Tuesday, June 07, 2011

Belajar dari 'behind the scene' kehidupan...



Kalau orang film bilang, selain karya filmnya yang dilihat, ‘behind the scene’ justru yang menarik untuk menjadi bahan pelajaran, karena dapat diketahui kapan, apa dan bagaimana sebuah film itu diproduksi. Mulai dari susah payahnya, kehebohan selama proses produksi, tingkat kesulitannya sampai hal yang lucu-lucu dan menyenangkan.

Kalau saya pribadi yang selalu belajar dan belajar terus dari apapun yang saya lihat dan saya alami sehari-hari, atau istilah kerennya ‘belajar dari sekolah kehidupan’, selalu kepingin tahu mulai apa dan bagaimananya hingga apa yang tersirat dan apa yang tersurat. Sebagai praktisi periklanan memang kita selalu berusaha mendisiplinkan diri untuk selalu ‘kepingin tahu’ segala sesuatu yang ada di sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Dari kebiasaan itulah hidup ini menjadi ‘kaya’ akan pelajaran tentang kehidupan yang begitu berharga dan tak ternilai.

Bagaimana dengan para peminat wisata kuliner? Yang akhir-akhir ini menjadi trend dan gaya hidup baru, pernahkah mencoba untuk memikirkan ‘behind the scene’ dari hidangan yang disantapnya? Paling gampang coba mulai pikirkan, darimana sih asal muasal bahan makanan yang ada di hadapan kita. Pernahkah memikirkan kesegaran, kelayakan, kehalalannya. Pastinya kita tak pernah mempedulikannya, alias percaya saja atau malahan pasrah.

Padahal kalau mau sedikit peduli banyak hal yang bisa kita pelajari dari makanan yang ada di meja makan tsb. Pastinya kalau kita kaji lebih jauh, ada cerita panjang di balik proses terhidangnya makanan tsb. Misal, apakah bahan makanan tsb. bebas pestisida? Apakah proses produksinya ramah lingkungan atau tidak? Mendukung kampanye mencegah Global Warming apa tidak? Alangkah bijaknya kalau kita mulai memilih makanan lokal yang berarti akan membawa dampak pemberdayaan ekonomi juga untuk para petani peternak lokal dibanding bila kita memilih makanan import. Dan masih banyak lagi.

Begitu pula terhadap kedua anak saya Adhika dan Wira, mereka juga saya ajari untuk selalu melihat ‘behind the scene’ segala masalah yang ada di sekitarnya. Yang unik, saat ada berita petinggi salah satu partai pemenang pemilu yang ‘terpaksa’ berobat ke Singapore, mereka juga mencoba untuk menggali lebih jauh apa kira-kira yang ada di balik kejadian itu.

Nah, kesimpulan dan pelajaran yang mereka dapat adalah bahwa sepertinya Indonesia tidak akan pernah bisa bebas dari ‘budaya korupsi’. Agama yang seharusnya bisa menjadi kontrol kehidupan sehari-hari hanya menjadi nampaknya hanya jatuh menjadi ritual belaka. Menurut mereka berdua, ternyata para koruptor itu tidak ada yang takut dengan Allah SWT. Lho koq? Lha iyalah, kan semua para koruptor itu kalau ditanya pasti bilangnya punya agama. Bahkan para koruptor yang beragama Islam juga kebanyakan juga sudah menunaikan ibadah haji. Republik tercinta ini meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi ternyata oknum koruptornya juga banyak. Nah lho.

Hasil dari membahas kasus MN yang juga bendahara partai di atas, saya akhirnya punya kesempatan untuk mengajak Adhika dan Wira untuk memperdalam ilmu agamanya, sekaligus menjalankannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan harapan agar mereka kelak tidak terjebak seperti para petinggi negeri ini yang sebagian besar tidak mampu mengemban amanah rakyat yang telah memilihnya sebagai pemimpin. Kebijakannya selalu penuh kontradiksi, apa yang terucap dengan yang dipraktekkan dalam kehidupan bernegara seringkali tidak sinkron.

Ada pemeo bahwa orang bodoh itu justru yang selalu merasa dirinya pintar dan tahu segalanya, sehingga tidak pernah mau belajar dari pengalaman. Padahal kata orang bijak, pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan kita. Sebaliknya, orang pandai itu justru selalu merasa dirinya tidak akan pernah tahu segalanya atau merasa dirinya bodoh sehingga selalu ingin belajar dan belajar.

Yang perlu disadari, proses belajar itu bukan berakhir saat kita selesai dengan Sekolah formal, tetapi justru simultan dan terus menerus sepanjang hidup kita. Belajar kapan saja, dari siapa saja, belajar dari apa saja, hingga nantinya ada proses transisi dari pengetahuan menjadi pemahaman. Harapannya tatkala menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari selalu memiliki segudang alternative solusi sebagai jalan keluarnya, tidak hanya berkutat dengan pemikiran bahwa hanya ada satu solusi untuk satu masalah.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan Anda.