emang jauh dari agamanya, saya justru kepingin membahas masalah sholat yang kurang ‘konsentrasi’ tsb. Nah, pernah nggak mengalami masalah seperti saya? Merasa bahwa saat menjalankan ibadah sholat kok kayaknya kurang khusyu’. Terkadang muncul pertanyaan dari dalam diri, “Sholat saya diterima Allah SWT apa nggak ya?”.

Gara-gara kepingin bisa sholat khusyu’, saya coba browsing ke mbah google, juga membeli beberapa buku yang khusus membahas masalah sholat khusyu’, dan berdiskusi dengan pak ustadz musholla komplek saya. Karena keinginan untuk memahami sholat khusyu itu yang seperti apa, adalah bagian dari keinginan hati ini yang selalu menuntut untuk selalu belajar Islam dengan lebih baik.

Sebelumnya, pemahaman saya terhadap sholat khusyu’ itu lebih ke bagaimana saat menjalankan sholat sepenuhnya hati, pikiran & perasaan kita betul-betul terfokus dan pasrahkan hanya pada Allah SWT semata. Dan seolah-olah hanya ada saya & Allah SWT saja, tanpa peduli dengan keadaan di sekitar. Sehingga hanya saat menjalankan sholat malam [tahajud] kekhusyu’an itu baru bisa saya dapatkan, karena terbantu dengan suasana malam yang hening & sepi, terus niat untuk benar-benar focus pada sholat yang dijalankan.

Sedangkan yang paling tidak merasa khusyu itu justru kalau sedang menjalankan sholat berjamaah di masjid ataupun di Musholla. Entahlah, tatkala Imam sholat membacakan surat Al-Quran yang panjang [yang saya belum tahu suratnya], pastinya pikiran saya langsung melayang ke mana-mana.

Inilah mungkin kesalahan utama saya selama ini. Banyak surat-surat Al-Quran yang panjang yang tidak saya kenali. Jujur saja, masalah ini memang yang paling sering saya alami. Apalagi kalau saat sholat berjamaah, kemudian terdengar suara-suara lain di luar sholat, langsung konsentrasi buyar dech.
Berbeda dengan saat saya melakukan sholat sendirian, jelas terasa lebih dapet khusyu’nya, karena sambil membaca surat, pikiran saya selalu mencoba untuk memahami artinya. Lha masalahnya, laki-laki itu diwajibkan untuk selalu menjalankan sholat secara berjamaah. Nah lho.

Hasil dari googling dan baca beberapa buku, yang dimaksud khusyu’ itu ternyata bukan seperti kontemplasi ataupun keterputusan dengan dunia nyata saat menjalankan sholat. Tapi lebih ke masalah pikiran yang focus atau konsentrasi ke niat untuk menjalankan ibadah sholat itu sendiri. Jadi bukan dengan memejamkan mata atau telinga agar tidak melihat atau mendengar apapun alias menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Justru sebaliknya, khusyu’ di sini, meskipun focus & konsentrasi pada ibadah sholat kita harus tetap sadar serta peduli atas apa yang terjadi pada dirinya, lingkungannya berikut situasi yang ada pada saat itu.

Menurut ustadz saya, kalau kepingin sholat khusyu’ ya belajar dari sholatnya nabi Muhammad SAW. Karena kita tidak dibenarkan untuk membuat standar sendiri menyangkut kekhusyu’an sholat ini. Bahkan Rasulullah SAW juga bersabda “Sholatlah kalian sebagimana kalian melihat aku sholat.”
Untuk itu kata pak ustadz lebih lanjut, “Sholat khusyu’ itu perlu dipahami secara lebih luas. Sebab kenyataannya begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW melakukan sholat dengan berbagai keadaan.”

Berikut ini gambarannya :

1. Nabi Muhammad SAW pernah sholat sambil menggendong bayi
2. Nabi Muhammad SAW pernah memperlama sujudnya karena ada cucunya yang naik ke atas punggungnya.
3. Nabi Muhammad SAW pernah mempercepat sholatnya saat beliau menjadi imam, karena mendengar ada anak kecil menangis.
4. Nabi Muhammad SAW memerintahkan orang yang sholat untuk mencegah seseorang lewat di depannya.
5. Nabi Muhammad SAW saat menjadi imam juga pernah lupa gerakan sholat tertentu, bahkan salah mentapkan jumlah bilangan rakaat sehingga beliau melakukan sujud sahwi.
6. Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan orang yang sholat untuk membunuh ular serta hewan liar lainnya.
7. Nabi Muhammad SAW mensyariatkan fath kepada makmum bila mendapati imam yang lupa bacaan atau gerakan, sedangkan buat jamaah wanita cukup dengan bertepuk tangan.
8. Nabi Muhammad SAW pernah melakukan sholat di atas kendaraan [hewan tunggangan/unta] yang berjalan, baik sholat wajib maupun sunnah, beliau juga membiarkan tunggangannya menghadap kemana pun.
9. Nabi Muhammad SAW juga pernah memindahkan tubuh atau kaki istrinya saat sedang sholat karena dianggap menghalangi tempat sholatnya.
10. Nabi Muhammad SAW mengajarkan orang yang sholat untuk menjawab salam dengan isyarat.

Hasil berdiskusi panjang lebar dengan pak ustadz, berkesimpulan bahwa sholat khusyu’ itu tidak harus selalu berupa kontemplasi ataupun membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata seolah ingin menembus ruang dan waktu bertemu Allah SWT. Karena kalau kita kaitkan dengan fakta sholat Nabi Muhammad SAW seperti di atas, beliau justru tidak pernah ‘kehilangan kesadaran’ saat sholat. Nabi Muhammad SAW juga tidak pernah memanjangkan sholat saat menjadi imam. Kalau pun pernah diriwayatkan beliau pernah sholat sampai bengkak kakinya, maka itu bukan sholat wajib tetapi sholat sunnah. Dan panjangnya sholat beliau bukannya karena beliau ‘meninggalkan alam nyata’ lantaran berkontemplasi, tetapi karena beliau membaca ayat-ayat Al-Quran dengan jumlah yang banyak. Jadi sholat khusyu’ itu adalah sholat yang mengikuti sholatnya Nabi Muhammad SAW.

Ternyata mencoba untuk berusaha sholat khusyu’ itu juga tidak mudah. Saat sholat sendirian memang lumayan bisa. Tapi saat sholat berjamaah, tetap saja terkadang pikiran kita sesaat melayang ke mana-mana, terus pas sadar, berusaha lagi untuk konsentrasi mendengarkan bacaan Imam. Begitulah yang terjadi. Namun hingga tulisan ini dibuat, saya tetap semangat untuk berusaha sholat berjamaah dengan khusyu’. Entahlah, apakah sholat saya diterima Allah SWT atau tidak, yang penting tetap berusaha dengan sepenuh hati. Karena saya percaya dan seyakin-yakinnya bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Allahu Akbar.

Monday, May 02, 2011

Kerja tanpa kantor




Sewaktu asyik ngopi di Starbuck, tiba-tiba datang 3 orang teman yang biasa kerja bareng tim saya kalau kita sedang produksi iklan TV. Mereka bertiga adalah pemilik sebuah production house yang cukup ternama di Jakarta. Sudah banyak produksi iklan yang mereka garap dan kebanyakan brand dengan nama besar semua. Akhirnya kita pun gabung di satu meja. Sama seperti saya, mereka pun langsung mengeluarkan laptop masing-masing dan mulai asyik browsing dengan memanfaatkan WiFi yang ada di kafe tsb.

Sebenarnya kalau ngomongin nongkrongnya sih biasa saja. Tetapi yang bikin nongkrong di Starbuck ini jadi menarik untuk diceritakan karena mereka bukan sekadar nongkrong, tapi sedang bekerja menggarap persiapan produksi sebuah iklan brand terkenal. Lho kok bisa? Inilah asyiknya kalau kita bisa memanfaatkan canggihnya teknologi terkini untuk memfasilitasi pekerjaan dan profesi kita. Canggihnya teknologi informasi & kemudahan akses internet secara perlahan tapi pasti memang berhasil menggeser paradigma lama tentang konsep bekerja.

Dulu, yang namanya bekerja itu kan dianalogikan harus ada ruangan kantornya, ada meja kerjanya, ada telpon, fax, komputer, tumpukan file, dsb. Saat ini, dengan maraknya koneksi internet di mana-mana, konsep bekerja untuk beberapa profesi nampaknya sudah tidak memerlukan kantor secara fisik lagi. Karena ngantornya bisa di mana saja [di rumah, kafe, mall, di lapangan, dsb], kapan saja, dan dengan siapa saja, asalkan masih ada handphone dan jaringan koneksi internetnya. Tentunya, ini akan banyak menghemat overhead cost perusahaan, karena bisa jadi tidak perlu menyediakan ruang kantor yang luas dan kelengkapannya, sekaligus juga bisa hemat listrik maupun biaya telpon dan fax.

