[sebuah catatan yang terlintas]
Rabu, 21 November 2007 yang lalu salah seorang teman bermain waktu kecil di PG Soedhono Madiun telah dipanggil oleh Allah SWT di Tegal. Konon dikarenakan sakit hipertensi. Saya & Kel. Ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga arwah temen kecil kami sewaktu di Madiun ini diterima di sisi-Nya, dan semoga keluarga yang ditinggalkannya diberi ketabahan.
Berita duka ini saya dapatkan dari Antok Soemartono yang berdomisili di Yogya. Sayangnya temen-temen lain ternyata juga tak ada yang tahu tentang berita ini. Maklum sejak lulus SMA kami semua, temen sepermainan waktu kecil, telah berpencar untuk kuliah di kota-kota besar yang ada di Indonesia untuk mengejar cita-cita & mencari masa depan yang baik. Mungkin terakhir bertemu dengan Sigit ini ya ketika saya masih kuliah di Surabaya dan sering mondar-mandir ke Yogya. Karena saat itu Sigit atau kita sering memanggilnya Harjo Sigit kuliah di Yogya. Begitulah. Lebih dari 20 tahun saya tak mendengar khabarnya lagi.
Di komplek tempat tinggal kami waktu kecil dulu, memang kami sudah seperti keluarga. Yang sampai saat ini masih terlintas dalam ingatan saya, Harjo Sigit ini dulu adalah kipper terbaik team sepakbola anak-anak PG Soedhono. Dan saat beranjak dewasa, olah raga kami memang beralih ke Tennis. Dan Harjo Sigit juga termasuk petenis yang handal turut mewakili PG Soedhono bila bertanding dengan PG-PG lain. Sigit punya keistimewaan kedua tangannya [kiri/kanan oke] mampu memegang raket dengan sama baiknya. Di grup musik, Sigit juga punya andil untuk kami, karena dia juga seorang drummer yang cukup handal.
Masih banyak lagi kenangan-kenangan masa kecil yang sebenarnya ingin saya ceritakan. Tapi yang saya masih ingat dan saya merasa bersalah pada Harjo Sigit waktu itu adalah ketika kami begadang di Gedung Pertemuan PG Soedhono. Saat itu kami selesai nge-band, nyambung dengan bermain billiard. Saat asyiik main billiard, ternyata Harjo Sigit tertidur di tempat gamelan [kira-kira jam 1 malam]. Yang namanya jiwa remaja, saat itu saya ‘kerjain’ dia dengan mengguyurnya dengan air segayung. Sambil kaget, terbangunlah ia. Kami pun tertawa bersama, maklum yang namanya masih ABG, kalau bias ngerjain temen kan kayaknya sukses banget. Pada waktu itu, di antara kami [remaja PG Soedhono] kalau lagi begadang ada yang tertidur ya wajib dikerjain. Eh, ternyata keesokan harinya Harjo Sigit sakit ‘masuk angin’ dan tidak masuk sekolah. Ada rasa sesal saat itu. Sigit, maaf ya… Selamat jalan friend!
Lepas dari kenangan masa kecil tsb, kepergian Harjo Sigit juga tiba-tiba menyadarkan saya dan beberapa teman lain bahwa ternyata kami semua saat ini telah menjadi bapak-bapak yang berusia kepala 4. Totok dan Andi yang saat saya khabari sedang ada urusan bisnis di Banjarmasin pun terkaget-kaget dan menyadari pula bahwa kita telah tua. Mereka berdua pun punya keinginan untuk setahun sekali minimal ada ‘kumpul-kumpul’ alumni ‘bocah’ PG Soedhono. Tempatnya terserah, boleh di mana saja. Mumpung masih ada umur katanya. Mudah-mudahan rencana besar ini dapat terwujud.
Inilah sedikit pengantar dari saya seputar kepergian teman masa kecil kami semasa di PG Soedhono Madiun. Semoga di lain waktu saya bias menulis kenangan-kenangan indah saat kami kecil dulu bermain di bawah pohon asem nan rindang dan diiringi musik desiran jajarn pohon cemara yang mengelilingi jalanan komplek PG Soedhono. Bukankah masa lalu itu memang perlu dikenang?
Silakan temen-temen menganggapinya atau mungkin kepingin sharing cerita-cerita lain dengan menuliskan komentarnya, your comments please!
0 komentar:
Post a Comment
Silakan tinggalkan pesan Anda.