Thursday, May 21, 2009

Haruskah semua ‘impian’ kita bisa terwujud?



Semua orang pasti punya ‘mimpi’. Bukan mimpi dalam arti kembangnya tidur lho ya… tapi mimpi dalam arti cita-cita atau keinginan yang kepingin diraih. Saya ingat banget pada waktu masih duduk di kelas 3 SD kepingin banget bisa jadi pilot pesawat komersial yang bisa terbang ke kota-kota besar di dunia. Logika berpikir pada saat itu hanyalah kepingin bisa lihat kota-kota di luar negeri.


Kenyataannya, saat saya lulus SMA dan kepingin ikutan test ke sekolah penerbangan di Curug, ibu angkat saya melarangnya. Dan justru menganjurkan untuk kuliah di Surabaya saja. Begitulah, akhirnya jalan hidup saya pun mengalir begitu saja hingga saat ini. Meskipun background ilmunya manajemen keuangan [kuliah di Surabaya] dan filsafat social [saat kuliah di Jakarta], toh pada akhirnya bidang pekerjaan yang saya tekuni di awal karir justru di jurnalistik [wartawan tabloid Mutiara, terus majalah Hai].


Bosan jadi wartawan selama 5 tahun dan gara-gara sering dapet side job iklan company profile perusahaan-perusahaan yang mau go public di tahun 90-an, kok akhirnya saya malah tertarik dengan dunia advertising [mimpi saya waktu jadi wartawan]. Mulailah saya belajar secara otodidak design commercial art dan creative copywriting. Eh, nggak nyangka ketika iseng-iseng nglamar ke perusahaan advertising ternyata diterima.


Mulailah di tahun 90, aku bisa bekerja sesuai dengan bidang baru yang aku minati, dan I begitu seterusnya pokoknya ngalir aja. Tahun-tahun 90-an bidang advertising memang lagi booming, bahkan banyak tenaga ahli asing yang ikutan masuk Indonesia untuk menyerbu berebut kue. Bayangkan pada waktu itu kalau kita bikin iklan TV, pasti sutradara, produser, dan beberapa tim intinya pasti orang ‘bule’, entah itu dari Aussy malah ada yg dari Afsel. Kita pun sebagai tenaga creative di Advertising seringkali dikirim training ke kantor pusat regional yang biasanya ada di Bangkok, Singapura atau malah Kuala Lumpur. Penghargaan ‘Citra Pariwara’ pun pernah aku dapatkan untuk iklan handphone Ericcson di tahun 1998.


Asyiiknya pada tahun segitu yang namanya proses film itu belum bisa dilakukan di Jakarta, makanya selalu selesai shooting iklan, kita tim kreatif pasti harus ikutan proses film tsb. selama 3 hingga 6 hari ke Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, bahkan ke Aussy. Itulah kenikmatan tersendiri bekerja jadi orang iklan, kerja sambil ‘cuci mata’. Tidur pun selalu di hotel bintang 4. Bayangkan kalau tiap bulan ada 1 produksi iklan, setahun 12, bisa dipastikan berapa hari bisa jalan-jalan ke kota-kota besar dunia tsb. Dan itu terus menjadi rutinitasku hingga tahun 2003 yang lalu.


Namun tiba-tiba di tahun 2003 banyak banget investor yang akhirnya membangun usaha pemrosesan film [post house] di Jakarta [ada 3 perusahaan pasca produksi perfilman yang juga canggih]. Karena jelas memangkas biaya produksi, maka akhirnya sejak saat itu yang namanya proses film cukup dilakukan di Jakarta. Kesempatan untuk jalan-jalan ke manca Negara pun agak berkurang hanya khusus untuk produksi iklan yang memang kita lakukan di luar negeri mulai dari shootingnya sampai proses editingnya. Yang masih sering dilakukan biasanya di Malaysia dan Thailand.


Kembali ke urusan mimpi saat kecil dulu, walaupun pada akhirnya nggak berasil menjadi pilot, toh keinginan untuk bisa melihat kota-kota besar dunia pun akhirnya terwujud juga. Walaupun belum semua kota besar dunia yang berhasil aku kunjungi. Makanya, saat ini kalau pas merenung, selalu muncul pertanyaan yang paling mendasar “haruskah semua impian kita bisa terwujud”? Jawabannya ya kembali kepada diri kita masing-masing.


Di tahun 2003 pun, gara-gara baca buku-bukunya Robert T Kiyosaki seri Rich Dad, Poor Dad. Aku juga mulai tergoda dengan impian baru lagi. Entahlah kalau membayangkan bisa punya ‘peternakan uang’ dan mempersilakan uang kita bekerja untuk kita, kok asyik banget ya… Kita bisa menjadi tuan bagi diri kita sendiri. Nah, mulailah aku membangun mimpi untuk menjadi pengusaha. Seperti biasa akupun belajar sendiri secara otodidak. Bahkan ikutan gabung sama temen-temen seperjuangan di komunitas Tangan di Atas : www.tangandiatas.com Sharing kisah perjuangan dan perjalanan usaha pun aku tulis khusus di blogku, www.endrowahmar.blogspot.com


Yang namanya duit melayang untuk proses belajar juga sudah banyak. Dimarahi istri gara-gara bangkrutnya Toko Sepatu di pusat grosir MetroTanah Abang, Toko handphone di Mall Pondok Gede, warnet di depan Mall Cijantung, bahkan terakhir usaha rental alat berat excavator di Boyolali. Tapi ini semua kan proses. Itung-itung kalau aku nerusin belajar hingga S3 ke luar negeri [bayar dewe] habis duitnya kan sama. Dan lagi-lagi saat lagi sendirian merenungi nasib yang muncul ya pertanyaan itu lagi “haruskah semua impian kita bisa terwujud?” Karena jujur aja hingga saat ini usaha yang ada rental kendaraan dan bisnis property juga belum bisa dibilang sukses banget.


Saya yakin 1000% banyak dari kita yang sebenarnya punya mimpi dahsyat tapi belum bisa mewujudkannya. Bahkan saya juga yakin pastinya ada di antara kita yang berdiam diri membiarkan mimpinya tetap menjadi impian tanpa berusaha untuk mewujudkannya. Lalu apa sich yang menyebabkan kita tidak bisa merealisasikan mimpi kita? Saya yakin impian itu pasti sudah lama ada di pikiran, dan mungkin sudah ada perencanaan cara maupun strategi untuk mencapainya?


Setiap orang pasti mempunyai cita-cita dan impian dalam hidupnya.. seperti : memiliki rumah dan mobil mewah, menjadi orang terkenal, mengunjungi tempat-tempat eksotik di seluruh dunia, menikmati pola hidup yang luar biasa, bebas waktu dan financial dan bisa melakukan apa saja yang ingin kita lakukan bersama keluarga dan orang-orang yang paling kita sayangi dalam hidup kita. Tetapi pertanyaannya : “Kenapa banyak dari kita tidak bisa merealisasikan impian kita?” Inilah yang hingga tulisan ini dibuat jawabannya belum aku dapatkan.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan Anda.