Untuk orang macam saya yang susah berangkat ngantor pagi, jelas menguntungkan. Karena bisa berangkat ke tempat ‘ketemuan’ agak siangan setelah padatnya lalu lintas Jakarta mulai berkurang. Jadi nggak banyak buang waktu terjebak kemacetan yang akhir-akhir ini bikin frustasi warga Jakarta dan sekitarnya. Sehingga energy yang ada benar-benar dapat digunakan untuk full konsentrasi memikirkan dan menyelesaikan pekerjaan yang sedang digarap.

Memang, khususnya untuk profesi praktisi periklanan seperti saya, seharusnya tidak diperlukan kantor secara fisik lagi. Untuk bikin konsep kreatif iklan, tim kreatif bisa kerja sambil ngopi di Starbuck. Kita satu tim bisa berdiskusi sambil cari referensi gambar via internet. Kalau perlu menggali brief dari client pun bisa kita omongin by email atau malah chatting, maupun BBM-an via Blackberry yang lagi ngetrend. Kemudian bila konsep kreatif iklan sudah siap tinggal bikin janji untuk ‘ketemuan’ guna mempresentasikan kerjaan tsb. Malah kalau client-nya lagi sibuk dinas ke luar kota atau ke luar negeri, dan kerjaan harus segera dapat persetujuan kita bisa kirim by email, kemudian diskusi untuk masukan maupun koreksi bisa menggunakan fasilitas chatting atau email. Praktis kan.


Canggihnya teknologi informatika, selain bisa merubah konsep ngantor yang sebenarnya tidak memerlukan ruangan fisik lagi, juga nantinya akan merubah paradigma terkait dengan jam ngantor yang saat ini umum berlaku. Karena mereka yang memanfaatkan koneksi nirkabel ini secara tidak sadar jam ngantornya justru menjadi semakin panjang.

Fakta terkini, sejak maraknya jejaring sosial melalui Twitter, Facebook, maupun BBM-an melalui Blackberry, lalu lintas komunikasi pekerjaan justru menjadi semakin intens, mudah dan cepat, juga sudah menabrak aturan jam kantor konvensional eight to five [8.00-17-00]. Bayangkan saja beberapa teman yang bekerja di bidang marketing, usai sholat shubuh sudah harus ngecek email, menjawab BBM-an, lanjut dengan saat berangkat ke kantor juga disibukkan dengan urusan pekerjaan melalui Blackberry-nya. Begitu pula saat pulang kantor di mobil pun masih sibuk BBM-an [dengan timnya, supplier, jaringan distribusinya, agency iklannya, pihak media, dll.] untuk membahas pekerjaan launching produk yang menjadi tanggung jawabnya.

Menyikapi trend seperti ini seharusnya pihak perusahaan bersyukur, karena merekalah sejatinya yang paling diuntungkan. Kalau tadinya segala urusan pekerjaan hanya bisa diselesaikan di kantor dan hanya pada jam kantor, kini bisa di mana saja dan kapan saja karena ‘dunia ada dalam genggaman tangan’. Hanya meeting tertentu saja yang mungkin masih memerlukan kehadiran fisik dan tergantung dengan ruang kantor dan waktu yang telah disepakati.

Ironisnya, menurut beberapa teman yang curhat, banyak perusahaan yang justru masih berkutat dengan paradigma konvensional dalam menyikapi laju perkembangan teknologi informasi ini. Mereka yang jam ngantornya via dunia maya lebih dari 8 jam sehari, sering mendapatkan teguran dari HRD nya gara-gara sering terlambat datang ke kantor. Dan gara-gara penertiban absensi ini kinerjanya dianggap buruk, meskipun semua pekerjaan yang di-handle-nya beres dan mencapai target yang lebih. Coba simak keluhan salah seorang teman, “Gue tuh baru tutup laptop jam 11 malem, tapi Blackberry gue on terus, bangun jam 5 pagi udah nyalain laptop lagi buat ngecek email dsb. Udah gitu pas jalan ngantor pun gue masih mikirin proposal launching product. Masak dinilai kinerja gue kurang bagus, gara-gara telat 15 menit?”. Nah lho.

Barangkali gambaran dalam tulisan ini bisa menjadi masukan sekaligus tantangan menarik bagi para konsultan perusahaan, para owner dan CEO, dan juga para ahli yang ada di HRD perusahaan. Bagaimana perusahaan bisa mengakomodir kebutuhan para profesionalnya dalam perubahan dunia kerja yang menjadi semakin cepat dan tanpa batas ruang dan waktu lagi ini. Mungkin perlu juga dipikirkan cara penilaian kinerja dengan sistem yang lebih baru dan canggih dalam menyikapi fenomena para ‘knowledge workers’ yang kesana-kemari bawa laptop di backpack-nya karena memang mereka ‘terpaksa’ masih harus bekerja setelah usai jam kantor di ruang-ruang publik seperti kafe & mal.

Friday, April 29, 2011

Pentingnya peka terhadap peringatan dini tubuh Anda




Allah telah menciptakan tubuh manusia begitu sempurna. Sebagai mana kita ketahui bersama, semua bagian dari tubuh manusia diciptakan memiliki manfaat masing-masing yang pada akhirnya menyatu secara keseluruhan menunjang mekanisme hidup manusia. Mulai yang tampak luar, dari ujung rambut hingga ujung kaki semua berfungsi untuk menunjang kehidupan. Belum lagi bagian dalam tubuh termasuk seluruh organ ‘jeroan’, semuanya memiliki fungsi masing-masing. Bahkan hingga bagian sel paling terkecil pun diciptakan memiliki fungsi yang tak kalah pentingnya.

Hebatnya lagi, saat bagian tubuh ada yang mengalami gangguan kesehatan, maka mekanisme alami dari tubuh akan secara otomatis mengirimkan sinyal peringatan dini. Misal ketika tubuh kurang air muncul rasa haus, ketika butuh makan sinyal tubuh mengirim sinyal berupa rasa lapar terkadang campur sedikit pusing di kepala. Saat tubuh kekurangan oksigen juga akan muncul sedikit pusing di belakang kepala, dsb. Peringatan dini dari tubuh inilah yang sebaiknya harus kita kenali dan respon secepatnya agar kondisi tubuh kita tetap bisa menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya alias kita tetap dalam kondisi prima & sehat.

Saya pernah mengalami sering pusing di pelipis yang muncul berulang secara berkesinambungan. Awalnya sich nggak begitu terasa sakitnya karena munculnya sebentar. Tapi lama kelamaan sakit kepalanya mulai terasa berat, dan intensitas munculnya juga semakin sering. Tadinya saya kira hanya sakit kepala biasa saja, lalu saya minum kopi beres. Selama sebulan begitu terus, tapi perlahan ketambahan dengan rahang atas kiri ikutan nyeri. Periksalah ke klinik gigi Angkatan Udara yang ada di Halim Perdanakusumah. Dicek semua gigi tidak ada yang retak dan bagus semua. Tapi tambah hari kok sakitnya dan pusingnya kian berat, kalau tadinya ‘ngopi’ bisa enakan, sekarang mesti minum obat-obat jenis pain killer [penahan rasa sakit].

Suatu malam saya mampir ke dokter gigi baru [cewek] di komplek saya, iseng mau cari second opinion. Begitu juga hasil diagnosenya, gigi saya dalam kondisi bagus semuanya. Saat ngobrol itulah ia nggak sengaja ngomong,
“Kena sinusitis kali pak? Coba aja konsultasi ke dokter THT.”
Sampai di rumah langsung saya googling, ketemulah gejala sakit seperti yang saya alami itu biasanya ‘sinusitis maksilaris’.

Besoknya, langsung periksa ke dokter ahli THT, begitu dimasuki kamera kecil lewat lubang hidung ketahuan kalau rongga sinus maksila [rongga pipi] kirinya ketutup nanah. Nanah pun coba disemprot. Treatment dari dokter, selama 2 minggu diobati antibiotik dosis tinggi dan pain killer. Memang selama diobati rasa nyeri di geraham atas & sakit kepala berangsur hilang. Tapi setelah obatnya habis, seminggu kemudian rasa sakit kepala di pelipis kiri & nyeri geraham kambuh lagi. Balik lagi ke dokter THT, diperiksa lagi, dan rongga sinusnya tertutup lagi.

