Monday, March 07, 2011

Sepeda fixie nan trendy...



Gara-gara anakku Wira merakit sendiri sepeda fixie, aku jadi penasaran kepingin menaikinya. Padahal biasanya seminggu sekali, setiap Sabtu pagi, aku main pakai sepeda Montain Bike [MTB]. Pertama menuntunnya sepeda fixie anakku ini memang terasa sangat ringan sekali [nggak sampai 11 kg]. Begitu pula saat dipakai mengelilingi komplek memang terasa bedanya bila dibandingkan dengan sepeda MTB-ku, yang khusus untuk menjelajah jalanan ‘kampung’.
Sepeda fixie adalah gaya minimalisnya sepeda. Unik, karena pedalnya terus berputar mengikuti roda yang terus menggelinding. Umumnya sepeda fixie tidak memiliki rem. Saat ini memang sedang menjadi trend di kalangan anak muda sampai para pekerja. Tampilan kombinasi warnanya yang sesuka hati pemiliknya [bisa bikin warna yang nge-Jreng lho], ini yang nampaknya menjadikan sepeda fixie ini digemari akhir-akhir ini.

Nama sepeda fixie mengacu pada kata kata Fixed Gear, maksudnya gear belakang yang dibikin mati dengan hub (as) roda belakang. Makanya pedal sepeda akan ikut berputar saat roda perputar. Untuk mengerem atau mengurangi kecepatannya, pengendara harus menahan putaran pedal ke arah belakang (untuk yang tidak menggunakan rem depan). Jaman dulu mekanisme pedal & gear seperti ini disebut dengan Doltrap.
Ciri lain sepeda fixie ada pada bannya. Ban sepeda fixie menggunakan ban yang sangat tipis seperti ban sepeda balap, begitu ringan ketika digenjot. Untuk bagian stang juga tersedia banyak macamnya, namun yang umum stang sepeda fixie dibuat dengan tegak lurus. Disain minimalis inilah yang menjadi ciri paling menonjol untuk sepeda fixie ini.

Saat ini kalau kepingin punya sepeda fixie kita bisa membeli jadi atau merakitnya sendiri. Dengan merakit sendiri kita bisa membuat paduan warna-warni sesuka hati sesuai taste kita. Karena semua komponennya sudah tersedia banyak di toko-toko sepeda, mulai dari frame [rangka] bodinya [mau dicat sendiri juga bisa]. Mulai dari ban yang warna-warni [putih, merah, hijau, kuning], velg dengan jeruji warna-warni, hingga velg bintang. Sepeda fixie anakku per-paduan warna putih dan kuning. Bodi putih dengan strip kuning, velg kumimg & jeruji putih, ban warna putih cream, stang, pedal, gear & rantainya pakai warna hitam. Sadelnya dipilih yang sesuai kenyamanan dengan model tipis dan langsing biar kelihatan matching sama framenya [warna kombinasi putih kuning].

Pertama nggowes sepeda fixie memang menjadi pengalaman tersendiri. Saat melalui jalan menurun yang cukup curam sepeda melaju semakin kencang padahal pedal sudah ditahan ’habis-habisan’ tetapi tetap saja si fixie ini masih kencang, hampir menabrak tukang sayur keliling yang parker di belokan. Jadi kesimpulannya, sepeda ini harus dipasangi rem depan atau belakang agar lebih aman mengendarainya [nah lho, jadi nggak minimalis lagi dong]. Untuk mereka yang sudah umuran kemungkinan cidera akan semakin besar, terutama pada dengkul, karena harus menahan putaran roda belakang untuk mengurangi laju sepeda fixie ini. Jangan sampai gara-gara mau ikutan trend nggowes dengan sepeda fixie malah nantinya menjadi cidera. Sebaiknya, harus membiasakan diri terlebih dulu dengan jenis sepeda fixie ini sebelum menggunakannya di jalan raya yang ramai.

2 comments:

  1. nice post... lanjutkan boss!

    ReplyDelete
  2. penjelasannya itu tentang torpedo kali bukan doltrap

    klo doltrap saat goes kencang kaki kita terus berputar,,
    klo torpedo baru saat kencang kaki bisa berenti berputar dan saaat ngerem mengayuhkan pedal ke belakang gitu oomm,,

    BY : BILLY Bike

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan pesan Anda.