Saturday, February 19, 2011

Maluku sama guru anakku


Setiap kali anak-anak rapotan yang harus diambil oleh orang tuanya, selalu istriku menyerahkannya urusan ini padaku. Katanya, “Dia kan anakmu…”. Lha gimana ini, kan bikinnya bareng-bareng, jadi mestinya harus tanggung jawab bersama lah. Begitulah, sejak anak-anak di bangku SMP selalu aku terus yang harus berhadapan dengan guru wali kelasnya. It’s oke, itung-itung buat refreshing. Kalau urusan ambil rapot anakku yang nomer 1, cewek, Adhika yang di SMAN 81 [sekarang di FE-UI], biasanya sih nggak pernah ada masalah. Tapi tak urung, kalau pas ambil rapot anakku yang nomer 2, seringkali aku dibuat malu dan ‘mati gaya’ di depan ibu guru anakku dan para orang tua murid lainnya.

Sekali … waktu itu, pas anakku nomer 2 yang bernama Wira masih kelas 3 SMP saatnya pembagian rapot bayangan. Seperti biasa, setelah semua orangtua/wali murid ngumpul di kelas, ibu guru wali kelas namanya bu Yanti lalu memberikan pengantar, “Over all nilai anak-anak lumayan banyak peningkatan, dan asal bapak & ibu tahu bahwa anak-anak di kelas ini juga ada beberapa yang mulai ‘jadian’”. Dalam hati aku mikir “Sopo yo bocah… masih SMP kok pada pacaran?” Ibu guru pun melanjutkan, “ Hanya saja ada ‘pasangan’ yang perlu untuk diingatkan, karena sejak ‘jadian’ yang cowok tadinya 10 besar melorot ke ranking 37 dari 40 murid. Sebaliknya, yang cewek tadinya ranking 17 naik menjadi masuk 10 besar”. Dalam hati aku berguman, “Nah lho. Makanya jangan pacaran dulu”. Karena penasaran dan kita-kita para orang tua juga sudah biasa ketemu dan saling kenal, aku pun bertanya siapakah yang dimaksud ibu guru yang harus diingatkan? “Maaf pak… “ kata ibu guru, “… yang saya maksud adalah Wira putra bapak”. Duaar… GedUbraaaak. Langsung deh ane mati gaya, malu aku sama semua yang ada di ruang kelas. Baru tahu aku kalau anakku sudah ABG dan mulai punya TTM. Konyolnya, kok aku tahunya justru dari ibu guru.

Maluku yang kedua, waktu anakku baru 3 bulan diterima di SMA. Tiba-tiba, anakku menelpon kalau aku harus ke sekolahnya menghadap guru Wali Kelasnya. Keesokan harinya, aku langsung ke SMA-nya. Terus ketemu wali kelasnya. Saat ketemu itulah, ibu wali kelasnya Wira bilang “Bapak belum tahu ya julukannya si Wira?. Wira itu terkenalnya cowok paling ‘keren’ di angkatannya…. Sayangnya sekarang bermasalah dengan ibu guru Fisika, kalau Bapak nggak menemui dan minta maaf, Wira nggak boleh ikutan pelajaran Fisika untuk seterusnya”. Gedubraak… Jegeeerrr! Gimana ibu guru ini, ane habis ‘diangkat tinggi’ [anak ane dibilang keren] … eh langsung ‘dibanting’. Lagi-lagi ane mati gaya dan speechless.

Di ruang BP, diketemukan dengan guru BP dan ibu guru Fisika. Lalu ibu guru Fisika menjelaskan duduk persoalannya, pas pelajarannya anakku Wira asyik sendiri corat-coret di buku yang ternyata coretannya menyinggung perasaannya sambil memperlihatkan bukti nyata berupa buku anakku lengkap dengan corat-coretnya. Di buku anakku ada corat-coret [kerjaan anakku sejak SD emang bikin gambar-gambar kartun model manga atau kartun Jepang] bahwa hari itu ada ulangan 4 mata pelajaran salah satunya adalah Fisika. Di sampingnya ada tulisan gede : ANJING. Nama binatang ini yang rupanya membuat ibu guru Fisika tsb. Berang! Dalam hati aku heran, ibu guru ini gimana sich… anak kreatif begini kok dimusuhi? Wkwkwk. Dia nggak tahu kalau pas SMP si Wira pernah dihukum membersihkan meja satu kelasnya dengan kertas ampelas gara-gara kepergok sedang asyik menggambari mejanya.