Dokter pun memutuskan untuk ambil tindakan terakhir yaitu operasi. Besoknya disuruh rontgen. Hasil rontgen memperkuat dokter untuk tindakan operasi. Begitulah akhirnya, nginap 5 hari di RS untuk operasi sinusitis dan pemulihan. Dokter menunjukkan hasil sumbatan yang diambil dari rongga sinus tersebut ke saya, bentuknya seperti gumpalan batu karang. Sebenarnya kalau di awal mulai terasa pusing & geraham nyeri itu langsung ke THT, harusnya bisa disemprot terus diobati jadi nggak sampai mengeras seperti karang. Mungkin juga nggak perlu harus sampai operasi. Anyway, barangkali memang jalannya sudah harus begini. Makanya, penting sekali kita mengenali peringatan dini yang disampaikan oleh tubuh kita. Sering pusing harus segera diselidiki kira-kira penyebabnya apa. Kalau nggak ketemu ya mau nggak mau harus ke dokter.

Adik saya, ketahuan mengidap kanker colon atau usus besar juga ketika sudah terlambat [stadium 4] dan akhirnya harus operasi untuk dibuang usus besarnya, kemudian anusnya dipindah di perut dengan kantong pembuangan seperti dora emon. Ketika sering mengalami masalah sulit buang air besar [BAB] juga dianggapnya masalah sakit perut biasa, dan nggak pernah kepikir untuk memeriksakan ke dokter. Beberapa tahun kemudian ketika nggak bisa BAB sama sekali, terus di-endoskopi usus besarnya, ternyata telah tertutup oleh kanker ganas. Tindakan terakhir... ya harus dioperasi. Terus yang bikin repot dan nambah stress, kan harus terusan kemoterapi untuk mematikan sel kanker yang terlanjur menyebar. Tahun berikutnya, di buli-buli saluran kencingnya ditemukan benjolan tumor juga. Operasi lagi, saluran air seninya juga dipindah langsung ke perut dengan kantong juga. Kebayang kan bagaimana beratnya mengalami cobaan dari Allah SWT yang seperti ini?

Tetangga saya yang namanya pak Rudy adalah perokok berat namun begitu nampak sehat dan kuat fisiknya. Beliau jarang mengeluh sakit. Tetapi kurang peka terhadap sinyal atau peringatan dini yang disampaikan oleh tubuhnya. Kalau merasa sakit kepala atau kurang enak badannya biasanya minum kopi dan istirahat. Saya yakin ketika saat mulai mengidap kanker, pasti tubuhnya sudah mengirim sinyal atau peringatan dini. Tapi bisa jadi karena fisiknya yang kuat, jadinya tidak terasa atau malah mungkin nggak dirasakan. Dianggap wajar-wajar aja. Sampai suatu hari tiba-tiba terpeleset dan terjatuh di kamar mandi. Nah ketika di RS diperiksa penyebab hilangnya keseimbangan tubuhnya, barulah ketahuan kalau mengidap kanker paru-paru yang sudah stadium 4. Ironisnya, sejak dirawat di RS gara-gara jatuh di kamar mandi tsb., beliau nggak pulang lagi hingga sebulan kemudian meninggal dunia.

Itulah sebabnya, saya selalu berusaha untuk peka merasakan dan mencari tahu sinyal ataupun peringatan dini yang disampaikan oleh tubuh. Saat bangun tidur, sambil masih rebahan dan bersyukur ke hadirat Allah SWT, saya selalu mencoba merasakan seluruh bagian dari tubuh saya. Ada yang terasa aneh atau nggak biasa apa nggak? Saya coba fokuskan dan rasakan mulai ujung kaki hingga kepala. Sakit kepala kah? Telinga berdenging kah? Atau bagian mana saja yang terasa sakit atau pun pegal-pegal [lengan, kaki, pinggang, dll.] atau yang terasa nggak seperti biasanya.

Dan inilah beberapa sinyal tubuh yang ada pada tubuh saya yang berhasil saya kenali.
-Persendian sering terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum, ternyata itu sinyal bahwa asam urat lagi tinggi.
-Sering kesemutan di bagian lengan dan kaki, terus sering pegal di dekat leher dan pundak, ternyata itu sinyal tubuh bahwa kolesterol saya sedang tinggi, jadinya darahnya kental & bikin gak lancar.
-Tenggorokan terasa sakit saat menelan makanan, ternyata ada luka di tenggorokan dan biasanya akan disusul dengan flu berat.
-Saat pinggang terasa sakit dan air seni kita berwarna coklat atau kuning gelap itu pertanda ginjal kita bekerja terlalu keras karena kita kekurangan air minum.

Sinyal tubuh atau pertanda dini yang disampaikan tubuh kita ternyata mempunyai arti yang khusus, namun sering kali kita tidak menyadarinya karena terlalu seringnya kita mengabaikan. Tentunya, dengan memahami sinyal yang diberikan oleh tubuh, kita dapat lebih peduli dengan kesehatan tubuh sedini mungkin juga.

Kenapa saya mengingatkan agar kita peka terhadap sinyal dari tubuh? Karena kecenderungannya mereka yang masih berada pada usia produktif, aktif, suka kerja keras [workaholic] seringkali mengabaikan peringatan dini dari tubuhnya. Misal, karena dikejar deadline, meski sudah ngantuk, pusing dan badannya lelah masih tetap memaksakan diri untuk bekerja keras. Tubuhnya di’dopping’ dengan suplemen energy. Sakit kepalanya diatasi sendiri dengan minum kopi atau bahkan minum obat sakit kepala. Kalau hal ini dilakukan sekali-sekali barangkali tidak berdampak pada kesehatan tubuh. Tapi kalau setiap hari, bisa jadi ada masanya akan jatuh sakit. Semoga sharing kali ini bermanfaat.

Friday, April 15, 2011

Yang ‘dimiskinkan’ justru yang bikin kaya




Kenapa iklan rokok di TV selalu tayangnya di atas pk. 21.00? Kenapa selalu iklan rokok yang tayang di TV dilarang untuk menampilkan bentuk kemasannya secara utuh? Kenapa dalam iklan rokok yang ditayangkan tidak boleh ada adegan orang yang asyik menikmati rokok? Kenapa juga iklan rokok di gambar terakhirnya selalu diwajibkan memuat himbauan tentang bahaya merokok? Banyak larangannya kan. Tapi coba cermati, semakin banyak larangan iklan rokok di TV justru semakin kreatif iklan rokok yang ditayangkan.

Kalau kita kritisi, berbagai regulasi yang dikenakan kepada iklan rokok sejatinya adalah salah satu usaha pemerintah untuk ‘sedikit’ mengurangi dampak negatif iklan rokok. Khususnya terhadap anak-anak di bawah umur. Pengandaiannya di atas jam segitu para bocah diharapkan sudah berangkat tidur. Padahal kan belum tentu juga. Kenapa dampak negatif tersebut hanya sedikit dikurangi, inilah ironisnya kebijakan di negri ini. Pemasukan dari cukai rokok yang besar terlanjur menjadi andalan untuk pemasukan sumber dana pemerintah. Ditambah lagi lobi yang sangat kuat dari para pemilik industri rokok nasional. Jadinya dampak negatif keseluruhan yang lebih besar ‘tertutupi’ dengan kepentingan politis ini.

Lalu, siapa sih para penikmat rokok di negeri ini? Fakta yang bisa dilihat sehari-hari, di negeri ini, tidak pernah ada batasan umur berapa boleh merokok, siapa saja bebas menikmatinya [di luar negeri 18 tahun ke atas baru boleh merokok]. Rokok pun bisa dibeli di mana saja dengan mudahnya, oleh mereka yang memerlukannya. Bahkan di Malang pernah ketahuan oleh media seorang balita yang sudah kecanduan rokok. Sudah biasa pula kita jumpai anak berseragam sekolah juga merokok. Para wanita masa kini yang juga tidak merasa sungkan untuk merokok di tempat umum seperti foodcourt , kafe atau pun ruang publik lainnya.

Entahlah, kebiasaan merokok kok sepertinya sudah begitu membudaya di kalangan masyarakat kita. Nggak percaya? Coba saja perhatikan, begitu keluar dari rumah,di jalan kita sudah dihadang oleh asap rokok para pejalan kaki. Di dalam angkutan umum, di mall, di kafe, di kantor, pokoknya di seluruh penjuru dan di setiap sudut manapun pasti kita temui para penikmat rokok.

