Wednesday, May 11, 2011

Memahami 'Sholat Khusyu'



Suatu hari, teman saya Dody, tiba-tiba tergerak hatinya untuk ikutan sholat Jumat di masjid, padahal selama ini, temen yang satu ini justru terkenal paling ‘murtad’ dalam urusan beragama. Entahlah, saya sendiri kurang yakin apakah sebelumnya pernah sholat apa nggak. Jangankan sholat Jumat, yang wajib sholat 5 waktu aja kagak pernah dijalankan. Tapi it’s oke, mungkin aja dia ingin berubah untuk menjadi lebih baik, kenapa tidak.

Begitulah, usai sholat Jumat dia pun dengan polosnya menceritakan pengalamannya. “Gile… itu baca doanya panjang amat, sampai ngelamun jorok gue nungguinnya…”, ujarnya. “Udah gitu… begitu abis sholat, eh… itu sebelah kanan, kiri, depan belakang gue pada ngajakin salaman, ngajak kenalan… emang tampang gue kayak selebrity siapa ya, kok pada kepingin kenalan…”.

Surprise saya mendengar komentarnya, ketahuan banget kalau sepanjang usianya nggak pernah sholat Jumat ke mesjid. Saya pun langsung mengkomentarinya, “Dasar Islam KTP loe… mereka itu bukan ngajak kenalan tau..., itu emang adab di masjid saat selesai sholat berjamaah untuk saling bersilaturahim. Kalau masalah konsen… jangankan lu, gue aja juga masih susah njalaninnya…”.

Sementara lupain dulu si Dody yang emang jauh dari agamanya, saya justru kepingin membahas masalah sholat yang kurang ‘konsentrasi’ tsb. Nah, pernah nggak mengalami masalah seperti saya? Merasa bahwa saat menjalankan ibadah sholat kok kayaknya kurang khusyu’. Terkadang muncul pertanyaan dari dalam diri, “Sholat saya diterima Allah SWT apa nggak ya?”.

Gara-gara kepingin bisa sholat khusyu’, saya coba browsing ke mbah google, juga membeli beberapa buku yang khusus membahas masalah sholat khusyu’, dan berdiskusi dengan pak ustadz musholla komplek saya. Karena keinginan untuk memahami sholat khusyu itu yang seperti apa, adalah bagian dari keinginan hati ini yang selalu menuntut untuk selalu belajar Islam dengan lebih baik.

Sebelumnya, pemahaman saya terhadap sholat khusyu’ itu lebih ke bagaimana saat menjalankan sholat sepenuhnya hati, pikiran & perasaan kita betul-betul terfokus dan pasrahkan hanya pada Allah SWT semata. Dan seolah-olah hanya ada saya & Allah SWT saja, tanpa peduli dengan keadaan di sekitar. Sehingga hanya saat menjalankan sholat malam [tahajud] kekhusyu’an itu baru bisa saya dapatkan, karena terbantu dengan suasana malam yang hening & sepi, terus niat untuk benar-benar focus pada sholat yang dijalankan.

Sedangkan yang paling tidak merasa khusyu itu justru kalau sedang menjalankan sholat berjamaah di masjid ataupun di Musholla. Entahlah, tatkala Imam sholat membacakan surat Al-Quran yang panjang [yang saya belum tahu suratnya], pastinya pikiran saya langsung melayang ke mana-mana.

Inilah mungkin kesalahan utama saya selama ini. Banyak surat-surat Al-Quran yang panjang yang tidak saya kenali. Jujur saja, masalah ini memang yang paling sering saya alami. Apalagi kalau saat sholat berjamaah, kemudian terdengar suara-suara lain di luar sholat, langsung konsentrasi buyar dech.
Berbeda dengan saat saya melakukan sholat sendirian, jelas terasa lebih dapet khusyu’nya, karena sambil membaca surat, pikiran saya selalu mencoba untuk memahami artinya. Lha masalahnya, laki-laki itu diwajibkan untuk selalu menjalankan sholat secara berjamaah. Nah lho.

Hasil dari googling dan baca beberapa buku, yang dimaksud khusyu’ itu ternyata bukan seperti kontemplasi ataupun keterputusan dengan dunia nyata saat menjalankan sholat. Tapi lebih ke masalah pikiran yang focus atau konsentrasi ke niat untuk menjalankan ibadah sholat itu sendiri. Jadi bukan dengan memejamkan mata atau telinga agar tidak melihat atau mendengar apapun alias menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Justru sebaliknya, khusyu’ di sini, meskipun focus & konsentrasi pada ibadah sholat kita harus tetap sadar serta peduli atas apa yang terjadi pada dirinya, lingkungannya berikut situasi yang ada pada saat itu.