Lalu aku pun menjelaskan bahwa waktu kecil, anakku Wira ini adatnya jelek. Kalau lagi marah, jengkel atau pun stress suka teriak-teriak, ataupun memaki-maki, bahkan gebrak-gebrak meja. Dan sejak umur 4 tahun dia ketahuan punya sakit Asma, jadi kalau lagi marah atau emosi atau di mobil kena macet tiba-tiba bisa kambuh sesak nafasnya. Nah, untuk menghilangkan ‘adat’ buruknya itu saya mengajari nya agar kalau sedang marah, jengkel, atau stress ambil kertas dan alat tulis lalu tuangkan aja dengan corat-coret atau gambar kartun sampai keluar semua uneg-uneg ataupun masalah yang menjengkelkannya. Tentunya, dengan tujuan supaya nggak menjadi pemicu penyakit Asmanya kambuh. Sejak saat itu hobinya adalah corat-coret, gambar, bikin komik, bikin desain kaos bola, dll. Dan saya selalu sediakan kertas 1 rim untuk terapinya ini.

Begitulah, karena hari itu mendadak ada ulangan 4 mata pelajaran dan nggak siap menghadapinya, bisa jadi dia tertekan, marah, stress, sehingga langsung secara spontan dia ungkapkan dalam bentuk corat-coret di bukunya. Sialnya ibu guru Fisika ternyata memergoki coretannya dan tersinggung. Saat itu juga, aku mohon maaf ke ibu guru tsb. Dan mohon agar kelakuan anakku dimaafkan pula. Dalam hati aku berpikir, mungkinkah semua kenakalan & kejahilanku jaman kecil dulu menurun ke anakku? Wuah kalau ya, berarti ilmu Biologi tentang Genetika benar adanya. Ah, kenapa juga dipikirin? The Show Must Go On!

Maluku yang ketiga terjadi waktu ambil rapot bayangan Semester 1, kelas 2 SMA baru-baru ini. Giliran konsultasi dengan Wali Kelasnya, aku dijelaskan bahwa nilai-nilainya masih di bawah standar. Kalau jurusan IPA pelajaran fak-nya minimal harus 8. Kalau nanti pas semesteran tidak berubah, takutnya bisa tidak naik kelas. Kalau tidak naik kelas berarti harus keluar dari sekolah ini. Yachh, ini bocah gimana sich? Kerjaan cuman sekolah aja kok nggak becus. Lalu guru wali klasnya juga berterima kasih karena pernah diantar pulang ke rumah sama anakku Wira. Dalam hati aku membatin : “Oh, rupanya kalau ke sekolah bawa mobil kerjanya nganter gurunya pulang. Berarti Wira deket sama ibu guru ini. Kalau deket sama gurunya biasanya dia sangat patuh dan mau dengerin nasehatnya”. I got the point. Langsung aku mohon kepada ibu guru wali kelas untuk memberikan nasehat agar dia mau belajar dan punya niat untuk menjadi lebih baik lagi. Karena menurut pengalaman, si Wira ini biasanya Cuma mau dengerin nasehat orang-orang yang diseganinya. Bayangin aja, saya dan ibunya nyuruh potong rambut aja nggak pernah mau. Giliran pelatih basket di klub basketnya [Roda Tama] nyuruh potong gundul, langsung dia potong gundul plontos. Ibu guru wali kelas pun setuju.

Malemnya, pas ketemu Wira, langsung aku minta agar mengurangi kegiatannya supaya kalau malam tidak terlalu capai dan punya waktu untuk pelajarannya. Akhirnya, kita kompromi, Wira memilih untuk tetap aktif latihan basket di sekolah dan di klub basketnya. Kegiatan lainnya seperti futsal, ngeband dan les drumnya berhenti dulu untuk sementara waktu sampai lulus SMA. Berarti sekarang kegiatannya tinggal basket aja, karena Wira ditunjuk oleh teman-temannya untuk jadi kapten tim basket di SMA-nya. Hasilnya, pas ambil rapot semester 1, bulan Desember yang lalu, ibu guru wali kelas dengan senangnya menjelaskan bahwa rapot anakku cukup bagus. Wuah lumayan juga strategi yang aku terapkan ternyata membawa perubahan yang signifikan. Syukur Alhamdulillah.

Wali kelas juga menjelaskan kalau anakku Wira juga terpilih untuk ikutan program pertukaran pelajar ke salah satu SMA di Singapura bulan April 2011 nanti. Tentunya kalau orangtuanya mengijinkan. Ya boleh lah bu. Siapa tahu dengan punya pengalaman belajar bersama dengan anak-anak SMA di Negara yang lebih maju dia nantinya bisa termotivasi dan terpacu untuk ‘go International’. Kan dari kecil Wira kepinginnya bisa belajar Art & Design Graphics dan menggambar Manga ke Jepang. Semoga ‘mimpimu’ diridhoi dan dikabulkan Allah SWT dan bisa menjadi kenyataan, nak! Amin.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tinggalkan pesan Anda.