Anehnya, meskipun harga sebungkus rokok relatif mahal harganya, para penikmat rokok ini selalu menganggarkan duitnya untuk membeli rokok, setelah kebutuhan utama akan makan & minum telah terpenuhi. Penting banget kan! Nggak percaya? Lihat saja para supir angkutan umum yang ibaratnya berpenghasilan harian yang tak menentu sekaligus pas-pasan, lebih mementingkan membeli sebungkus rokok ketimbang untuk biaya sekolah atau susu anaknya. Lebih besar penghasilan untuk membeli rokok dibanding untuk meningkatkan gizi keluarga ataupun peningkatan pendidikan. Makanya, masyarakat miskin seperti mereka menjadi semakin sulit keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Meskipun mereka tahu bahwa rokok bisa menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, stroke, cacat dsb. tetap saja tidak membuat para perokok takut ataupun jera lantas berhenti merokok. Dan kalau sudah menderita penyakit-penyakit tsb. akan lebih banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Nah lho. Terus dari mana biaya untuk berobat tersebut? Untuk memenuhi kebutuhan utama akan makan dan minum saja susah. Emangnya kalau sudah sakit ada pengobatan gratis dari pemilik pabrik rokok? No way... lah!

Dan sebagian besar profil para perokok memang berasal dari generasi muda dan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Fakta inilah yang menarik untuk diungkapkan. Karena para perokok yang hakekatnya adalah menjadi korban yang ‘dimiskinkan’ oleh rokok, justru merekalah yang menjadikan ‘kaya’ para konglomerat pemilik pabrik rokok di negeri ini. Fakta yang ada, beberapa konglomerat terkaya di negeri ini kan sumber utama penghasilannya dari industri rokok yang dimilikinya.

Terus bagaimana peran pemerintah? Seperti yang telah disinggung di awal tulisan, keberpihakan pemerintah memang ada tapi hanya ‘setengah hati’. Hanya kepingin ‘sedikit’ saja mengurangi bahaya merokok untuk para balita dan anak-anak. Dan seperti yang sudah-sudah, sesuai hukum pasar bebas [ciri khas ekonomi Neo-Lib], rakyat Indonesia memang dilepas begitu saja untuk menjadi ‘konsumen’ yang baik bagi industri rokok nasional. Uruslah diri sendiri masing-masing. Kalau toh ada masyarakat yang tambah miskin ataupun ‘penyakitan’ gara-gara rokok ya tanggunglah sendiri resikonya. Kan di setiap kemasan rokok sudah ada peringatan akan bahaya merokok : MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN PADA JANIN.

Tuesday, April 12, 2011

Pemimpin yang amanah




Sulit memisahkan kegiatan Basket dengan anakku Wira. Sejak dipercaya oleh teman-temannya sebagai kapten di tim basket sekolahnya, anakku Wira benar-benar serius untuk menjalankan amanah tsb. Dia canangkan targetnya untuk bisa menjadi juara basket antar SMA se-DKI Jakarta. Hampir keseluruhan waktunya dihabiskan untuk latihan basket di sekolahnya dan di klubnya Roda Tama. Setiap hari pulang ke rumah rata-rata di atas pk. 21.00 malam. Begitulah kalau saya dan ibunya menasehati untuk mengurangi kegiatan basketnya, selalu dijawab bahwa obsesinya di Basket belum kesampaian jadi nggak mungkin untuk nyantai.

Dalam skala kecil, di tim basket SMA, inilah gambaran seorang calon pemimpin masa depan. Diam-diam saya bangga dengan keseriusan anakku Wira untuk menjalankan amanahnya sebagai kapten tim Basket di sekolahnya. Sebagai pemimpin yang diberi amanah memang sudah seharusnya untuk bertindak seperti yang diharapkan oleh semua orang yang memberikan amanah. Semua tenaga dan pikirannya dicurahkan agar tim yang dipimpinnya bisa meraih prestasi. Disiplin selalu untuk melaksanakan latihan bersama, berusaha keras untuk membangun kebersamaan & kekompakan timnya dan tegas terhadap anggota tim yang kurang tertib.

Begitulah, akhirnya saat ada kejuaraan basket antar SMA se-Jakarta Timur yang diselenggarakan UNJ, tim basket yang dipimpin Wira pun ikut berpartisipasi untuk berlaga. Setelah selama 3 minggu bertanding untuk penyisihan, akhirnya tim basket SMA-nya Wira berhasil melaju ke babak final. Dia pun minta bapaknya untuk mendoakan agar dalam pertandingannyafinal kali ini bisa menyabet juara.

Hasilnya, ketika malam hari Wira pulang dari pertandingan nampak tertunduk lesu sambil berjalan dengan langkah gontai, melapor kalau dia ‘gagal’ membawa timnya meraih juara alias cuma menjadi runner up saja. Lalu aku pun sambil memeluk menepuk bahunya bicara sejujurnya,
“Buat bapak, kamu lah juaranya, nak... Sebagai kapten kamu kan sudah berusaha maksimal untuk menjalankan amanah, tapi... ingat dalam kehidupan ini selalu ada ‘rahasia di balik rahasia’ yang kita sebagai manusia tak akan pernah mampu menguaknya...”.
Wira pun menimpali.
“Next time we will be better...”

Dalam hati saya sangat kagum dengan jiwa kepimimpinannya. Meskipun masih SMA, dan dalam sekala kecil, Wira begitu nampak kuat karakter kepimimpinannya saat menjalankan amanah yang dibebankan di pundaknya. Dari kacamata saya, Wira is better than beberapa pemimpin negeri ini atau pun para anggota DPR yang seharusnya menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya. Kita semua tahu bagaimana mereka-mereka itu Cuma asyik dengan diri sendiri dan partainya. Seolah lupa dengan tanggungjawabnya untuk mengurus rakyat yang kian terpuruk kehidupannya, malahan ‘ngeyel’ untuk membangun gedung yang bakal menyedot duit rakyat trilyunan rupiah. Malah belum lama ini ada seorang anggota dewan yang terhormat, yang diberi amanah oleh rakyat malah asyik sendiri menikmati situs porno saat sidang ‘pariporno’ berlangsung. Konyolnya,oknumnya justru yang berasal dari partai yang pernah saya kagumi jargon politiknya.

Kayaknya, mereka-mereka yang seperti ini yang perlu belajar kepimimpinan dari anak saya Wira. Wualah koq malah ngelantur...

Tak lupa saya mendoakan, semoga kelak bila sudah terjun di dalam kehidupan masa depannya Wira tetap bisa memegang prinsip & jiwa kepemimpinan yang amanah. Amin.

Sunday, April 10, 2011

‘Urip iku ming mampir ngombe’




Hari senin Shubuh 4 April yang lalu, ada masuk di HP saya SMS ucapan Selamat Milad dari beberapa teman dekat Ridho dari radio RKM, Royo, Yani, dll. Juga dari kakak-kakak saya dan famili dari istri yang kebetulan tahu tanggal kelahiran saya, terima kasih ya semuanya.

Ada juga SMS dari kedua anak saya yang memang sedang tidak tinggal serumah dengan saya. Selain memberikan kado yang diam-diam sudah dititipkan ke ibunya, anakku Wira yang sedang sekolah di Singapura seperti biasa hanya mengucapkan selamat UlTah dengan bahasa yang singkat & padat. Lain dengan anakku Adhika yang kost dekat kampus FE-UI Depok, selain mengucapkan Selamat Milad, ditambahi dengan harapannya agar Bapaknya lebih rajin beribadah. Nah, inilah yang terus menggelitik bathin saya hingga saat ini. Rupanya anak pertamaku ini begitu sadar banget bahwa ayahnya sudah mulai berangkat tua.

Nah gara-gara ucapan dan harapan di hari ‘penting’ dari Adhika ini maka tiba-tiba jadi kepingin sharing tentang umur manusia dan kehidupan dunia yang terasa singkat ini. Sekaligus mengingatkan diri pribadi dan Anda semua bahwa ternyata ‘waktu memang begitu cepat berlalu’, so jangan sampai kita terlena oleh waktu dan ternyata mendadak telah tiba ‘waktu’nya.

Pernah denger pepatah Jawa ‘urip iku ming mampir ngombe’ kan? Kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah ‘hidup itu hanya mampir/singgah untuk minum’, maksudnya manusia hidup di dunia ini sebenarnya hanya sebentar saja, atau singkat waktunya. Begitulah kira-kira, maksud pepatah Jawa di atas.

Dulu jaman nenek saya masih ada memang sering keluar pepatah tsb. Atau kalau pas pengajian di musholla komplek saya, pak ustadz M Rhoib juga sering mengingatkan tentang ungkapan itu agar kita semua jamaahnya memanfaatkan waktu yang masih ada sebaik-baiknya untuk beribadah sebanyak-banyaknya sebagai bekal kita di akhirat nanti, karena jangan sampai pas saatnya tiba, kita ‘dipanggil’ Allah SWT, tabungan amal & ibadah kita ternyata kurang banyak. Jadi janganlah kita hanya keasyikan mengumpulkan ‘bekal’ duniawi semata, tapi juga harus ingat akan ‘bekal’ yang akan dibawa ke akhirat nanti. Selama ini sih saya memang ‘cuek’ aja, karena saya jalani kehidupan ini seperti biasa, pokoknya ngalir aja terus.

