Tanggal 23 Juni 2006 yang lalu adalah hari yang membuat perasaan saya dan istri menjadi tak menentu. Pagi hari, saat kami harus menghadiri rapat di sekolah putri pertama kami, Adhika, begitu mendebarkan dan membuat jantung deg-degan. Pasalnya, pertemuan tsb. adalah saatnya pengumuman hasil kelulusan siswa kelas IX di SMP Putra 1 Jakarta Timur. Sebenarnya kalau masalah lulus Ujian Akhir Nasional sih kami sangat yakin, putri kami yang selalu 10 besar di kelasnya, kan lumayan siap menghadapinya.
Namun yang menjadi masalah adalah berapa Nilai Ebtanas Murni [NEM] yang bisa diperolehnya. Karena NEM ini saat ini menjadi penentu [kartu AS] untuk bisa masuk ke SMUN papan atas Jakarta. Hampir semua SMUN Jakarta [SMUN 8, SMUN 70, SMUN 28, SMUN 47, SMUN 78, SMUN 61, SMUN 81], NEM terkecil tahun lalu sekitar 28. Ini kan berarti NEM Adhika harus lebih dari 28. Padahal putri kami ini kepinginnya hanya sekolah di SMUN 8 or SMUN 81, di luar kedua sekolah tsb dia nggak mau. Nah lho. Sementara dia belum punya cadangan sekolah swasta. Sebenarnya bulan April kemarin, sudah diterima di SMA Labschool Rawamangun, tapi nggak diambil.
Memang Adhika sudah ikutan test di kelas Internasional SMUN 81, namun belum selesai dan belum tahu apakah nantinya bisa diterima, mengingat saingannya juga cukup banyak. Sebagai orang tua sebenarnya berat juga kalau harus menyekolahkan di kelas internasional ini. Maklum sebagai karyawan menengah sekaligus pengusaha pemula, uang sekolah per tahun sekitar Rp 25,500,000 [belum termasuk untuk ujian semesteran] jelas bukan jumlah yang kecil. Tapi yang namanya keinginan anak, kami berdua sebagai orang tua ya harus mengiyakan saja.
Begitulah latar belakang tak menentunya perasaan saya dan istri. Rapat di sekolah sampailah pada giliran mengumumkan tentang 20 siswa kelas IX SMP Putra yang memperoleh nilai 10 pada mata pelajaran Matematika. Surprise! Adhika disebut menjadi salah satu dari ke-20 anak tersebut. Puji syukur Alhamdulillah, ya Allah Engkau kabulkan salah satu doaku selama ini. Agak lega rasanya. Setidaknya, kalau sudah ada angka 10 ada harapan NEM-nya lumayan bagus. Surprise lagi! Adhika juga disebut namanya masuk 10 besar perolehan nilai bahasa Inggris tertinggi di SMP Putra 1. Puji syukur Alhamdulillah lagi, ya Allah lagi-lagi Engkau kabulkan salah satu doaku selama ini. Meskipun tidak termasuk 10 besar perolehan nilai tertinggi Bahasa Indonesia, namun saya yakin NEM putriku bisa melewati 28. Rasa deg-degan pun berangsur berubah gembira.
Ternyata benar, setelah dibagikan amplop kelulusan, Adhika berhasil meraih NEM 29 [Mat. 10, Bhs Ingg. 9,80, dan Bhs Indo. 9,20]. Di SMP Putra 1 ia memperoleh ranking 4. Bagi saya dan istri, perolehan ranking ini nggak jadi masalah. Yang penting, pintu untuk masuk ke SMUN yang dicita-citakan terbuka lebar. Amin.
That is a miracle happen? Apakah The Law Attractor terjadi. Saya memang sempat berpikir seperti itu. Namun setelah saya renungkan dan mengkilas balik perjalanan putri pertama saya ini sejak lulus SD, jawabannya adalah tidak. Karena apa yang terjadi saat ini memang pernah saya rencanakan dan bayangkan 3,5 tahun yang lalu, sebelum tamat SD. Saat itu saya sudah mulai memikirkan sebaiknya ke sekolah mana [SMP & SMA] Adhika nantinya. Maklum, sewaktu SD kan sekolahnya di Bekasi, yang kalau mau sekolah SMP Jakarta hanya dijatah 5 %. Mulailah survey SMP & SMA Negeri dan Swasta terbaik yang adanya radius 6-10 km dari rumah saya Pondok Gede. Hasil survey kecil-kecilan ini meyakinkan saya beberapa sekolah terbaik yaitu SMP N 128, SMP Putra 1, SMUN 61, dan SMUN 81.
Akhirnya, setelah di SMP Putra 1 diterima, dibayar langsung saat itu juga [maklum kalau sekolahan swasta yang bagus kan mau dinomor duakan]. Eh ternyata, di SMP 128 pun juga diterima meskipun jatah 5%, berarti kan hasil test-nya bagus. Tapi ya begitulah mana mungkin uang 6,5 jt yang sudah dibayar dibiarkan hangus begitu saja? Akhirnya dengan mantap Adhika saya putuskan untuk sekolah di SMP Putra 1, meskipun dia kepingin bareng temen-temennya SD. Pertimbangan saya saat itu, SMP Putra 1 kan deket sama SMAN 81 & SMAN 61, 2 SMA unggulan Jakarta. Siapa tahu kalau diberlakukan rayonisasi sudah aman duluan. Pertimbangan lain, dari data SMP Putra 1, lulusannya setiap tahun sekitar 35% diterima di SMAN unggulan Jakarta [SMAN 8, SMAN 81, SMAN 61, LAbSchool, SMA Taruna Nusantara Magelang, SMA 14, SMA 54, dll.]. Saya hanya berpesan agar Adhika bisa masuk 10 besar di kelas, biar aman nantinya tatkala cari SMA.
Seiring berjalannya waktu, memang Adhika berhasil masuk 10 besar terus di kelasnya, padahal kelasnya kan kelas unggulan [di SMP Putra 1, yang pinter2 memang digabung menjadi 1 kelas, untuk persiapan kelas akselerasi tadinya]. Jadi kalau saat ini ia lulus dengan NEM yang bagus sebenarnya memang sudah selayaknya, sebagai hasil perjuangannya selama di SMP Putra 1. Jadi apa yang kita pikirkan 3,5 tahun yang lalu, it is work and well done. Jadi jangan takut dengan apa yang kita inginkan, kalau kita niat pasti ada jalan untuk mewujudkannya.
0 komentar:
Post a Comment
Silakan tinggalkan pesan Anda.