Temans, hidup di Jakarta yang bebannya sudah ‘sangat berat’ akhir-akhir ini menjadi bertambah berat lagi. Kalau biasanya untuk pergi ke kantor butuh waktu 1,5 jam, kini butuh waktu paling cepet 2,5 jam. Begitu juga pulangnya. Kebayang nggak gimana stressnya bermacet ria di jalanan ibukota yang semrawutnya ‘ruaarr biasa’. Rasanya kok jadi tua di jalan. Ini semua cuma gara-gara dibangunnya beberapa jalur busway dan monorail yang tak kunjung selesai.
Yang heran, jalan tikus yang biasanya mampu menyelamatkan kita bila terhadang kemacetan justru sekarang malah mampet. Kalau dipikirin kayaknya jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dengan panjang jalannya memang sudah tidak sebanding lagi. Setiap ada persimpangan lampu merah, pasti antriannya bisa sampai 700 m-an. Angkutan umum yang berhenti seenaknya, sepeda motor yang jumlahnya juga bertambah banyak juga menambah parah kondisi macetnya jalan-jalan di Jakarta. Yang namanya jalan tol bebas hambatan juga sami mawon, mau jam sibuk ataupun bukan jam sibuk kondisinya selalu padat merayap.
Kondisi ini sama persis seperti Bangkok 5 tahun yang lalu. Sampai-sampai ada mobil yang menyediakan pispot untuk pipis di mobil, kalau terjebak macet yang berkepanjangan. Namun berkat usaha keras mereka membangun underpass, jembatan laying, fasilitas MRT dan monorail, Bangkok sekarang (setahun terakhir) relative terbebas dari kemacetan. Karena masyarakat Bangkok akhirnya mau beralih dari kendaraan pribadi ke MRT & monorail yang nyaman dan aman. Saat ini, kondisi antrian di lampu lalu lintas paling-paling hanya sekitar 200 m –an, itupun di saat jam sibuk.
Rupanya pemerintah DKI Jakarta terinspirasi dengan keberhasilan Bangkok tetapi dikombinasi dengan keberhasilan Bogota dengan Buswaynya. Makanya mengejar target tahun 2007 proyek monorail dan busway mesti kelar. Mungkinkah masyarakat Jakarta yang biasa enak naik kendaraan pribadi mau pindah ke busway & monorail? Entahlah, kita lihat saja nanti. Yang jelas, seminggu yang lalu saya pernah dari daerah Kemang mau ke Pusat Grosir Tanah Abang (waktu itu macet banget) akhirnya mobil saya parkir di Pasaraya Blok M, lalu pindah nyobain naik busway turun Sarinah Thamrin.
Kesan pertama saya, busway nyaman banget, AC dingin, interior bersih, yang naik juga bersih-bersih, dan cepat sampai (blok M ke Sarinah cuma ½ jam bayangin kalau nyetir sendiri). Dalam benak saya, nantinya kalau jalur busway & monorail siap boleh juga dicoba memanfaatkannya sebagai transportasi murah dan cepat. Persoalannya, mungkinkah di tahun-tahun ke depan nanti kenyamanan busway bisa bertahan seperti sekarang? Karena biasanya di Jakarta yang namanya fasilitas umum itu tidak pernah bertahan lama. Selalu rusak & tak terawat dengan baik.
BTW, salut juga sama gubernur Sutiyoso yang berani melawan arus & tidak popular dengan ide buswaynya. Kita tunggu hasilnya. Saat ini masyarakat Jakarta harus mau berkorban bermacet ria di jalan demi masa depan yang bakalan nyaman. Bukankah untuk mendapatkan kenikmatan kita harus berkorban terlebih dahulu.
0 komentar:
Post a Comment
Silakan tinggalkan pesan Anda.