Begitulah, tiba-tiba di bulan April ini, pepatah Jawa tsb. begitu terasa maknanya buat diri pribadi saya. Saat merenungkan makna milad kali ini, koq terasa banget benarnya tentang ‘hidup di dunia yang sebentar’ tsb. Karena di bulan kelahiran saya ini, mendadak kesadaran akan umur yang bertambah tua begitu mengusik pikiran saya. Sudah cukupkah bekal saya kelak? Apakah hidup saya selama ini sudah berada di ‘jalan yang benar’?

Dan yang namanya hidup di dunia yang selama ini saya jalani memang terasa banget ‘cepat’nya. Rasanya kayak baru kemarin atau belum lama lulus SMA di Madiun, lulus kuliah di Surabaya. Rasanya kayak belum lama menikah. Rasanya kayak baru kemarin nungguin istri melahirkan di sebuah RS Bersalin di Rawamangun. Rasanya kayak belum lama menikmati menggendong bayi yang lucu. Rasanya kayak belum lama Adhika & Wira masih bisa bergelayutan di tangan kiri & kanan. Rasanya kayak barusan Adhika & Wira masih di TK, SD dan SMP. Tahu-tahu mereka berdua koq sudah besar badannya dan beranjak dewasa, satu kuliah yang lain SMA. Tahu-tahu umurku koq sudah tua. Tahu-tahu keriput di wajah pun mulai nampak banyak. Rambut uban pun sudah mulai nampak tersebar di kepala. Kondisi fisik juga mulai terasa gampang lelah.

Dan masih banyak lagi tanda-tanda fisik akan bertambahnya usia yang diistilahkan oleh istri saya sebagai ‘surat’ peringatan dari Gusti Allah SWT. Kayaknya, lagu kebangsaanku ‘Forever Young’-nya Rod Steward mesti diganti sama lagu “Tombo Ati”nya Opick nich. Bener lho, jiwa menjadi terasa lebih tenteram ketika kita mencoba untuk memahami makna terdalamnya.

Dari hasil perenungan Milad kali ini, saya juga bersyukur sekali ke hadirat Allah SWT karena hingga saat ini masih diberi nikmat sehat, nikmat limpahan rejeki, dan segala sesuatu yang terbaik yang selama ini telah saya terima dan nikmati bersama keluarga. Dan tak lupa, dalam hati saya berjanji dengan diri sendiri untuk selalu menjalankan semua perintah agama Islam beserta ajaran Nabi Muhammad SAW dengan sebaik-baiknya, juga memanfaatkan waktu yang masih ada ini untuk lebih banyak beramal dan beribadah di jalan Allah SWT. Dan memohon agar ‘sisa waktu’ yang ada ini, hidup saya dapat bermanfaat serta berguna untuk kemashalatan orang banyak. Amin.

Tuesday, April 05, 2011

Sama 'kata'nya, beda 'makna'nya




Ngomongin iklan tawaran sekolah ke luar negeri yang pernah marak di koran nasional, saya pernah punya pengalaman yang lucu tentang ini. Waktu itu, sebenarnya hanya iseng saja kepingin tahu, apa dan bagaimananya tawaran iklan tsb. Mulailah saya cari informasi via telpon, dan akhirnya diundang ke pertemuan dengan para orang tua lainnya yang juga kepingin tahu program yang ditawarkan.

Saya bukannya mau menceritakan paparan program dari penyelenggara jasa yang mengurusi sekolah ke luar negeri tsb. tapi lebih ke betapa antusiasnya para orang tua yang datang. Seorang ibu yang duduk di sebelah saya dengan dandanan bak hendak ke pesta lengkap dengan semua perhiasannya tiba-tiba menyapa dengan nada sedikit merendahkan karena melihat penampilan saya yang kontras dengannya [hanya pakai polo shirt, celana jeans dan ransel]. “Anak saya yang di SMA Negeri unggulan, kepingin nantinya sekolah ke Luar Negeri... Kalau bapak, anaknya sekolah di SMA mana?”

Saya pun dengan santainya menjawab apa adanya, “Anak saya masih SMP koq bu... tapi di luar negeri...” [kejadian ini memang waktu anak saya masih di SMP]. Jawaban saya sebenarnya belum selesai, tapi ibu tsb. memotong jawaban saya [mungkin penasaran], “Wuah hebat ya anaknya... masih SMP sudah berani sekolah di luar negeri. Ngomong-ngomong di sekolahin di mana pak luar negerinya? Lha terus ini mau ndaftarin adiknya ya...?”. Waduh. Ibu ini bener-bener sok tahu dan tipe yang kalau sudah ngomong nggak bisa distop, maunya dia sendiri yang didengerin. Terpaksa saya potong juga omongannya, “Anu bu...maksud saya di luar negeri itu... nggak di SMP Negeri, tapi di SMP Swasta.” Mendengar penjelasan saya, si ibu tsb. langsung melengos dan nggak mau ngajak ngomong lagi. Dalam hati saya pun tertawa sendiri, emang gue pikirin.

Itulah kekayaan bahasa Indonesia. Kata yang sama ‘luar negeri’ ternyata beda maknanya. Aneh kan? Banyak lagi kata-kata di dalam bahasa Indonesia yang bisa berbeda maknanya tergantung pada situasi, kondisi, ataupun konteksnya. ‘Gak percaya. Ada lagi contoh. Seorang cewek yang dirayu habis-habisan sama pacarnya, sambil tersipu dan tersenyum malu cuman bisa ngomong, “Dasar rayuan gombal...”. Buat si cewek kata ‘gombal’ bermakna ‘terlalu berlebihan’ atau bahasa anak Jakarta sekarang ‘lebay’ banget. Padahal dalam benak saya yang namanya ‘gombal’ itu kan lap kain yang sudah dekil sekaligus bau. Hehehe...

Yang unik adalah kata ‘bohong’. Bisa diartikan sebaliknya tergantung dari konteks pemakaian kata ‘bohong’ tsb. ‘Bohong’ kan artinya mengatakan sesuatu itu ‘ada’, padahal sebenarnya ‘tidak ada’ dasar realitasnya atau kenyataannya. Misal, bilang punya pacar, padahal kenyataannya tidak punya. Cerita kalau dirampok padahal tidak ada kejadiannya. Dsb. Nah, uniknya kata ‘bohong’ juga bisa digunakan untuk mengatakan sesuatu itu ‘tidak ada’, padahal realitas atau kenyataannya ‘ada’. Misal, ketika temennya minta ditraktir makan siang bilangnya ‘tidak ada’ uang, padahal sebenarnya ‘ada’ sejumlah uang di dompetnya. Jadi tambah bingung kan. Tapi begitulah faktanya.

Ada juga kata yang ditambah di depan atau belakangnya dengan kata lain jadi berubah maknanya. Mantan presiden Gus Dur pernah saat menjadi tamu di reality show ‘Kick Andy’ ditanya tentang siapakah polisi di Indonesia yang jujur. Presiden Gus Dur pun menjawab bahwa hanya ada 3 polisi yang jujur, pak Hugeng [jendral, mantan Kapolri], ‘patung polisi’, dan ‘polisi tidur’. Terlepas dari ketidak setujuan saya pada humor Gus Dur tsb. karena belum tentu kebenarannya, arti kata polisi memang menjadi berubah maknanya. Khususnya pada kata ‘polisi tidur’ yang digunakan untuk merujuk pada ‘gundukan’ di jalanan yang berfungsi sebagai penghalang agar pengguna jalan memperlambat laju kendaraannya. Terus terang , sampai sekarang saya masih kagum dengan pencetus kata ini, cerdas banget. Kenapa ya... nggak dibilang ‘kuburan ular naga’ aja, biar yang mau lewat secara psikologis merasa takut dan langsung memperlambat kendaraannya. Lho kok saya jadinya mau ikutan ngatur bahasa Indonesia?

