Sunday, April 10, 2011

‘Urip iku ming mampir ngombe’




Hari senin Shubuh 4 April yang lalu, ada masuk di HP saya SMS ucapan Selamat Milad dari beberapa teman dekat Ridho dari radio RKM, Royo, Yani, dll. Juga dari kakak-kakak saya dan famili dari istri yang kebetulan tahu tanggal kelahiran saya, terima kasih ya semuanya.

Ada juga SMS dari kedua anak saya yang memang sedang tidak tinggal serumah dengan saya. Selain memberikan kado yang diam-diam sudah dititipkan ke ibunya, anakku Wira yang sedang sekolah di Singapura seperti biasa hanya mengucapkan selamat UlTah dengan bahasa yang singkat & padat. Lain dengan anakku Adhika yang kost dekat kampus FE-UI Depok, selain mengucapkan Selamat Milad, ditambahi dengan harapannya agar Bapaknya lebih rajin beribadah. Nah, inilah yang terus menggelitik bathin saya hingga saat ini. Rupanya anak pertamaku ini begitu sadar banget bahwa ayahnya sudah mulai berangkat tua.

Nah gara-gara ucapan dan harapan di hari ‘penting’ dari Adhika ini maka tiba-tiba jadi kepingin sharing tentang umur manusia dan kehidupan dunia yang terasa singkat ini. Sekaligus mengingatkan diri pribadi dan Anda semua bahwa ternyata ‘waktu memang begitu cepat berlalu’, so jangan sampai kita terlena oleh waktu dan ternyata mendadak telah tiba ‘waktu’nya.

Pernah denger pepatah Jawa ‘urip iku ming mampir ngombe’ kan? Kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah ‘hidup itu hanya mampir/singgah untuk minum’, maksudnya manusia hidup di dunia ini sebenarnya hanya sebentar saja, atau singkat waktunya. Begitulah kira-kira, maksud pepatah Jawa di atas.

Dulu jaman nenek saya masih ada memang sering keluar pepatah tsb. Atau kalau pas pengajian di musholla komplek saya, pak ustadz M Rhoib juga sering mengingatkan tentang ungkapan itu agar kita semua jamaahnya memanfaatkan waktu yang masih ada sebaik-baiknya untuk beribadah sebanyak-banyaknya sebagai bekal kita di akhirat nanti, karena jangan sampai pas saatnya tiba, kita ‘dipanggil’ Allah SWT, tabungan amal & ibadah kita ternyata kurang banyak. Jadi janganlah kita hanya keasyikan mengumpulkan ‘bekal’ duniawi semata, tapi juga harus ingat akan ‘bekal’ yang akan dibawa ke akhirat nanti. Selama ini sih saya memang ‘cuek’ aja, karena saya jalani kehidupan ini seperti biasa, pokoknya ngalir aja terus.

Begitulah, tiba-tiba di bulan April ini, pepatah Jawa tsb. begitu terasa maknanya buat diri pribadi saya. Saat merenungkan makna milad kali ini, koq terasa banget benarnya tentang ‘hidup di dunia yang sebentar’ tsb. Karena di bulan kelahiran saya ini, mendadak kesadaran akan umur yang bertambah tua begitu mengusik pikiran saya. Sudah cukupkah bekal saya kelak? Apakah hidup saya selama ini sudah berada di ‘jalan yang benar’?

Dan yang namanya hidup di dunia yang selama ini saya jalani memang terasa banget ‘cepat’nya. Rasanya kayak baru kemarin atau belum lama lulus SMA di Madiun, lulus kuliah di Surabaya. Rasanya kayak belum lama menikah. Rasanya kayak baru kemarin nungguin istri melahirkan di sebuah RS Bersalin di Rawamangun. Rasanya kayak belum lama menikmati menggendong bayi yang lucu. Rasanya kayak belum lama Adhika & Wira masih bisa bergelayutan di tangan kiri & kanan. Rasanya kayak barusan Adhika & Wira masih di TK, SD dan SMP. Tahu-tahu mereka berdua koq sudah besar badannya dan beranjak dewasa, satu kuliah yang lain SMA. Tahu-tahu umurku koq sudah tua. Tahu-tahu keriput di wajah pun mulai nampak banyak. Rambut uban pun sudah mulai nampak tersebar di kepala. Kondisi fisik juga mulai terasa gampang lelah.

Dan masih banyak lagi tanda-tanda fisik akan bertambahnya usia yang diistilahkan oleh istri saya sebagai ‘surat’ peringatan dari Gusti Allah SWT. Kayaknya, lagu kebangsaanku ‘Forever Young’-nya Rod Steward mesti diganti sama lagu “Tombo Ati”nya Opick nich. Bener lho, jiwa menjadi terasa lebih tenteram ketika kita mencoba untuk memahami makna terdalamnya.

Dari hasil perenungan Milad kali ini, saya juga bersyukur sekali ke hadirat Allah SWT karena hingga saat ini masih diberi nikmat sehat, nikmat limpahan rejeki, dan segala sesuatu yang terbaik yang selama ini telah saya terima dan nikmati bersama keluarga. Dan tak lupa, dalam hati saya berjanji dengan diri sendiri untuk selalu menjalankan semua perintah agama Islam beserta ajaran Nabi Muhammad SAW dengan sebaik-baiknya, juga memanfaatkan waktu yang masih ada ini untuk lebih banyak beramal dan beribadah di jalan Allah SWT. Dan memohon agar ‘sisa waktu’ yang ada ini, hidup saya dapat bermanfaat serta berguna untuk kemashalatan orang banyak. Amin.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan Anda.