Menurut ustadz saya, kalau kepingin sholat khusyu’ ya belajar dari sholatnya nabi Muhammad SAW. Karena kita tidak dibenarkan untuk membuat standar sendiri menyangkut kekhusyu’an sholat ini. Bahkan Rasulullah SAW juga bersabda “Sholatlah kalian sebagimana kalian melihat aku sholat.”
Untuk itu kata pak ustadz lebih lanjut, “Sholat khusyu’ itu perlu dipahami secara lebih luas. Sebab kenyataannya begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW melakukan sholat dengan berbagai keadaan.”

Berikut ini gambarannya :

1. Nabi Muhammad SAW pernah sholat sambil menggendong bayi
2. Nabi Muhammad SAW pernah memperlama sujudnya karena ada cucunya yang naik ke atas punggungnya.
3. Nabi Muhammad SAW pernah mempercepat sholatnya saat beliau menjadi imam, karena mendengar ada anak kecil menangis.
4. Nabi Muhammad SAW memerintahkan orang yang sholat untuk mencegah seseorang lewat di depannya.
5. Nabi Muhammad SAW saat menjadi imam juga pernah lupa gerakan sholat tertentu, bahkan salah mentapkan jumlah bilangan rakaat sehingga beliau melakukan sujud sahwi.
6. Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan orang yang sholat untuk membunuh ular serta hewan liar lainnya.
7. Nabi Muhammad SAW mensyariatkan fath kepada makmum bila mendapati imam yang lupa bacaan atau gerakan, sedangkan buat jamaah wanita cukup dengan bertepuk tangan.
8. Nabi Muhammad SAW pernah melakukan sholat di atas kendaraan [hewan tunggangan/unta] yang berjalan, baik sholat wajib maupun sunnah, beliau juga membiarkan tunggangannya menghadap kemana pun.
9. Nabi Muhammad SAW juga pernah memindahkan tubuh atau kaki istrinya saat sedang sholat karena dianggap menghalangi tempat sholatnya.
10. Nabi Muhammad SAW mengajarkan orang yang sholat untuk menjawab salam dengan isyarat.

Hasil berdiskusi panjang lebar dengan pak ustadz, berkesimpulan bahwa sholat khusyu’ itu tidak harus selalu berupa kontemplasi ataupun membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata seolah ingin menembus ruang dan waktu bertemu Allah SWT. Karena kalau kita kaitkan dengan fakta sholat Nabi Muhammad SAW seperti di atas, beliau justru tidak pernah ‘kehilangan kesadaran’ saat sholat. Nabi Muhammad SAW juga tidak pernah memanjangkan sholat saat menjadi imam. Kalau pun pernah diriwayatkan beliau pernah sholat sampai bengkak kakinya, maka itu bukan sholat wajib tetapi sholat sunnah. Dan panjangnya sholat beliau bukannya karena beliau ‘meninggalkan alam nyata’ lantaran berkontemplasi, tetapi karena beliau membaca ayat-ayat Al-Quran dengan jumlah yang banyak. Jadi sholat khusyu’ itu adalah sholat yang mengikuti sholatnya Nabi Muhammad SAW.

Ternyata mencoba untuk berusaha sholat khusyu’ itu juga tidak mudah. Saat sholat sendirian memang lumayan bisa. Tapi saat sholat berjamaah, tetap saja terkadang pikiran kita sesaat melayang ke mana-mana, terus pas sadar, berusaha lagi untuk konsentrasi mendengarkan bacaan Imam. Begitulah yang terjadi. Namun hingga tulisan ini dibuat, saya tetap semangat untuk berusaha sholat berjamaah dengan khusyu’. Entahlah, apakah sholat saya diterima Allah SWT atau tidak, yang penting tetap berusaha dengan sepenuh hati. Karena saya percaya dan seyakin-yakinnya bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Allahu Akbar.

1 comment:

  1. meraih shalat khusyu ada tahapan2 yang harus dipenuhi pertama sempurnakan adab istinja, mandi dan tidak lepas dari wudhu. juga harus bersama orang yang ahli dibidanngnya. sebagai referensi silakan lihat majelis-mudzakaroh.blogspot.com

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan pesan Anda.