Lanjut lagi, ada juga kata yang sering bertukar arti, tergantung dari cara pandang si pemakai kata tsb. Kata ‘jauh’ misalnya, buat teman saya yang sering bolak-balik Jakarta-Surabaya dengan pesawat terbang bilang, “Surabaya sih deket... sejam juga nyampe”. Kata ‘jauh’ berubah makna menjadi ‘dekat’, meskipun buat saya tetap saja jauh karena berjarak ratusan km. Lain ceritanya kalau yang bilang ‘jauh’ adalah tukang parkir liar yang selalu ada di pinggir jalan, “Terus... terus... maju lagi... jauh... jauh...”, mobil kita sudah mau nyenggol mobil yang parkir di depan kita dan jaraknya tinggal sekitar 15 cm dibilangnya masih ‘jauh’. Nah, dalam cara pandang tukang parkir tsb. jarak yang ‘dekat’ sekitar 15 cm dimaknai ‘jauh’. Bertukar arti kan, ‘jauh’ jadi ‘dekat’, yang ‘dekat’ jadi ‘jauh’!

Tapi buat para tukang parkir, perlu untuk berhati-hati bila menggunakan kata ‘mundur’. Karena kalau yang sedang dipandu parkir tsb. adalah bung NH yang juga ketua PSSI saat ini [yang saya kagumi kegigihannya] kan bisa berabe. Mundur... mundur...mundurr... Bisa-bisa tukang parkir tsb. dikeroyok dan digebuki sama para pendukung setia beliau lho...

Monday, April 04, 2011

Punya anak 2 serasa 'nggak punya anak'


“Punya anak 2, tapi koq rasanya kayak 'nggak punya anak' ya...” Inilah komentar istriku saat kita cuma tinggal berdua saja berada di rumah. Mungkin beginilah rasanya yang dirasakan oleh para orang tua kita dulu. Begitu anak-anaknya semua telah berangkat dewasa dan bersekolah di lain kota akan merasa seperti ‘tidak memiliki anak’.

Dan ternyata ‘hukum’ itu mulai berlaku juga buatku dan istriku. Dulu ketika SMA pun aku juga sudah jarang berada di rumah kumpul bersama keluarga. Apalagi istriku orangtuanya hanya berdua saja di Blitar sementara semua anaknya tinggal di Jakarta. Barangkali banyak sekali para orang tua di daerah yang punya anak, kemudian tak satupun anaknya tinggal di kota yang sama, karena semua anaknya ‘terpaksa’ merantau ke kota-kota besar untuk mencari nafkah hidupnya.

Sabtu kemarin, aku dan istri merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi orang tua yang mulai 'ditinggalin anak-anaknya'. Apa yang terjadi pada orang tua kita dulu mulai kita rasakan pula.

Putriku yang sulung karena kuliah di FE-UI, sudah selama 7 bulan lebih memilih kost di Depok dekat kampusnya. Karena pernah nyoba naik kendaraan umum malah terlalu capai di jalan. Bawa mobil sendiri, belum PeDe nyupirnya karena seringnya kena macet. Selama kost, biasanya tiap Jumat pulang sampai hari Senin pagi. Tapi kebetulan beberapa minggu terakhir ini, dia disibukkan dengan kegiatan kampusnya yang seabreg. Jadinya minta dijemput Jumat malem [cuman nge-drop pakaian kotor aja] dan Sabtunya sudah minta diantar lagi ke kost-kostan.

Anak kedua, si Wira, Sabtu pagi kemarin berangkat ke KL & Singapore mewakili SMA-nya ikutan program kerja sama dengan Universitas di KL & SMA Singapore. Putraku kedua ini meskipun baru kelas 2 SMA tapi sebenarnya setiap hari juga pulangnya malam di atas pk. 21.00. Paling ketemu & ngobrol sebentar terus dia masuk ke kamarnya. Nah kalau biasanya kita nungguin si Wira datang, kali ini tidak. Jadi rasanya kita berdua saat itu memang kayak 'nggak punya anak'.

Saat saya dan istri membicarakan masalah ini, kita jadi ingat sewaktu anak-anak masih kecil, di mana mereka masih sangat bergantung baik secara fisik maupun psikis di ruang & waktu yang sama untuk selalu ingin berdekatan dengan kita. Kita pun lalu melihat-lihat album foto ketika mereka berdua masih kecil & masih lucu-lucunya. Memang seiring dengan mereka beranjak dewasa, mulai ada terasa bahwa mereka sudah tidak kepingin tergantung lagi sama orang tuanya.

Nah ketika istri mulai larut dalam kenangannya, saya pun mengingatkan bahwa kedua anak itu adalah titipan Allah SWT. Tugas kita sejak mereka lahir adalahmerawat, membesarkan, memberikan pendidikan yang baik kemudian mengantarkan mereka ke gerbang kehidupan masa depan mereka masing-masing agar bisa menjadi anak yang soleh & soleha. Lalu saya jadi teringat dengan puisi dari Kahlil Gibran yang sangat pas benget untuk menggambarkan tentang anak yang saya kutip kembali di bawah ini.

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
...mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Tuesday, March 29, 2011

Busway oh busway




Hari Sabtu lalu, bersama istri iseng kepingin ke pasar pagi Mangga Dua [pusat kulakan berbagai barang]. Sayangnya, saat mau berangkat, waktu sudah menunjukkan pk 10.00. Nah lho. Berdasarkan pengalaman selama ini, kalau berangkat jam segitu nyari parkirnya susah, malahan pernah nggak dapet parkir. Akhirnya, kita putusin untuk mencoba naik busway. Kebetulan di terminal Pinang Ranti Pondok Gede, mulai Januari lalu ada jalur busway yang baru, yaitu Pinang Ranti- Pluit. Enaknya lagi, dari rumah cuma naik angkot sekali dan nggak sampai 30 menit sudah nyampe.

Setelah beli tiket yang harganya Rp 3,500 per orang, kita berdua langsung ngantri untuk masuk busway. Murah banget kan, bayangin dengan Rp 3,500, kita bisa keliling Jakarta seharian, asalkan tidak keluar dari halte busway. Jadi bisa pindah jurusan ke mana saja. Rasanya karena hari Sabtu antrian penumpangnya tidak begitu banyak. Suprise, busway jalur ini, armadanya masih baru semua. Interiornya masih bersih, ac- nya dingin. Terus di pintu dijaga seorang petugas. Kita berdua bisa duduk dengan nyamannya. Berhubung belum tahu caranya kalau mau ke pasar pagi Mangga Dua, saya pun banyak bertanya kepada petugas [ingat malu bertanya sesat di jalan].

Untuk ke pasar pagi Mangga Dua, kita harus pindah busway yang jurusan PGC-Ancol di halte UKI. Dan ternyata busway yang ini dari halte Garuda TMII langsung masuk ke jalan tol, jadi lumayan cepat juga untuk sampai ke halte UKI [mungkin juga karena Sabtu jadi nggak macet]. Di halte UKI, sekali lagi saya pun harus agak cerewet bertanya ke petugas di halte, karena yang lewat jalur ini ada banyak rute, takutnya keliru naik bus kan ribet.

Tidak sampai 5 menit, si petugas mengumumkan kedatangan busway jurusan PGC-Ancol. Begitu masuk terasa bedanya, busway yang ini sudah agak kotor kondisi interiornya, tapi masih lumayan bersih dan ac-nya juga masih kerasa dingin. Di setiap halte yang dilewati busway selalu berhenti untuk menurunkan & menaikkan penumpang. Dan jalur ini juga lumayan padat. Karena lebih banyak yang berdiri dibanding yang duduk. Dan seperti tadi, saya pun langsung minta informasi ke petugas di halte mana harus turun kalau mau ke pasar pagi Mangga Dua.

Dari UKI nggak sampai 30 menit, akhirnya kita sampai di halte Mangga Dua Square. Di halte, sudah menunggu mikrolet yang lewat pasar pagi Mangga Dua. 5 menit kemudian kita berdua sudah berada di pasar pagi Mangga Dua. Kalau dihitung, sejak dari keluar rumah hingga sampai pasar pagi Mangga Dua, waktu yang diperlukan sekitar 1jam 15 menit. Berangkat dari rumah pk. 10.15 sampai tujuan pk. 11.30. Lumayan cepet lah, udah gitu kan enaknya gak capek nyupir, nggak pusing nyari parkir. Cuman repotnya kalau belanjaannya banyak ribet bawanya.

Hari itu kita berdua terpuaskan. Apa yang kepingin dibeli istri dapet semua. Malahan istri complain karena dia capek nunggu saat saya hunting netbook di Mangga Dua Mall, yang memang pusatnya peredagangan gadget di Jakarta. Saya tadinya mengincar ASUS EeePC 1215T netbook yang bisa buat gaming sekaligus bisa buat design graphic, sayangnya stock lagi kosong dan harus indent. Akhirnya saya putuskan beli saudara kembarnya ASUS EeePC 1215P, netbook terbaru debutan ASUS yang paling keren di kelas netbook 12 inch, prosesornya sudah dual core,baterainya bisa tahan sampai 8 jam lebih. Dari segi harga, beli gadget di Mangga Dua Mall bisa lebih murah hingga 300k-500k, bila dibanding kita beli di tempat lain.

