Tuesday, March 29, 2011

Busway oh busway




Hari Sabtu lalu, bersama istri iseng kepingin ke pasar pagi Mangga Dua [pusat kulakan berbagai barang]. Sayangnya, saat mau berangkat, waktu sudah menunjukkan pk 10.00. Nah lho. Berdasarkan pengalaman selama ini, kalau berangkat jam segitu nyari parkirnya susah, malahan pernah nggak dapet parkir. Akhirnya, kita putusin untuk mencoba naik busway. Kebetulan di terminal Pinang Ranti Pondok Gede, mulai Januari lalu ada jalur busway yang baru, yaitu Pinang Ranti- Pluit. Enaknya lagi, dari rumah cuma naik angkot sekali dan nggak sampai 30 menit sudah nyampe.

Setelah beli tiket yang harganya Rp 3,500 per orang, kita berdua langsung ngantri untuk masuk busway. Murah banget kan, bayangin dengan Rp 3,500, kita bisa keliling Jakarta seharian, asalkan tidak keluar dari halte busway. Jadi bisa pindah jurusan ke mana saja. Rasanya karena hari Sabtu antrian penumpangnya tidak begitu banyak. Suprise, busway jalur ini, armadanya masih baru semua. Interiornya masih bersih, ac- nya dingin. Terus di pintu dijaga seorang petugas. Kita berdua bisa duduk dengan nyamannya. Berhubung belum tahu caranya kalau mau ke pasar pagi Mangga Dua, saya pun banyak bertanya kepada petugas [ingat malu bertanya sesat di jalan].

Untuk ke pasar pagi Mangga Dua, kita harus pindah busway yang jurusan PGC-Ancol di halte UKI. Dan ternyata busway yang ini dari halte Garuda TMII langsung masuk ke jalan tol, jadi lumayan cepat juga untuk sampai ke halte UKI [mungkin juga karena Sabtu jadi nggak macet]. Di halte UKI, sekali lagi saya pun harus agak cerewet bertanya ke petugas di halte, karena yang lewat jalur ini ada banyak rute, takutnya keliru naik bus kan ribet.

Tidak sampai 5 menit, si petugas mengumumkan kedatangan busway jurusan PGC-Ancol. Begitu masuk terasa bedanya, busway yang ini sudah agak kotor kondisi interiornya, tapi masih lumayan bersih dan ac-nya juga masih kerasa dingin. Di setiap halte yang dilewati busway selalu berhenti untuk menurunkan & menaikkan penumpang. Dan jalur ini juga lumayan padat. Karena lebih banyak yang berdiri dibanding yang duduk. Dan seperti tadi, saya pun langsung minta informasi ke petugas di halte mana harus turun kalau mau ke pasar pagi Mangga Dua.

Dari UKI nggak sampai 30 menit, akhirnya kita sampai di halte Mangga Dua Square. Di halte, sudah menunggu mikrolet yang lewat pasar pagi Mangga Dua. 5 menit kemudian kita berdua sudah berada di pasar pagi Mangga Dua. Kalau dihitung, sejak dari keluar rumah hingga sampai pasar pagi Mangga Dua, waktu yang diperlukan sekitar 1jam 15 menit. Berangkat dari rumah pk. 10.15 sampai tujuan pk. 11.30. Lumayan cepet lah, udah gitu kan enaknya gak capek nyupir, nggak pusing nyari parkir. Cuman repotnya kalau belanjaannya banyak ribet bawanya.

Hari itu kita berdua terpuaskan. Apa yang kepingin dibeli istri dapet semua. Malahan istri complain karena dia capek nunggu saat saya hunting netbook di Mangga Dua Mall, yang memang pusatnya peredagangan gadget di Jakarta. Saya tadinya mengincar ASUS EeePC 1215T netbook yang bisa buat gaming sekaligus bisa buat design graphic, sayangnya stock lagi kosong dan harus indent. Akhirnya saya putuskan beli saudara kembarnya ASUS EeePC 1215P, netbook terbaru debutan ASUS yang paling keren di kelas netbook 12 inch, prosesornya sudah dual core,baterainya bisa tahan sampai 8 jam lebih. Dari segi harga, beli gadget di Mangga Dua Mall bisa lebih murah hingga 300k-500k, bila dibanding kita beli di tempat lain.

Pk. 15.00 akhirnya kita berdua keluar dari Mangga Dua Mall dengan tentengan yang lumayan banyak, kita naik mikrolet ke halte busway. Inilah resikonya kalau belanja nggak bawa mobil, ribet. Tapi karena sudah diniatin ya dibawa enjoy aja. Di halte Mangga Dua Square, antrean penumpang busway menumpuk banyak [mungkin kebarengan orang pulang kantor kalee]. Kalau tadi berangkatnya serba mudah dan gampang, giliran sekarang terasa susahnya. Busway jurusan Ancol-PGC yang kita tunggu, baru 30 menit kemudian datangnya. Penumpangnya juga penuh. Kita berdua terpaksa berdiri, karena kalau nunggu yang kosong takutnya bisa 1 jam lagi kedatangannya. Jadi kalau ngomongin kekurangannya, masalah jarak kedatangan antar busway ini yang harus dipersingkat, begitu juga masalah ketepatan waktunya [tidak ada kepastian jamnya]. Ironis kan lebih lama nunggu busnya daripada waktu tempuhnya.

Seperti berangkatnya, karena punya jalur khusus, 30 menit kemudian kita sudah sampai di halte UKI untuk pindah ke busway jurusan Pluit-Pinang Ranti. Di halte ini pun penumpang menumpuk banyak sampai halte pun terasa sesak. Namun, busway yang kita tunggu baru 20 menit kemudian kedatangannya, dengan penumpang yang penuh sesak. Karena nggak ada alternatif, kita berdua ya masuk aja. Untungnya, dari UKI ke Pinang Ranti busway cuma butuh waktu 20 menit. Dari terminal busway Pinang Ranti kita pindah naik angkot ke rumah. Sampai rumah, waktu menunjukkan pk. 16.45. Jadi kalau dihitung sejak keluar dari Mangga Dua Mall, waktu yang dihabiskan untuk perjalanan pulang 1jam 45 menit. Wow. Busway oh busway...

Inilah pengalaman pribadi memanfaatkan transportasi busway di Jakarta di hari Sabtu, yang notabene banyak sekolah dan kantor yang libur. Mungkin akan lain ceritanya kalau naik busway-nya di hari kerja biasa yang pastinya akan lebih dipadati penumpang para pekerja kantoran, jalanan lebih macet, dan bakalan lebih lama waktu tempuhnya. Tapi suatu saat saya akan coba naik busway untuk berangkat & pulang kerja, kepingin tahu apakah lebih oke atau malah nggak oke. Sekaligus kepingin membuktikan apakah busway yang jadi andalan pemerintah DKI Jaya di bidang transportasi, mampu atau tidak menjawab kebutuhan masyarakat akan transportasi murah, nyaman, aman, tepat waktu, dan bebas kemacetan. Semoga.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan Anda.