Pk. 15.00 akhirnya kita berdua keluar dari Mangga Dua Mall dengan tentengan yang lumayan banyak, kita naik mikrolet ke halte busway. Inilah resikonya kalau belanja nggak bawa mobil, ribet. Tapi karena sudah diniatin ya dibawa enjoy aja. Di halte Mangga Dua Square, antrean penumpang busway menumpuk banyak [mungkin kebarengan orang pulang kantor kalee]. Kalau tadi berangkatnya serba mudah dan gampang, giliran sekarang terasa susahnya. Busway jurusan Ancol-PGC yang kita tunggu, baru 30 menit kemudian datangnya. Penumpangnya juga penuh. Kita berdua terpaksa berdiri, karena kalau nunggu yang kosong takutnya bisa 1 jam lagi kedatangannya. Jadi kalau ngomongin kekurangannya, masalah jarak kedatangan antar busway ini yang harus dipersingkat, begitu juga masalah ketepatan waktunya [tidak ada kepastian jamnya]. Ironis kan lebih lama nunggu busnya daripada waktu tempuhnya.

Seperti berangkatnya, karena punya jalur khusus, 30 menit kemudian kita sudah sampai di halte UKI untuk pindah ke busway jurusan Pluit-Pinang Ranti. Di halte ini pun penumpang menumpuk banyak sampai halte pun terasa sesak. Namun, busway yang kita tunggu baru 20 menit kemudian kedatangannya, dengan penumpang yang penuh sesak. Karena nggak ada alternatif, kita berdua ya masuk aja. Untungnya, dari UKI ke Pinang Ranti busway cuma butuh waktu 20 menit. Dari terminal busway Pinang Ranti kita pindah naik angkot ke rumah. Sampai rumah, waktu menunjukkan pk. 16.45. Jadi kalau dihitung sejak keluar dari Mangga Dua Mall, waktu yang dihabiskan untuk perjalanan pulang 1jam 45 menit. Wow. Busway oh busway...

Inilah pengalaman pribadi memanfaatkan transportasi busway di Jakarta di hari Sabtu, yang notabene banyak sekolah dan kantor yang libur. Mungkin akan lain ceritanya kalau naik busway-nya di hari kerja biasa yang pastinya akan lebih dipadati penumpang para pekerja kantoran, jalanan lebih macet, dan bakalan lebih lama waktu tempuhnya. Tapi suatu saat saya akan coba naik busway untuk berangkat & pulang kerja, kepingin tahu apakah lebih oke atau malah nggak oke. Sekaligus kepingin membuktikan apakah busway yang jadi andalan pemerintah DKI Jaya di bidang transportasi, mampu atau tidak menjawab kebutuhan masyarakat akan transportasi murah, nyaman, aman, tepat waktu, dan bebas kemacetan. Semoga.

Sunday, March 27, 2011

Ganti Provider

‘Perang iklan’ antar provider yang gencar ditayangkan TV swasta rupanya menginspirasi sepasang suami-istri memanfaatkan ‘bahasa iklan provider’ tsb. untuk kode rahasia di antara mereka berdua. Bila kepingin ML [making love] ngomongnya adalah ‘ngisi pulsa’.
Suatu malam, ketika sedang ‘ngebet’ si suami berbisik ke istrinya, “Ma... ‘ngisi pulsa’ yuk.” Istrinya yang sedang kelelahan dan gak ada tenaga pun menjawab, “Yaach... papa, ... lagi ‘low batt’ nich...”
Besok malamnya lagi, si suami yang libidonya lagi naik, berbisik lagi ke istrinya, “Mama, ‘ngisi pulsa’ yuk...” Lagi-lagi istrinya yang malem itu capek kerja pun menjawab, “ Maaf ya, pa... jangan malem ini lah, ‘sinyalnya lagi lemah’... jadi ‘nggak ON’ nich”.
Malem berikutnya, sang suami yang belum terpenuhi hasratnya merayu lagi istrinya, “Sekarang oke dong, ma... ‘ngisi pulsa’ yuk...” Si Istri yang memang kebetulan hari itu sedang haid pun menjawab, “Aduh... pa, maaf banget dech... hari ini ‘no connection’ jaringannya lagi terganggu nich, ‘error connection’... sekali lagi maafin mama ya?? ”.
2 minggu kemudian, gantian sang istri yang kepingin ngajak ML suaminya. Saat di kamar ia pun merayu suaminya yang kayaknya koq selama ini ‘adem-adem’ saja, “Papa... ‘ngisi pulsa’ yuuk...”
Sang suami pun lalu menjawab, “Maaf ya ma... papa 10 hari ini terpaksa ganti pakai provider lain yang bisa ‘ON terus’, ‘sinyalnya kuat’, ‘gak low batt’, gak ‘error connection’ terus yang lebih penting lagi... ‘ngisi pulsanya’ gratis...tis... tis... terus ditambah lagi buaanyak banget bonusnya...”. Gedubraaak!

Monday, March 21, 2011

Pentingnya motivasi untuk berolahraga





Apa sih sebenarnya motivasi seseorang ketika aktif melakukan olah raga seperti jogging, jalan cepat atau bersepeda? Kalau hal ini ditanyakan ke mereka yang melakukannya pasti jawabannya bisa bermacam-macam. Kalau saya pribadi melakukan olah raga jogging, jalan cepat ataupun bersepeda karena memang termotivasi dengan anjuran dokter, serta hasil browsing di mbah google. Karena ketiga olah raga tsb. konon memang bisa membakar lemak lemak lebih cepat serta bisa membantu menurunkan kadar kolesterol serta gula darah. Karena memang dari hasil periksa lab beberapa bulan yang lalu penyakit tersebut yang akhir-akhir ini akrab dengan tubuh saya.

Kalau ngomongin motivasi, harusnya setiap orang sadar bahwa olahraga itu sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Tetapi kenyataannya banyak orang yang enggan bahkan malas melakukan olahraga. Barulah ketika mereka menderita sakit kemudian dianjurkan oleh dokter mulai termotivasi untuk melakukannya. Jadi ternyata motivasi lah yang peranannya penting untuk menggerakkan seseorang untuk berolahraga. Sekadar tahu bahwa olahraga itu penting ternyata tidaklah cukup untuk menggerakan seseorang untuk berolahraga. Tetapi dengan motivasi yang terbangun karena satu dan lain hal, barulah seseorang itu akan termotivasi untuk olah raga.

Biasanya mereka yang giat untuk melakukan jogging, jalan cepat ataupun bersepeda berangkat dari berangkat sari salah satu motivasi berikut ini yaitu:
1. karena dianjurkan oleh dokter untuk membantu mengatasi penyakit yang dideritanya [kolesterol, darah tinggi, diabetes, dsb.]
2. ingin mengurangi lemak tubuh, ingin mengurangi berat badan,
3. atau ingin tetap menjaga keidealan tubuhnya.
4. dan lain-lain alasan.

Dengan titik awal motivasi yang berbeda dari tiap orang, tentunya jenis latihan yang dikerjakan oleh setiap orang akan berbeda pula. Terlepas dari perbedaan motivasi tsb. yang jelas jogging atau lari-lari kecil, jalan cepat, ataupun bersepeda sangatlah banyak manfaatnya bagi siapapun yang melakukannya.

Terlebih lagi, ketiga olah raga yang disebut di atas mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan memiliki beberapa keuntungan :
1. Tidak diperlukannya alat-alat khusus yang memerlukan biaya tinggi.
2. Jogging, jalan cepat dan bersepeda bisa dilakukan di berbagai tempat, yang tentunya juga dapat mengurangi kebosanan saat melakukannya.
3. Jogging, jalan cepat dan bersepeda sangat bagus untuk kesehatan.
4. Bisa melakukannya sendirian ataupun rame-rame dengan membentuk komunitas.
5. Bermanfaat pula untuk melatih otot-otot di kaki dan perut .
6. Jogging, jalan cepat, maupun bersepeda juga terbukti efektif mengurangi stress.

Pengalaman saya, di awal memulai jogging, jalan cepat ataupun bersepeda memang terasa berat. Tetapi setelah melewati 10 hari akhirnya menjadi terbiasa. Justru kalau saat ini terlewatkan satu hari saja, rasanya hidup ini sepertinya ada yang kurang. Apalagi setelah terbukti hasilnya yang ternyata akhirnya kolesterol & gula darah saya berhasil turun ke angka yang normal, ditambah lagi berat saya dari 65 kg bisa turun menjadi 59 [turun 7 kg], Bahkan lingkar pinggang yang tadinya 90 cm, berkurang menjadi 83 cm, semakin memperkuat motivasi saya untuk melakukan jogging, jalan cepat ataupun bersepeda setiap hari. Buat saya pribadi tips untuk melakukan olah raga setiap hari memang terbukti oke. Work it, lho!

Saran saya, apapun motivasi yang melatarbelakangi, sebaiknya mulai sekarang lakukanlah olah raga apa saja, karena terbukti olah raga adalah investasi kesehatan terbaik dalam hidup ini. Yang penting perbanyak gerak. Usahakan lebih banyak berjalan kaki, naik tangga, dsb. Selamat mencoba.

Sunday, March 13, 2011

Tips & Trik : Cara turunkan kolesterol

Sekarang lagi kepingin sharing tentang ‘perjuangan’ saya menjaga kesehatan selama 10 tahun terakhir ini.

Investasi untuk kesehatan dengan rajin berolahraga memang sudah saya mulai dari 10 tahun yang lalu. Seminggu 2 x latihan beban ke Gym, ditambah hari Sabtu atau Minggu pagi jogging atau bersepeda. Rutinitas ini selalu saya usahakan terlaksana kecuali kalau kebetulan bentrok dengan pekerjaan atau harus ke luar kota. Sedangkan untuk urusan makanan saya tidak pernah membatasi apapun, apa saja saya sikat. Dan setiap tahun saya selalu menjalani general check up. Selama 7 tahun jerih payah saya untuk menjaga kesehatan ternyata lumayan berhasil, karena selalu hasilnya bagus dan di bawah ambang batas semuanya. It’s fine.

Faktanya, ternyata dengan olah raga seminggu 3 x atau 4 x saja nggak cukup, seiring bertambahnya usia, 3 tahun terakhir ini, hasil cek kesehatan saya ternyata menyajikan data yang mulai harus diwaspadai. Karena mulai muncul beberapa gejala penyakit. Suatu kali pernah asam uratnya yang tinggi. Lalu diberi obat dan dianjurkan tetap harus rajin olah raga, ditambah diet makanan dengan menghindari makanan-makanan tertentu, akhirnya level asam urat bisa kembali normal. Hasil cek up kesehatan tahun berikutnya, giliran gula darah, kolesterol dan tekanan darah yang tinggi, dan seperti biasa diberi obat, disuruh rajin olah raga plus menghindari makanan tertentu, setelah cek up lagi akhirnya bisa kembali normal. Hasil cek lab terakhir, 14 Januari 2011 yang lalu total kolesterolnya tinggi [278, padahal normalnya 110-230] dan gula darah sedikit di atas ambang batas [147, normalnya < 140]. Pantas saja, badan sering terasa pegal-pegal dan tangan sering kesemutan. Menurut dokter harus segera diatasi, kalau nggak bisa mengarah ke stroke. Wuah, kayaknya jadi masalah serius nich. Seingatku, pernah waktu ikutan donor darah, sebelah saya sudah ganti orang 3 kali, darah saya belum selesai juga disedot. Menurut petugas PMI darah saya terlalu kental, tapi kalau lihat hasil cek terakhir mungkin karena kolesterolnya yang tinggi [kebanyakan lemak kaleee].

Dokter pun mentreatment dengan obat jenis statin untuk menormalkan kadar kolesterol saya. Tetap harus rajin olah raga, dan seperti biasa dianjurkan untuk menghindari makanan yang tinggi kadar kolesterolnya. Sepulang dari dokter, langsung browsing via mbah google tentang berbagai masalah kolesterol dan obatnya. Ternyata malah dapetin data bahwa obat-obatan penurun kolesterol jenis Statin itu kalau digunakan dalam jangka waktu yang lama ada side effect-nya, yaitu residunya yang menempel di dinding pembuluh darah bisa membuat dinding pembuluh darah mengeras sehingga menjadi tidak elastic lagi. Akhirnya, saya putuskan untuk tidak meminum obat-obatan dari dokter tsb.

Masalahnya, fakta bahwa kolesterol yang tinggi ini kan harus diatasi. Mulailah mempelajari dan menganalisa perlakuan saya selama ini dalam hal menyikapi dan mengatasi hasil cek up. Kesimpulan sementara, saya harus merubah secara drastis pola makan untuk selamanya, nggak kayak selama ini, diet ketat hanya saat hendak menurunkan kolesterol saja. Begitu sudah kembali normal, pola makan kembali seperti semula. Mulailah lagi belajar tentang segala sesuatu tentang apa itu kolesterol, penyebabnya, bahayanya, cara mengatasinya, gaya hidup sehat, diet makanan, olah raga yang benar, dsb. melalui mbah google.

Akhirnya, tersusunlah cara saya sendiri untuk menurunkan kolesterol dan gula darah tsb. yang jelas tips & trik ini saya peroleh dari berbagai sumber [termasuk nanya ke temen2 yg dokter] namun saya modifikasi sedemikian rupa agar mudah dijalankan dan tentunya karena mempertimbangkan cost efficiency. Berikut ini adalah tips & trik : cara menurunkan kolesterol versi saya.
1. Setiap pagi selalu saya ‘paksakan’ untuk jalan kaki [jalan cepat], jogging atau bersepeda [tergantung moodnya] selama 1 jam dalam keadaan perut kosong [hanya minum teh hijau sebelum berangkat]. Aktivitas ini saya jalankan pada kondisi denyut nadi 70% dari denyut jantung maksimal [hitungnya: 220 – usia kita x 70% ]. Ukuran ini yang paling bagus untuk proses terjadinya pembakaran lemak tubuh.
Kenapa harus dalam keadaan perut kosong? Saat bangun tidur [perut kosong], tenaga yang berasal dari makanan kan sudah habis, maka otomatis tenaga yang dibutuhkan untuk aktifitas jalan, lari & bersepeda akan diambilkan dari lemak yang ada di seluruh tubuh [lemak kan cadangan tenaga yang oleh tubuh tak akan dipakai bila tenaga yang bersumber dari karbohidrat atau gula masih ada].
2. Seminggu 2 x saya tetap aktif ke Gym untuk latihan beban [sore hari].
3. Pagi, setelah jalan kaki, jogging atau bersepeda, saat sebelum sarapan saya minum jus wortel [5 wortel] tanpa gula dicampur dengan minyak zaitun 1 sendok makan. Terkadang mix dengan alpukat, atau tomat. Malam bersamaan makan malam minum jus jambu atau strawberry, tergantung adanya apa.
4. Mengurangi makan nasi [separo dari takaran biasanya setiap kali makan] dan diganti dengan memperbanyak sayuran [kaya serat], buah-buahan dan makanan lainnya yang tinggi protein [termasuk kacang-kacangan].
Saya juga menghindari makanan tinggi karbohidrat namun kosong gizi seperti fast food, camilan dari tepung (kerupuk, pangsit goreng, dsb), kue, dan permen. Karena makanan semacam ini tinggi kandungan karbohidrat sederhana dan sodium (garam), tapi miskin serat dan nutrisi.
5 Say No to 3 G [gorengan, gula & garam]. Maksudnya, menghindari makanan yang berkolesterol tinggi, yang mengandung gula, dan garam ataupun pengawet.
6 Banyak minum air putih [2 liter sehari], karena air putih berguna untuk membantu tubuh melakukan pembuangan racun atau detoksifikasi. Minum banyak air putih bikin tubuh juga terasa lebih enerjik.
7 Istirahat cukup.
8 Hindari Stress [hidup easy going dan dibawa fun aja].

Setelah ‘berjuang’ optimal dengan menerapkan tips & trik ala saya di atas, saat cek up kesehatan 5 Maret 2011 lalu [setelah kurang lebih 3 bulan], hasilnya sangat memuaskan, total kolesterol turun menjadi 151 [tadinya 278], dan gula darah jadi 103 [tadinya 147]. Bonusnya, berat badan saya yang tadinya 65 kg, saat ini turun jadi 59 kg [feelnya jadi ringan dan segar], dan lucunya celana saya jadi ‘kegedean’ semua. Karena tadinya lingkar perut saya 90 cm, saat ini tinggal 83 cm [asyik kan turun 7 cm] perut jadi rata dan kelihatan six packnya. Otot lengan dan dada juga jadi lebih besar dengan bentuk otot yang terlihat tegas garisnya. Sekarang, kalau sama-sama telanjang dada, badan saya jadi kelihatan lebih bagus dibanding anak saya Wira [16 th] yang atlet basket [koq jadi narsis lagi, hehehe…].

Begitulah, ternyata untuk bisa hidup sehat itu nggak gampang alias diperlukan pengetahuan yang cukup, kemauan., dan disiplin untuk menerapkannya.